Tak Hanya ISPA, Polusi Udara bisa Picu Penyakit dan Stunting
Bisa sampai ke penyakit jantung dan lainnya, Ma
11 Agustus 2023
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Akhir-akhir ini, udara di Indonesia sedang sangat tinggi polusinya. Selain bisa membuat pernapasan menjadi sesak, ternyata polusi bisa menyebabkan banyak penyakit lain.
Menurut data dari Kemenkes RI, 40 dari 10 penyakit dengan kasus terbanyak per 100 ribu penduduk adalah penyakit respirasi atau pernapasan. Penyakitnya antara lain penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), kanker paru, pneumonia, dan asma.
Penyakit tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti polusi udara, riwayat merokok, infeksi berulang, dan genetik.
Namun faktanya, polusi tak hanya berpengaruh pada pernapasan saja, tapi juga sampai ke fungsi jantung dan darah.
Apa saja penyakit yang bisa ditimbulkan dari polusi yang berlebih? Popmama.com akan merangkumkannya untuk Mama.
1. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
ISPA menjadi penyebab utama angka kematian karena penyakit menular di dunia. Penyakit ini disebabkan oleh kualitas udara yang buruk, termasuk polusi. Kebanyakan ISPA menimbulkan gejala batuk, demam, sakit kepala, hidung tersumbat, nyeri tenggorokan, dan kesulitan bernapas.
ISPA disebabkan oleh gas iritan dan partikel yang membuat peradangan di saluran pernapasan. Kemungkinan ISPA makin besar terjadi pada mereka yang sering terpapar dengan polusi udara.
Menurut studi dari Nafas at Jakarta di tahun 2022, kasus bronkitis naik sebanyak 100% dalam 48 jam terakhir setelah terjadi peningkatan kadar polusi udara di Jakarta.
Sedangkan terdapat kenaikan kasus influenza sebanyak 400% dalam 6-12 jam setelah terjadi kenaikan kadar polusi udara di Jakarta.
Editors' Pick
2. Kardiovaskular atau penyakit jantung
Ternyata, polusi bisa menjadi pemicu penyakit kardiovaskular. Hal ini diungkapkan oleh Prof DR Dr Agus Dwi Susanto, SpP(K) (Ketua Bidang Penanggulangan Penyakit Menular PB IDI & Guru Besar Bidang Pulmonologi dan Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia) dalam acara media briefing IDI.
Menurutnya, partikel polusi udara bisa meningkatkan risiko serangan jantung sebesar 4,5%.
"Penyakit jantung muncul setelah adanya masalah pada organ pernapasan," lanjutnya.
Bagaimana cara polusi udara menjadi pemicu? Polusi masuk ke alveoli dan menyebar ke darah dan masuk ke sistem kardiovaskular sehingga menimbulkan stress sistemik oksidatif dan respon inflamasi di dalam saluran darah.
"Setiap peningkatan partikel 10 mikrogram akan meningkatkan mortalitas jantung 1,4 hingga 1,5 persen dan serangan jantung 4,5 persen," ujarnya.
3. Bisa juga menjadi pemicu stroke
Menurut Prof Agus, sekitar 23 hingga 37 persen kematian dini karena stroke disebabkan oleh polusi udara yang sangat buruk. Bahkan, polutan bisa berdampak 7 kali lipat terhadap stroke dibanding penyebab lainnya.
Stroke bisa terjadi saat pasokan darah ke otak mengalami pengurangan dan gangguan akibat penyumbatan (stroke iskemik) atau pecahnya pembuluh darah (stroke hemoragik).
"Sebanyak 16,9 persen dari 15 juta kasus stroke setiap tahunnya berkaitan dengan polusi. Itu berhubungan dengan aterosklerosis (penyumbatan arteri oleh plak) dan hipertensi (tekanan darah tinggi) yang muncul karena polutan," ungkapnya.
4. Stunting pada anak
Selama ini, masalah stunting dititikberatkan pada gizi anak dan ibu. Faktanya, polusi udara menjadi salah satu pemicu terjadinya stunting pada anak.
Menurut Prof Agus, polutan yang dihirup anak bisa menyebabkan gangguan pada sistem sirkulasi pernapasan. Efeknya, sirkulasi oksigen terganggu dan membuat jumlah oksigen yang dibawa ke dalam tubuh menjadi lebih rendah dari seharusnya.
"Ketika sirkulasi terganggu, oksigen yang dibawa menjadi lebih rendah. Kalau dia menjadi lebih rendah, anak kekurangan oksigen secara defisit minor, tapi jangka panjang akibatnya pertumbuhan jadi lebih lambat," tuturnya.
Bahkan, sejumlah riset di beberapa negara dengan polusi udara tinggi seperti Bangladesh, Afrika, dan China menemukan bahwa polutan menimbulkan risiko stunting pada anak, dua kali lebih tinggi dibanding di negara lain.
"Sebanyak 90% risiko stunting pada anak-anak ini terjadi setiap peningkatan polusi udara di dalam rumah," lanjutnya.
Apa saja polusi yang ada di dalam rumah? Yang terbanyak adalah asap rokok. Jadi, perhatikan baik-baik, ya.
5. Gangguan perkembangan otak anak
Selain stunting, anak-anak yang terus-menerus terpapar polutan atau zat berbahaya karena polusi bisa mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan, termasuk juga gangguan kognitif.
"Diperkirakan, 2 miliar anak di seluruh dunia terdampak dari polusi udara berat yang berdampak pada pertumbuhan perkembangan, termasuk gangguan kognitif," lanjutnya.
Dari mana asalnya? Jadi, polusi udara masuk melalui saluran pernapasan anak dan akan mengalir ke dalam otak. Efeknya, otak akan mengalami peradangan dan terjadilah neurodegenerasi atau penurunan fungsi otak dengan hilangnya sel saraf secara progresif.
"Berbagai riset menunjukkan bahwa peningkatan polutan ini berkaitan dengan tingkat intelegensi dan intelektual yang lebih rendah pada anak-anak di bawah 2 tahun, prasekolah, maupun usia sekolah," tutupnya.
Namun hal ini masih bisa dihindari dengan menjauhi area yang terpapar polusi udara parah. Lebih baik di rumah dan menjaga sirkulasi udara di rumah dengan baik selama polusi sedang parah-parahnya.
Baca juga:
- Waspada! Bahaya Olahraga di Luar Ruangan saat Polusi Merebak
- Dampak Polusi Udara pada Kesuburan Laki-Laki dan Perempuan
- Selain Terlihat Keruh, Polusi Udara bisa Membahayakan Kesehatan Kulit