Nyamuk sedang jadi pembicaraan hangat sekarang. Bukan sekadar nyamuk, ini adalah nyamuk Wolbachia yang dikatakan bisa melawan nyamuk penyebab DBD.
Banyak yang khawatir dengan adanya nyamuk Wolbachia. Dikatakan kalau nyamuk ini merupakan nyamuk bionic atau rekayasa genetik yang bisa berbahaya jika menggigit manusia.
Faktanya, nyamuk ini bisa berguna untuk menekan angka penyakit demam berdarah. Sebelumnya, nyamuk Wolbachia telah melewati uji coba dan berhasil di Yogyakarta.
Seperti apa berita lengkap tentang nyamuk Wolbachia? Popmama.com akan merangkumkannya untuk Mama.
1. Dikembangkan oleh Bill Gates
Freepik/jcomp
Bill Gates, melalui blog resminya, menyebutkan kalau nyamuk Wolbachia diternakkan pada pabrik dan dengan tujuan untuk menghalangi mereka menularkan demam berdarah pada manusia.
Bill Gates menyebutkan kalau nyamuk ini efektif dalam mencegah penyakit. Serta, nyamuk jenis ini tidak dibuat untuk meneror penduduk, melainkan untuk membantu menyelamatkan jutaan nyawa.
Bill Gates melakukan percobaan ini dalam bangunan bata berlantai dua di Medellin, Kolombia. Dikatakan kalau para ilmuwan bekerja berjam-jam di laboratorium yang lembab untuk membiakkan jutaan nyamuk.
2. Nyamuk yang diberikan bakteri Wolbachia
wrbu.si.edu
Wolbachia bukanlah nama spesies nyamuk melainkan nama sebuah bakteri. Dalam penjelasan sederhana, bakteri wolbachia disuntikkan pada telur nyamuk aedes aegypti. Saat menetas, otomatis nyamuk aedes aegypti ini telah terinfeksi bakteri tersebut.
Wolbachia sendiri berperan untuk memblok replikasi virus dengue di dalam tubuh nyamuk. Dengan kata lain, nyamuk yang memiliki bakteri wolbachia tidak bisa menularkan virus saat nyamuknya menghisap darah manusia.
Nah, bakteri ini berhasil menghalangi nyamuk tersebut untuk menularkan demam berdarah dan virus lainnya, seperti zika, chikungunya dan demam kuning ke manusia.
Editors' Pick
3. Bisa mengurangi penularan virus
wrbu.si.edu
Dengan melepaskan nyamuk-nyamuk ini berkembang biak dengan nyamuk liar, maka para nyamuk dengan bakteri Wolbachia ini bisa menyebarkan bakteri juga dan berujung berkurangnya penularan virus.
Konsep ini dikatakan bisa melindungi jutaan orang dari penyakit. Dalam sebuah studi di Medellin, terjadi penurunan kasus demam berdarah sebesar 89% sejak nyamuk Wolbachia dilepaskan di tahun 2015.
Hasil ini merupakan terobosan yang besar, membuktikan bahwa teknologi baru ini bisa melindungi seluruh kota dan negara dari ancaman penyakit yang dibawa nyamuk.
4. Telah dilakukan uji coba di Yogyakarta
Freepik/Jcomp
Di Yogyakarta, telah dilakukan uji coba acak yang terkontrol. Uji coba ini telah dilakukan sejak beberapa tahun sebelumnya.
Dari hasil uji coba tersebut, terdapat fakta yang menarik. Bahwa, nyamuk pembawa Wolbachia ini berhasil mengurangi kasus DBD di Yogyakarta sebanyak 77% dan pasien rawat inap DBD sebanyak 86 persen.
5. Kekhawatiran masyarakat yang dibantah Kemenkes
Freepik/Jcomp
Keberhasilan ini mestinya menjadi kabar baik, namun tidak semua masyarakat bisa menerimanya dengan baik. Banyak orang mengatakan kalau nyamuk ini merupakan nyamuk bionic atau rekayasa genetika.
Faktanya, Kemenkes pun sudah menegaskan kalau nyamuk ini bukanlah rekayasa genetika. Peneliti Universitas Gadjah Mada, Adi Utarini menjelaskan kalau wolbachia adalah bakteri yang hanya bisa hidup di dalam tubuh serangga, termasuk nyamuk. Bakteri ini tidak bisa bertahan hidup di luar sel tubuh serangga dan tidak bisa mereplika diri tanpa bantuan serangga inang.
Bakteri ini sudah ditemukan dalam tubuh nyamuk Aedes albopictus. Lebih lanjut, Uut menjelaskan kalau secara materi genetik baik dari nyamuk maupun dari bakteri wolbachia yang digunakan, identik dengan organisme yang ditemukan di alam.
Secara alami, bakteri ini sudah ada di 50% serangga dan ia memiliki sifat simbion, atau tidak berdampak negatif pada inangnya. 20 ilmuwan independen Indonesia telah menyimpulkan kalau risiko dampak buruk terhadap manusia bisa diabaikan.
6. Memiliki manfaat yang berkelanjutan
Freepik/jcomp
Wolbachia bisa hidup pada nyamuk dan menurun pada telur nyamuk. Dengan begitu, bakteri ini bisa diturunkan dari satu generasi nyamuk ke generasi berikutnya. Efeknya, dampak perlindungan wolbachia atas penularan DBD bisa terjadi secara berkelanjutan.
Dengan hasil yang efektif dan signifikan, maka penelitian ini berdampak pada kesehatan masyarakat dan juga penghematan biaya yang signifikan dalam pengendalian dengue bagi negara yang menerapkannya.
7. Wolbachia tidak bisa menginfeksi manusia
Freepik
Yang paling dikhawatirkan masyarakat adalah terjadi penularan bakteri wolbachia dari nyamuk ke manusia. Faktanya, program pengembangan nyamuk wolbachia sudah berlangsung dari tahun 2011 di Yogyakarta dan telah dilakukan tahapan yang aman sehingga penyebarannya bisa dilaksanakan.
Menurut peneliti pusat Kedokteran Tropis Universitas Gadjah Mada, sekaligus anggota peneliti World Mosquito Program (WMP) Yogyakarta, Riris Andono Ahmad, bakteri wolbachia tidak mencemari lingkungan biotik dan abiotik.
Ia mengatakan kalau wolbachia tidak bisa menginfeksi tubuh manusia dan tidak terjadi transmisi horizontal terhadap spesies lain.
Itulah fakta mengenai nyamuk dengan bakteri Wolbachia yang sedang dikembangkan untuk memerangi DBD. Bagaimana menurut Mama?