12 Foto Menyayat Hati Para Pekerja Medis Melawan Virus Corona
Pengorbanan mereka sungguh luar biasa!
4 April 2020
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jumlah pasien positif virus corona di dunia meroket pertumbuhannya. Hingga Selasa, 24 Maret 2020 pagi, tercatat jumlah total kasus infeksi virus corona Covid-19 di dunia telah mencapai 378.287 kasus.
Dari jumlah tersebut, 16.497 pasien atau sebesar 4,36 persen dari total kasus dinyatakan meninggal dunia.
Sementara,100.958 pasien di antaranya atau sekitar 26,69 persen dari total kasus dinyatakan sembuh.
Jumlah kasus virus corona terbanyak masih terdapat di China, Italia, Amerika Serikat, dan Spanyol.
Meski demikian, jumlah pasien sembuh di China cukup tinggi. Dari 81.496 kasus yang dilaporkan, 72.819 pasien telah dinyatakan sembuh. Sementara, dari jumlah kematian, tercatat 3.274 kasus. Jumlah di Italia dilaporkan lebih tinggi, yaitu ada 6.077 kasus kematian.
Perjuangan tim medis di seluruh dunia
Pertempuran melawan pandemi virus corona ini dilakukan secara sungguh-sungguh. Para tim medis berjuang sekuat tenaga.
Mereka meninggalkan keluarga, pasangan, anak-anak, orangtua, semua yang mereka cintai demi tugas yang mulia. Menyelamatkan nyawa sesama menjadi misi utama mereka.
Pengorbanan mereka sungguh luar biasa.
Berikut Popmama.com telah merangkum foto menyayat hati para petugas kesehatan di seluruh dunia yang sedang memerangi wabah virus corona saat ini.
1. Wajah pekerja medis setelah shift panjang - Dokter asal negara Ceko
Kita tidak bisa lagi. Kami tidak tidur, kami tidak makan, saya bahkan belum ingat. Ponsel berbunyi terus menerus.
Tentu, sebagai dokter, kami kerja keras, kami tahu apa yang kami hadapi. Tapi ini berbeda. Ini adalah sprint dan maraton menjadi satu - itu adalah ketegangan yang sangat menegangkan, tetapi pada saat yang sama membutuhkan waktu yang lama dan akhirnya belum terlihat.
Meskipun diulangi oleh berbagai media sehingga asimptomatis tidak pergi ke swabs, masih ada sekitar satu miliar dari mereka. Jadi jika kamu tidak memiliki gejala ringan, tinggal di rumah, minum cukup cairan.
Saya tidak mengerti logika ketika orang-orang yang takut bahwa mereka mungkin memiliki coronavirus datang ke satu-satunya tempat di mana jelas jelas bahwa coronavirus terjadi di sana.
Dan saya juga akan menghargai jika orang-orang berhenti meneriaki saya - di telepon dan secara langsung. Saya mengerti ini adalah situasi stres bagi kalian juga, tetapi kalian tidak akan benar-benar meningkatkan efisiensi pekerjaan saya. Tentu kalian marah kepada pemerintah, kalian menganggap langkah-langkah mereka terlalu kasar / tidak mencukupi / buruk berkomunikasi.
Mari kita bersikap wajar dan memperlakukan satu sama lain seperti manusia.
17 Maret
2. Seorang perawat setelah berjam-jam dalam perawatan intensif
Pada 22 Maret akun Twitter @qaisernawab098 mencuitkan foto dengan kata-kata:
Inilah sebagian dari wajah-wajah perawat Italia setelah bekerja selama 13 jam di ICU. Kelelahan, ketakutan dan kekhawatiran, cederan & pansa yang disebabkan oleh peralatan pelindung. Tetap Kuat!
3. Perawat ruang ICCU sudah bekerja selama 13 tahun dan mengaku tidak pernah melihat hal sekritis ini
"Tidak hanya kita semua berjuang untuk bertahan dari penularan itu sendiri, kita juga berjuang untuk perlindungan dari industri yang gagal mempersiapkan kita secara memadai untuk pandemi ini. Semua orang berjuang. Keterampilan dan keahlian kita diuji dalam segala hal yang dapat dibayangkan sekarang. Dan ini baru saja dimulai," ungkapnya melalui sebuah unggahan di InstagramStory.
4. Baru saja mengakhiri 12 jam kerja sebagai tenaga medis untuk melawan Covid-19
Frustasi dan kelelahan nampak jelas di wajahnya dan semua dilakukan demi memerangi virus corona.
Baca juga:
Ujian Nasional 2020 Ditiadakan, Ini Ketentuan Kelulusan Siswa SD-SMK
5. Saat tenaga medis kehabisa APD
Ini adalah Ahli Anestesi, Dr. John Henao, ia kehabisan APD (Alat Pelindung Diri) di rumah sakitnya bekerja.
Bukan hanya dirinya, banyak juga petugas medis yang menemukan hal serupa. Kehabisan tisu, sarung tangan latex, masker medis dan peralatan umum lainnya yang tak kalah penting.
Editors' Pick
6. Perawat melepas masker setelah pergantian shift kerja
Masih ada sedikit senyum yang bisa ia bagikan. Terima kasih pejuang kesehatan.
