Satgas IDI Larang AstraZeneca untuk Usia di Bawah 30 Tahun, Kenapa?
Hal ini disampaikan langsung oleh ketua IDI
24 Mei 2021
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Beberapa masalah hadir yang menjadi efek samping dari pemberian vaksin AstraZeneca. Melirik riset, Ketua Satgas IDI tidak menyarankan vaksin ini untuk orang berumur di bawah 30 tahun.
Prof. Zubairi Djoeban adalah Ketua Satuan Tugas (Satgas) Ikatan Dokter Indonesia (IDI) yang dikenal cukup aktif di media sosial. Dalam kegiatannya di dunia virtual, beliau sering membagikan informasi dan pengetahuan mengenai dunia medis.
Yang terbaru adalah anjurannya mengenai pemberian vaksin AstraZeneca yang kini sedang berlangsung di Indonesia. Menurutnya, orang di bawah 30 tahun sebaiknya menggunakan vaksin yang lain saja.
Seperti apa detail beritanya? Mari cek bersama Popmama.com.
1. Menurut Prof Zubairi, AstraZeneca tidak boleh untuk orang di bawah 30 tahun
Dikutip dari postingan Twitternya, ia mengungkapkan bahwa orang yang di bawah 30 tahun sebaiknya tidak diberikan vaksin dari AstraZeneca.
"Ada pertanyaan lagi kepada saya tentang AstraZeneca. Apakah boleh untuk orang di bawah 30 tahun? Saya jawab, tidak boleh. Kenapa? Karena beberapa kejadian di Inggris mengaitkannya dengan pembekuan darah. Ada 79 kasus dari 20 juta dosis vaksin, 19 di antaranya meninggal"
Editors' Pick
2. Menurut riset, vaksin ini direkomendasikan untuk 40 tahun ke atas
Prof Zubairi berkaca dari kasus yang ada di Inggris. Regulator Inggris mengatur bahwa orang di bawah 30 tahun akan diberikan alternatif vaksin lain selain AstraZeneca. Peraturan ini dibuat pada April 2021.
Namun peraturan berubah di bulan Mei 2021. Di mana panduannya menjadi terlarang untuk mereka yang berumur 40 tahun ke bawah.
Hal ini disebabkan ditemukannya kasus pembekuan darah pada orang yang berusia 30-39 tahun setelah disuntik vaksin AstraZeneca. Meskipun, kasus ini tergolong jarang terjadi.
3. Adanya laporan pembekuan darah
Pada 28 April 2021, ada sekitar 240 laporan pembekuan darah yang terkait vaksin AstraZeneca di Inggris. Kasus ini memicu tingkat kematian sebesar 20 persen.
Berdasarkan data dari laporan tersebut, dikatakan bahwa risiko bisa lebih tinggi terjadi pada perempuan dibanding pada pria.
Meski begitu, tetap ada juga yang di luar lingkup umur yang dilarang dan juga mengalami pembekuan darah. Di Finlandia ada laporan 3 kasus pembekuan darah pada 3 orang berusia di bawah 60 tahun.
Setidaknya ada 6 negara yang melaporkan kasus sejenis yang menjadi efek samping dari pemberian dosis vaksin AstraZeneca. Beberapa negaranya adalah Norwegia, Belanda, dan Kanada.
4. AstraZeneca diklaim bisa menangkal varian India
Berdasarkan studi terbatas, disebutkan bahwa vaksin AstraZeneca diklaim bisa menangkal virus corona varian India. Di mana virus ini dikatakan bisa sangat menular dan tidak terdeteksi oleh PCR.
Public Health England (PHE) mengungkapkan vaksin AstraZeneca 60 persen efektif melawan varian India setelah suntikan kedua. Data lain menunjukkan bahwa dibutuhkan waktu lebih lama untuk mencapai efektivitas maksimum dengan vaksin AstraZeneca.
Menurut Prof Zuibairi, setiap vaksin pasti punya risikonya sendiri. Ia juga setuju bahwa vaksin AstraZeneca memiliki lebih banyak manfaat dibanding kekurangannya.
Namun, menurutnya, alangkah lebih baiknya jika pemberiannya ditargetkan pada umur di atas 30-40 tahun.
5. Pemerintah melanjutkan pemberian vaksin
Di sisi lain, Kemenkes masih mengizinkan penggunaan vaksin AstraZeneca pada mereka dengan umur di bawah 30 tahun.
Jubir vaksin Covid-19 dari Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi mengatakan, pihaknya mengikuti rekomendasi Indonesia Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) terkait hal ini.
Sampai saat ini, semua masih sesuai dengan izin penggunaan darurat BPOM dan rekomendasi ITAGI. Sehingga vaksin AstraZeneca masih digunakan untuk mereka yang berusia 18 tahun ke atas. Tak peduli sudah banyak keluhan yang muncul setelah mendapat suntikan imunisasi.
Baca juga:
- Indonesia Hentikan AstraZeneca Batch CTMAV547, Apa Saja Dampaknya?
- Pria di Jakarta Meninggal Setelah Vaksin AstraZeneca, Apa Penyebabnya?
- Pemerintah Ubah Jarak Pemberian Vaksin AstraZeneca dan Sinovac