5 Kontroversi Vaksin AstraZeneca, Indonesia Menangguhkan Pembagiannya
Selain Sinovac, Indonesia juga menerima vaksin AstraZeneca
16 Maret 2021
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Indonesia termasuk salah satu negara yang menerima vaksin AstraZeneca. Pendistribusiannya masih ditangguhkan karena ada beberapa kontroversi, seperti yang dirangkum Popmama.com.
Sebelumnya, banyak berita simpang siur mengenai vaksin Sinovac. Banyak yang meragukan efek samping yang akan dialami para penerima vaksin.
Namun ternyata, ada yang lebih kontroversial yaitu vaksin AstraZeneca.
Apa saja hal yang jadi kontroversial? Mari cari tahu bersama!
1. Mengenal apa itu vaksin AstraZeneca
Vaksin Covid-19 AstraZeneca ditemukan bersama oleh Universitas Oxford dan perusahaan spin-outnya, Vaccitech. Vaksin ini menggunakan vektor virus simpanse yang tidak bereplikasi berdasarkan versi yang dilemahkan dari virus flu biasa yang menyebabkan infeksi pada simpanse dan mengandung materi genetik dari protein spike virus SARS-CoV-2.
Dari rilis yang diterima Popmama.com, hasil analisis kemanjuran gabungan dari 11.636 peserta penelitian yang berusia 18 tahun ke atas, vaksin ini dapat ditoleransi dengan baik dan tidak ada masalah keamanan serius mengenai efek dari vaksin tersebut.
Satu dosis vaksin memiliki kemanjuran sebesar 76% terhadap Covid-19 dengan gejala dalam 90 hari pertama setelah vaksinasi. Kemanjuran vaksin kedua bisa lebih tinggi yaitu sampai 81,3% jika diberikan dalam interval 12 minggu atau lebih.
Editors' Pick
2. Namun 17 negara menangguhkan penyebarannya
Namun nyatanya, banyak negara yang menunda penggunaan vaksin Covid-19. Ada total 17 negara yang menangguhkan penyebaran vaksinnya.
Beberapa di antaranya adalah Denmark, Islandia, Spanyol, Italia, Thailand, dan Jerman.
Ada yang menangguhkan karena menunggu penyelidikan lebih lanjut, ada juga yang menunggu pernyataan tertulis yang menyatakan bahwa vaksin tersebut aman untuk digunakan.
Sementara Indonesia masih menunggu penelitian dari WHO mengenai efek samping dari vaksin tersebut.