7. Dia tidak punya pilihan, namun harus tetap memerangi cirus corona
Joy Vink berada di garis terdepan pertempuran NYC dengan Covid-19, tetapi ia tidak memiliki alat perlindungan yang tepat. Ia tidak memiliki pilihan lain. Yang ia tahu, ia hanya ingin bertugas membantu sesama dalam memerangi virus corona.
8. Luka di wajah sang perawat
Lihatlah luka bergerigi di wajah sang perawat. Ia kesakitan, namun ia tidak berkenti melakukan tugasnya.
9. Wajah pekerja medis Italia setelah menahan panas yang luar biasa dibalik jubah pengamanannya
Pada akun Facebook miliknya, Martina menuliskan:
Hangat, lembab.. perasaan sesak napas, tetesan keringat jatuh dari wajah, wajah yang kamu rasakan meleleh di bawah topeng FP3, bahan plastik, topi, terbungkus pakaian tahan air mungkin dua ukuran lagi, di bawah lapisan ini tubuh yang harus bergerak, harus cepat, harus melakukan manuver darurat
... "Pasien harus diintubasi" .. "Ini desaturasi" .... "ini hipotetis" ... lari, terus berkeringat ... siapkan obat dengan dua pasang sarung tangan yang membatasi gerakan tangan rutin... berkeringat lagi dan lagi setelah berjam-jam berlalu jadi kamu tidak bisa bernapas tetapi kamu tidak bisa minum, kamu tidak bisa istirahat, kamu tidak bisa buang air kecil saat berpakaian seperti ituDalam semua ini kecemasan bisa mencemari dirimu dengan membuat gerakan yang kamu lakukan sebelumnya, kegelisahan ini adalah latar belakang untuk setiap manuver, setiap pikiran, setiap tindakan yang harus kamu lakukan, kamu harus terus-menerus mengulangi bahwa kamu tidak dapat menyentuh kepalamu lagi jika ikut rambutmu tiba-tiba terasa sakit, jika hidung terasa gatal, menanggungnya, jika melakukan napas panjang rasanya tak tertahankan di balik penutup wajah, melanjutkan untuk bernapas lagi dan lagi dan menyelesaikan pekerjaan...
10. Dokter ruang gawat darurat di Prancis setelah pergantian jam kerja dan kembali ke istrinya
"Karena sebagian besar dunia mengisolasi, menutup, dan berlari jauh dari virus ini. Dia lelakiku, ia adalah dokter ruang gawat darurat."
11. Tidak ada WFH bagi petugas medis
Inilah foto para petugas medis dari RS Jakarta, mereka tidak merasakan WFH, mereka terus belajar demi memerangi Covid-19.
Melalui akun Facebook Fulliaty Amalia menuliskan seruan semangat:
Saat ...banyak karyawan mall, hotel,resto di rumahkan....krn sepinya pengunjung....
Petugas RS hrs terus semangaaat kerja keras bersatuuu dan berjuang.....
Melalui salah satu unggahan lainnya, ia juga menceritakan keresahan dengan keadaan terkini:
APD SOS APD di RS SWASTA yg bukan RS Rujukan COVID-19.......
Got reply dari salah satu PIC CSR suatu psrusahaan...."mohon maaf kami hanya memprioritaskan RS RS Rujukan COVID se Jabodetabek"...
sangat sangaat sangaaat dpt di mengertiiiii .......jd kami harus trs fight.
12. IDI menyampaikan belasungkawa atas meninggalnya dokter yang bertugas melawan virus corona
Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) mengumumkan, enam dokter yang bertugas menangani wabah virus corona ( Covid-19) di Indonesia meninggal dunia.
Lima orang dokter di antaranya diduga meninggal dunia akibat terjangkit virus corona.
Satu orang dokter lainnya meninggal dunia akibat serangan jantung setelah mempersiapkan fasilitas kesehatan demi menghadapi virus corona.
"Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia berduka cita amat dalam atas wafatnya sejawat-sejawat anggota IDI sebagai korban pandemi Covid-19," demikian dilansir dari akun resmi Instagram PB IDI @ikatandokterindonesia, Senin (23/3/2020).
Selanjutnya, ada dua orang dokter yang juga dikabarkan meninggal dunia dalam pertempuran melawan virus corona.
Ialah Prof. Dr. dr. Bambang Sutrisma, MHSc seorang Guru Besar Epidemuologi FKM Univ. Indonesia (Anggota IDI Jakarta Timur) dan Prof. dr.Iwan Dwiprahasto, M.Med.Sc,Ph.D seorang guru Besar FK Universitas Gajah Mada (Anggota IDI Cabang Yogyakarta).
Popmama.com turut berduka cita atas berpulangnya para pejuang kesehatan di atas. Perjuangan mereka tidak akan sia-sia jika kita bisa mengikuti saran para dokter dengan melakukan social distancing dan #DiRumahAja.
Baca juga:
- DINKES: Protokol Isolasi Diri Sendiri dalam Penanganan Covid-19
- Wabah Corona, Ini 5 Persiapan Karantina di Rumah Bersama Keluarga
- 3 Penyebab Jokowi Belum Lockdown Indonesia untuk Atasi Virus Corona