5 Penyakit yang Dialami Banyak Orang saat Polusi Udara Memburuk
Dalam hitungan jam, banyak yang menderita penyakit ini
19 Juli 2024
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Hujan masih enggan datang sehingga debu dan banyak partikel lain makin banyak menumpuk di udara. Saat polusi udara meningkat, ada beberapa penyakit yang juga langsung meningkat.
Salah satu penyakit yang paling sering dialami banyak orang adalah ISPA. Ternyata, udara buruk di Jabodetabek memiliki potensi meningkatkan kasus penyakit pernapasan hingga 34%.
Sebenarnya, penyakit apa saja yang banyak dialami karena polusi yang parah? Popmama.com akan menjabarkannya untuk Mama.
1. Sinusitis yang paling cepat terasa
Orang-orang yang memiliki penyakit sinusitis merasakan efek yang paling cepat. Menurut studi yang dilakukan oleh Halodoc dan Nafas, terjadi kenaikan konsultasi penderita sinusitis dalam kurun waktu 3-12 jam pasca kondisi udara yang buruk.
Studi ini dilakukan selama bulan Juni hingga Agustus 2023 dengan menggabungkan informasi yang dihimpun Nafas dengan lokasi sensor yang disebar di 73 kecamatan di Jabodetabek, serta menggabungkan informasi yang dihimpun oleh Halodoc pada Juli sampai Agustus 2023.
Menurut penelitian, terjadi kenaikan konsultasi sebanyak 2-3 kali lipat dalam kurun waktu 3-12 jam setelah kondisi udara memburuk.
2. Asma juga langsung terasa
Keluhan selanjutnya yang langsung terasa adalah asma. Orang yang sudah memiliki penyakit ini biasanya akan lebih mudah kambuh. Sedangkan orang yang tidak memiliki riwayat penyakit ini tetap punya potensi mengalaminya karena kualitas udara yang parah.
"Konsultasi penyakit karena asma juga meningkat sebanyak 1-5 kali lipat dalam kurun waktu 3 sampai 48 jam pasca peningkatan polusi udara," ujar Co-founder & Chief Growth Officer Nafas, Piotr Jakubowski dalam acara Diskusi Media Kolaborasi Nafas dan Halodoc.
Sedangkan berdasarkan beberapa penelitian yang dilakukan dalam jangka waktu pendek, untuk kenaikan 10mg/m3, terjadi 1,7% risiko kunjungan gawat darurat karena asma pada dewasa dan 3,6% pada anak-anak.
Editors' Pick
3. Influenza yang langsung terasa 6 jam setelah kenaikan polusi udara
Saat ini, banyak sekali orang yang mengalami batuk dan pilek. Faktanya, kenaikan keluhan influenza langsung terasa pada 12 jam pasca terjadi polusi udara yang parah-parahnya.
Terjadi kenaikan konsultasi sebanyak 2-3 kali lipat dalam kurun waktu 6-15 jam. Angka ini melonjak cukup tinggi karena naik sebanyak 48%.
4. Rhinitis mengalami kenaikan konsultasi hingga 4 kali lipat
Kalau Mama merasakan kondisi hidung tersumbat, bersin-bersin, pilek, dan gatal pada hidung, maka mungkin sekali Mama mengalami rhinitis. Kondisi ini bisa disebabkan oleh alergi, infeksi, atau polusi udara.
Saat polusi udara sedang tinggi, terjadi peningkatan konsultasi di Halodoc sebanyak 2-4 kali lipat dalam kurun waktu 12-15 jam pasca terjadi peningkatan polusi.
"Lumayan tinggi naiknya bisa sampai 32%," lanjut Piotr.
5. Terakhir, ada bronkitis yang juga cukup tinggi
Secara rata-rata, semua jenis penyakit yang dikaji, termasuk bronkitis mengalami peningkatan kasus sebanyak 17% dalam kurun waktu 1-2 hari setelah polusi tinggi.
Untuk bronkitis, kenaikan konsultasinya cukup besar yaitu 1-5 kali lipat pada 15-48 jam pasca polusi udara meningkat.
Sedangkan menurut penelitian lain, disebutkan bahwa terjadi 15-32% penanganan medis untuk pernapasan bawah akut pada pasien bronkitis.
6. Siapa saja yang punya potensi rentan tertular penyakit tersebut?
Tentu saja PM 2,5 sangat berbahaya karena sangat kecil dan akan sulit disaring tubuh jika terhirup. Partikel tersebut bisa masuk ke dalam pembuluh darah. Bahkan menurut penelitian, terdapat penemuan partikulat di kelenjar getah bening paru-paru hingga sel saluran napas.
Perlu diketahui, bahwa kelompok rentan mengalami peningkatan penyakit yang cukup signifikan karena buruknya kualitas udara.
"Kelompok rentan yang sering terkena penyakit jangka pendek karena polusi udara antara lain anak-anak dari umur -17 tahun dan orang tua di atas 55 tahun," lanjut Piotr.
Menurut studi ini, terjadi peningkatan penyakit pernapasan sebanyak 48% pada kelompok lansia diatas 55 tahun. Lalu, terjadi peningkatan kasus masalah pernapasan sebanyak 32% pada kelompok anak usia 0-17 tahun.
7. Apa yang bisa dilakukan?
Dari studi ini bisa dibuktikan bahwa masalah polusi berpengaruh jangka pendek dan jangka panjang pada masyarakat. Untuk membuat masalah ini terurai, penting sekali untuk menghentikan potensi-potensi terjadinya polusi udara yang makin parah.
Berdasarkan penelitian Vital Strategies (2019), sumber PM 2,5 berasal dari:
- Kendaraan bermotor (32-57%)
- Pembakaran terbuka/bakar sampah dan pabrik (9-11%)
- Pembakaran batubara (14%)
- Aktivitas konstruksi (13%)
- Debu jalan (1-9%)
- Aerosol sekunder (1-16%)
Garam laut (1-22%)
Direktur Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan RI, dr Anas Ma'ruf, MKM, menjelaskan bahwa ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk menjaga kesehatan saat polusi udara sedang parah.
Ada protokol kesehatan 6 M dan 1 S, yaitu:
- Memeriksa kualitas udara melalui aplikasi atau situs.
- Mengurangi aktivitas luar ruangan dan menutup ventilasi ruangan di saat polusi udara tinggi.
- Menggunakan penjernih udara dalam ruangan.
- Menghindari sumber polusi dan asap rokok.
- Menggunakan masker saat polusi udara tinggi.
- Melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat
Segera konsultasi dengan tenaga kesehatan jika muncul keluhan pernapasan.
"Jika disederhanakan maka menjadi, memakai masker dan segera memeriksakan bila mengalami gejala sakit pernapasan," tutur dr. Anas.
Nah, jadi tidak bisa dianggap enteng lagi ya, Ma!
Baca juga:
- Waspada, Bahaya Polusi Udara Ancam Gangguan Tumbuh-Kembang Anak
- Polusi Udara Bisa Menyebabkan Flek Hitam pada Wajah
- 5 Tips Memilih Sunscreen yang Tepat saat Polusi Udara Sedang Meningkat