5 Kesalahan Membaca Label Makanan yang Berujung Obesitas
Jangan asal membeli produk makanan saja
5 Maret 2021
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Untuk menjaga kesehatan, penting untuk menjaga asupan makanan harian. Popmama.com merangkumkan kesalahan yang mungkin kamu lakukan saat membaca label makanan.
Anjurannya, kamu hanya disarankan mengonsumsi 50 g gula, 5 g garam, dan 67 g lemak setiap harinya. Jika lebih dari itu, berarti kamu tidak memiliki asupan makanan yang seimbang dan berpengaruh pada kesehatan tubuh.
Sadar atau tidak, konsumsi gula, garam, lemak (GGL) sering lebih tinggi dari asupan protein dan serat harian.
Dari mana sumber GGL? Kebanyakan dari makanan kemasan. Oleh karena itu, penting sekali untuk jeli dalam membaca label makanan.
Agar tidak salah, ketahui yuk lebih lanjut mengenai label makanan kemasan!
1. Mengenal informasi dalam tabel makanan
Di sebuah kemasan makanan, diwajibkan untuk mencantumkan informasi nilai gizi. Isinya adalah takaran saji, energi total per sajian, zat gizi per sajian, % AKG, dan catatan kaki.
Yusra Egayanti, S.Si, Apt, MP, Kepala Subdit Standardisasi Pangan Olahan Tertentu, BPOM Indonesia dalam acara Media Workshop "Cerdas Baca Label Kemasan, Hindari Risiko Obesitas" mengatakan, informasi nilai gizi bisa menjadi panduan untuk asupan harian makanan agar seimbang.
"Jadi, usahakan jangan hanya melihat nama dan harganya saja, tapi lihat juga informasi dan tabel makanan," ujar Ega.
Editors' Pick
2. Tidak melihat takaran saji
Dalam tabel kemasan, biasanya terlihat jumlah kandungan gizi dan biasanya langsung dilihat dan menganggap aman karena masih masuk cakupan harian. Padahal, yang harus dilihat adalah jumlah takaran saji.
Menurut Ega, takaran saji merupakan jumlah pangan yang dikonsumsi untuk satu kali makan.
"Di bagian paling atas, biasanya tertulis takaran saji, satu porsi apakah 250 gr atau berapa. Nah untuk mengetahui total gizi keseluruhan maka bisa dihitung takaran saji dengan jumlah berat keseluruhan," lanjutnya.
Jadi, jika satu bungkus memiliki 4 sajian, maka jumlahnya harus dikali 4. Begitu juga dengan jumlah lainnya.
Masalahnya, banyak orang menganggap angka yang ada di tabel makanan adalah jumlah keseluruhan. Sehingga, tidak sadar diri telah mengonsumsi lebih dari batas konsumsi harian.
3. Melewatkan informasi zat gizi
Di Indonesia, banyak orang yang mengalami gizi tidak seimbang karena asupan harian mereka. Makanan siap saji jadi pengaruh utama kenapa seseorang mengonsumsi GGL terlalu banyak setiap harinya.
"Dalam sebuah kemasan, ada zat gizi yang wajib dicantumkan yaitu energi total, lemak total, lemak jenuh, protein, karbohidrat total, gula dan garam (natrium)," ujar Ega.
Di Indonesia, 5 dari 100 orang mengonsumsi gula lebih dari 50 gr sehari. Sementara 53 dari 100 orang Indonesia mengonsumsi garam lebih dari 2.000 mg per harinya. Terakhir, 27 dari 100 orang di Indonesia mengonsumsi lemak lebih dari 67 gr per hari.
Jika kamu tak memerhatikan jumlah kandungan gizi pada kemasan makanan, maka tak akan sadar berapa asupan GGL yang sudah masuk di hari itu.
4. Tidak memerhatikan %AKG
Setiap orang memiliki persentase angka kecukupan gizi. Pada orang normal, persen AKG adalah sekitar 2.150 kkal. Angka ini bisa berbeda pada orang dengan kebutuhan tertentu.
"AKG ini bisa berbeda jika seseorang mengalami penyakit diabetes, banyak bergerak, atau malah kurang bergerak," ujar Prof Dr dr Mardi Santoso, DTM&H, Sp.PD-KEMD, FINASIM, FACE, ketua PERSADIA wilayah Jakarta, Bogor, Bekasi, Depok.
Dengan memerhatikan persen AKG dari sebuah kemasan, kamu bisa menghitung berapa jumlah makanan atau minuman yang sebaiknya kamu konsumsi.
Sedangkan jika tidak melihat dengan jelas, maka kamu bisa saja menghabiskan semuanya sendiri dan memiliki asupan GGL berlebih.
5. Enggan memilih opsi produk dengan logo "Pilihan Lebih Sehat"
Tahukah kamu, dalam sebuah produk biasanya ada logo centang hijau dengan tulisan "Pilihan Lebih Sehat"? Ini bisa jadi opsi kamu untuk membatasi kelebihan GGL setiap harinya.
"Opsi pilihan lebih sehat merupakan perbandingan antar produk yang berasal dari produsen yang sama. Mereka membandingkan produk sejenis, namun dengan hasil yang lebih sehat dan ramah di tubuh," ungkap Ega.
Seperti contoh, jika sebuah produsen memiliki 2 jenis minuman kemasan dengan rasa yang sama, namun yang satu memiliki logo "Pilihan Lebih Sehat". Dengan begitu, produk dengan logo tersebut memiliki kandungan GGL yang lebih rendah dibanding produk sejenis yang tanpa logo.
Untuk kamu yang sedang berusaha hidup dengan gizi seimbang, bisa memilih produk dengan logo tersebut.
Itulah beberapa kesalahan yang sebaiknya dihindari agar tidak terjadi ketimpangan asupan gizi. Jadi, jeli dalam membaca label kemasan makanan dan minuman mulai sekarang, ya!
Baca juga:
- 15 Menu Makanan untuk Anak yang Susah Makan Sayur
- 6 Jenis Makanan untuk Ibu Menyusui agar Bayi Cerdas
- 6 Makanan yang Baik Dikonsumsi setelah Berolahraga