Hasil Studi Temukan Kimia Beracun pada Pengguna Rokok Elektrik

Melalui tes oral pada orang yang menggunakan rokok elektrik, maka ditemukan zat berbahaya berikut

28 November 2018

Hasil Studi Temukan Kimia Beracun Pengguna Rokok Elektrik
Instagram.com/ohm_grown_vaper

Kabar terbaru tentang rokok elektrik atau vape. Peneliti menemukan bahwa rokok elektrik bisa meningkatnya risiko terkena kanker mulut.

Studi telah dilakukan oleh American Chemical Society.

Melansir dari metro.co.uk, Jumat (24/8/2018), ilmuwan telah menemukan bukti yang menunjukkan bahwa penggunaan rokok elektrik, meningkatkan kadar senyawa yang merusak DNA di dalam mulut. Maka jika sel-sel dalam tubuh tidak dapat memperbaiki kerusakan DNA setelah vaping, dapat mengakibatkan meningkatnya risiko kanker.

Editors' Pick

Efek Jangka Panjang Rokok Elektrik

Efek Jangka Panjang Rokok Elektrik
Popmama.com/Fajar Perdana

Para peneliti mengakui, efek jangka panjang dari rokok elektrik sendiri belum diketahui, sehingga butuh penelitian lebih lanjut.

"Kami ingin mengkarakterisasi bahan kimia yang dipaparkan pada perokok elektrik, dan kerusakan DNA yang mungkin terjadi," kata peneliti Dr. Romel Dator.

Sejak diperkenalkan pada beberapa tahun lalu, sekitar tahun 2004, rokok elektrik mulai dianggap sebagai pilihan atau alternatif yang lebih aman daripada rokok tembakau yang dibakar seperti kebanyakan orang pakai.

Namun, tim yang melakukan penelitian ini mengklaim materi genetik dalam sel oral orang-orang yang mengisap vape bisa diubah oleh bahan kimia beracun dalam rokok tersebut.

Cara kerja rokok elektrik dengan memanaskan cairan atau liquid yang biasanya mengandung nikotin, menjadi aerosol atau sering disebut menjadi uap bukan asap yang kemudian dihirup oleh pengguna. 

Cairan atau liquid vape saat ini semakin beragam. Hadir dengan rasa seperti buah, cokelat, yakult, aneka kue atau permen karet. 

Hasil Analisa Melalui Liur

Hasil Analisa Melalui Liur
Instagram.com/dotmod_france

Rokok elektrik atau vape mengandung bahan kimia berbahaya.

Menurut peneliti utama, Silvia Balbo, memang lebih banyak karsinogen yang muncul dari pembakaran tembakau dalam rokok biasa daripada uap rokok elektrik.

"Kami tidak begitu tahu dampak menghirup kombinasi senyawa yang dihasilkan oleh perangkat ini. Hanya karena ancaman yang berbeda, tidak berarti rokok elektrik benar-benar aman," tambahnya.

Studi tersebut menganalisis air liur dan sel mulut dari lima pengguna rokok elektronik sebelum dan sesudah merokok selama 15 menit. Mereka mengklaim telah menemukan bahan kimia yang dapat mengubah DNA dalam mulut para vapers.

Mereka menemukan kadar bahan kimia beracun seperti formaldehyde, acrolein, dan methyglyoxal meningkat setelah vaping.

Para ilmuwan tersebut berencana untuk menindaklanjuti studi tersebut dengan penelitian yang lebih besar. 

Mereka ingin melihat perbedaan tingkat bahan kimia beracun dalam pengguna rokok elektrik dengan perokok biasa.

Apakah kamu dan pasangan penyuka rokok elektrik? Mungkin kamu perlu memerhatikan hasil penelitian di atas.

The Latest