Dokter adalah salah satu garda terdepan dalam penanganan covid-19. Seorang dokter di Surabaya mengeluhkan buruknya Surabaya menangani pandemi ini. Popmama.com akan menjelaskan dengan lengkap untuk kamu.
Seorang dokter yang bekerja di IGD RS Royal Surabaya merasa butuh mengeluarkan unek-uneknya di sosial media. Ia membuat sebuah utas di Twitter yang berisi pengalamannya menjadi dokter di salah satu RS rujukan penanganan kasus corona.
Suara kekecewaannya menarik perhatian banyak pihak. Banyak yang mendukung ceritanya, namun tak sedikit juga yang mengkritik.
Berikut perkembangan terbaru mengenai kasusnya yang viral di sosial media:
1. Utas mengenai buruknya Kota Surabaya dalam penanganan covid-19
Oke kalau gitu kita mulai saja... SEBUAH UTAS tentang bobroknya penanganan COVID-19 di Surabaya
Dalam akun Twitternya, @cakasana, Aditya J Janottama mencurahkan perasaannya selama jadi dokter di masa pandemi seperti ini. Kebetulan, RS tempatnya bekerja menjadi salah satu RS rujukan untuk pasien Covid-19.
Namun menurutnya, itu tidak didukung dengan bantuan mumpuni dari pemerintah. Terlihat bagaimana ia mengeluhkan kurangnya APD untuk tenaga non medis, dan juga minimnya ventilator di beberapa rumah sakit rujukan.
Dalam utas ini, dr Aditya juga membicarakan tentang repot dan panjangnya proses pemakaman jenazah yang suspek maupun positif corona.
Meski mengeluhkan pemerintah kota yang tampaknya tidak memberikan bantuan apa-apa, dokter tersebut sempat menyebutkan 2 bantuan yang diberikan pemerintah. Yaitu telur rebus dan wedang jahe.
Editors' Pick
2. Tanggapan dari warganet
Freepik/freepik
Dalam 3 hari, utasnya mendapat 12,9 ribu Retweet dan 23,4 ribu Likes. Banyak juga warganet yang berkomentar.
Ada yang dari tenaga kesehatan, ada juga dari masyarakat umum. Banyak dari para tenaga kesehatan yang membenarkan perkataan dokter tersebut.
Mereka bahkan membagikan foto dirinya mengenakan APD darurat yang bisa dibilang jauh dari standar.
Namun ada juga yang tidak setuju karena menganggap akun @cakasana memiliki sentimen tersendiri ke Walikota Surabaya.
3. Respon dari dewan negara
Dok. IDN Times
Mengenai hal ini, Wakil Ketua DPRD Surabaya, A.H Thony mengantakan kritiknya kepada pemerintah.
Menurutnya, Pemkot Surabaya sebaiknya tidak hanya fokus pada dua rumah sakit miliknya yaitu RSUD Soewandhie dan RSUD Bhakti Dharma Husada dalam penanganan Covid-19.
Ia kembali berkata bahwa rumah sakit swasta di Surabaya juga perlu diperhatikan terlebih jika mereka kekurangan APD saat menangani pasien covid-19.
Tony melanjutnya, sebaiknya cuitan dokter tesebut menjadi evaluasi bagi Pemkot Surabaya. Ia pun berasumsi bahwa mungkin saja cuitan tersebut merupakan perwakilan dari dokter-dokter lainnya.
4. Komentar dari Pemkot Surabaya
Freepik
Hal ini ditampik oleh Wakil Koordinator Hubungan Masyarakat Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Surabaya, M Fikser. Dirinya menjelaskan bahwa Pemkot Surabaya telah mendapat membagikan sebanyak 82.651 APD yang dibagikan kepada 50 RS rujukan dan non rujukan, labkesda, dan 63 puskesmas.
Selain itu, Pemkot juga mengaku memberikan bantuan masker bedah, masker N95, face shield, sepatu boot, goggle, sarung tangan, ventilator, dan berbagai peralatan medis lainnya ke rumah sakit-rumah sakit tersebut.
Ia menyebutkan bahwa pihaknya memiliki data penerimaan dan pendistribusian APD tersebut. Pendistribusiannya telah tercatat dan terdokumentasi dengan baik.
Fikser menyebutkan lebih lanjut, bahkan Wali Kota Surabaya, Risma, sendiri yang membaginya rata sesuai kebutuhan, Agar sampai ke tempat yang tepat, ia juga telah menyimpan bukti terimanya.
Fikser menyayangkan cuitan yang dibuat oleh salah satu dokter di Surabaya tersebut. Menurutnya, itu bisa menimbulkan persepsi yang keliru di masyarakat. Padahal banyak orang yang telah terlibat di penanganan ini untuk membuat keadaan lebih baik.
5. Permohonan maaf dari pihak rumah sakit
Freepik/javi_indy
Pihak RS Royal Surabaya pun angkat bicara mengenai kasus yang viral ini. Jubir RS Royal Surabaya, dr Dewa Nyoman Sutanaya pun buka suara.
Ia meminta maaf atas ketidaknyamanan yang telah terjadi. Ia juga membenarkan bahwa pemilik akun @cakasana adalah dokter yang bekerja di sana di bagian IGD.
Lebih lanjut, pihak rumah sakit tidak bertanggung jawab atas apapun yang menjadi pendapat atau pernyataan pribadi karyawan mereka di sosial media maupun di media lainnya.
Pada akhirnya, dokter Aditya diberikan sanksi dari RS yang sesuai dengan peraturan dan prosedur rumah sakit tersebut.
Di akhir cuitannya, akun @cakasana mengaku telah berbincang dengan pihak rumah sakit dan mengakui adanya kesalahan.
Itulah informasi mengenai cuitan dari seorang tenaga medis mengenai keadaan penanganan Covid-19.
Semoga permasalahan ini cepat selesai ya, dan tidak ada lagi orang yang merasa kecewa baik petugas medis maupun pasien yang sedang ditangani karena terjangkit virus corona di seluruh wilayah di tanah air.