WHO Peringatkan Gelombang Kedua Virus Corona yang Lebih Bahaya
Pandemi belum berakhir, malah bisa datang gelombang kedua yang lebih parah
3 Juni 2020
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Banyak negara sudah kembali membolehkan warganya berkegiatan dengan alasan tren penyebaran Covid-19 sudah menurun.
WHO malah memperingatkan sebaliknya. Dilansir dari berbagai sumber, Popmama.com menemukan informasi mengenai gelombang kedua yang mengintai saat masa pandemi.
Masa Tanggap Darurat Covid-19 telah berakhir 29 Mei 2020 kemarin. Sedangkan PSBB di Jakarta dan daerah lain akan berakhir sebentar lagi.
Pemerintah juga sudah membolehkan membuka kantor dan jenis usaha lain agar roda perekonomian tetap berputar.
Di sisi lain, ada bahaya mengintai mengingat virus corona belum ada vaksinnya. Sementara itu, dengan kembalinya masyarakat berkegiatan, memungkinkan penyebaran virus jadi makin masif.
Untuk itu, WHO memperingatkan akan gelombang kedua virus corona yang bisa lebih parah. Lebih detilnya, Popmama.com jelaskan di bawah ini.
1. Menurut WHO, wabah bisa kembali datang saat gelombang awal sudah reda
Direktur Eksekutif Program Kedaruratan WHO, dr Mike Ryan mengatakan bahwa saat ini dunia masih berada di tengah pandemi virus corona gelombang pertama.
Meski di beberapa negara tren positif Covid-19 telah menurun, namun di beberapa negara lain masih meningkat. Beberapa contoh yang trennya masih naik adalah AS, Asia, dan Afrika.
Menurut dr Ryan, pandemi seperti ini datang dalam beberapa gelombang berbeda. Dengan kata lain, wabahnya bisa kembali datang saat gelombang awal telah mereda.
2. Bisa terjadi jika kebijakan terlalu cepat dilonggarkan
Ada kemungkinan infeksi virus ini bisa naik lebih cepat apabila kebijakan penanggulangan dicabut terlalu cepat. Seakan tak memerhatikan angka yang masih tinggi, kebijakan untuk membatasi kegiatan dan menutup banyak sektor telah kembali diubah.
Dalam pengarahan yang dilakukan secara online, dr Ryan mengatakan bahwa Covid-19 bisa melonjak kapan saja.
Yang harus dilakkan adalah bersiap, karena mungkin saja kita segera mengalami puncak kedua gelombang ini.
Editors' Pick
3. Seperti apa puncak kedua virus corona?
Ciri dari puncak kedua virus corona adalah temuan kasus positif Covid-19 yang masih tinggi. Ini dibarengi dengan lonjakan tajam infeksi virus yang muncul secara tiba-tiba.
Puncak kedua ini tidak bisa terpola seperti gelombang pandemi sebelumnya. Fase ini bisa muncul setelah tingkat infeksi virus terlihat mulai stabil.
Jika pada gelombang pertama, penyebaran virus terlihat perlahan menarik, tidak pada gelombang kedua. Temuan kasus infeksi akan terjadi pada waktu bersamaan di gelombang yang ini.
4. Berpotensi banyaknya kematian bukan dari pasien corona saja
Karena diprediksi akan terjadi pada waktu bersamaan, puncak kedua dikhawatirkan akan membuat sistem kesehatan jadi kewalahan. Akhirnya, berpotensi menyebabkan banyak kematian.
Ahli infeksi emerging dari Johns Hopkins University, dr Gabe Kelen, menjelaskan mengenai hal ini. Menurutnya, saat lebih banyak rumah sakit dan petugas kesehatan yang kewalahan menghadapi banyaknya pasien yang datang tiba-tiba, peluang kematian yang sebenarnya bisa diantisipasi jadi melonjak.
Kematian ini tak hanya berasal dari orang yang terjangkit Covid-19 saja. Tapi dari orang yang memiliki penyakit lain yang tergantung pada medis.
Orang-orang yang sakit kanker, diabetes, jantung, dan lainnya bisa terancam melayang nyawanya jika para petugas medis habis tersedot mengurus pasien corona.
Fasilitas kesehatan yang seharusnya untuk mereka, harus dibagi untuk menangani pasien terinfeksi corona. Bayangkan betapa kacaunya hal itu jika benar terjadi.
5. Prediksi puncak kedua corona terjadi di bulan Juni
Puncak kedua pandemi corona bisa diprediksi tergantung dari seberapa cepatnya sebuah negara menanggulangi wabah tersebut.
Di AS, puncak kedua kemungkinan terjadi selama musim gugur atau akhir musim dingin. Itu bertepatan dengan musim flu. Sementara di Jepang, PM Shinzo Abe mengatakan mereka kini tengah berada di gelombang kedua.
Itu ditandai dengan banyaknya jumlah penambahan kasus baru di Negara Sakura tersebut.
Para ahli memperkirakan puncak kedua bisa saja terjadi pada bulan Juni dengan melihat banyaknya wilayah yang memberikan kelonggaran kebijakan terkait menekan pandemi.
Penerapan kenormalan baru yang terlalu gegabah bisa mempengaruhi waktu dan tingkat keparahan puncak kedua pandemi corona.
Dengan banyaknya orang yang sudah ke luar rumah, maka tingkat infeksi bisa melonjak lagi.
6. Yang bisa dilakukan saat ini adalah menjaga diri
Penyebaran virus masih terus berlangsung selama vaksinnya belum ditemukan. Namun terlalu lama menutup semua sektor bisa menggoyahkan ekonomi dan kehidupan masyarakat.
Maka dari itu, yang bisa dilakukan saat ini adalah memperketat kemungkinan penyebaran virus corona. Segala protokol kesehatan harus disiplin dilakukan oleh berbagai pihak.
Sedangkan jika tidak mendesak sekali, usahakan untuk tidak bepergian ke luar rumah. Jika terpaksa harus ke luar rumah, maka pastikan untuk mengenakan masker, membawa hand sanitizer, dan tetap menjaga jarak yang aman.
Baca juga:
- IDI: New Normal di Depan Mata, Ini Panduan Hidup Sehat saat Aktivitas
- Menurut Astrolog, Ini Cara Unik 12 Zodiak Hadapi New Normal
- 5 Tren Berbusana di Era New Normal a la Fashion Stylist, Erich Al Amin