FIS 2023: Menyeimbangkan Bisnis dengan Lingkungan Berkelanjutan
Tilik bagaimana dunia bisnis menjaga kelestarian lingkungan yang berkelanjutan
15 Maret 2023
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Fortune Indonesia Summit (FIS) 2023 telah resmi dibuka pada Rabu (15/3/2023). Acara ini akan berlangsung selama dua hari, pada tanggal 15-16 Maret 2023.
Pada sesi keempat FIS 2023, telah diundang moderator serta pembicara yang mengusung topik "Balancing Performance with Purpose". Sesi ini berlangsung Rabu (15/3), di The Tribrata pada pukul 13.00 sampai 14.00 WIB
Anita Bernardus, seorang Director Corporate Communications APRIL Group selaku moderator membuka dan memandu sesi keempat pada acara FIS 2023 hari ini. Turut hadir Ratna Kartadjoemena selaku Partner & Director Potato Head Family yang juga merupakan Co-founder Bicara Udara, serta Hamish Daud selaku Co-founder & CMO Octopus Indonesia.
Berikut Popmama.com rangkum sesi keempat dalam Fortune Indonesia Summit 2023 yang mengusung topik "Balancing Performance with Purpose".
Editors' Pick
1. Perusahaan berusaha menyeimbangkan bisnis dengan lingkungan yang berkelanjutan
APRIL Group, Potato Head Family, dan Octopus Indonesia merupakan tiga perusahaan bisnis yang berfokus pada lingkungan berkelanjutan.
Mulai dari daur ulang bahan kertas sampai pengelolaan sampah, perusahaan-perusahaan ini berusaha membuat regulasi yang berdampak positif pada lingkungan.
"Salah satu goals pada awal pembentukan Potato Head Family adalah membuat tamu yang singgah di tempat kita bahagia dengan lingkungan yang bebas sampah," jelas Ratna.
Sebagai sektor pariwisata yang mengedepankan pelayanan, kenyamanan dari tamu adalah poin yang utama. Potato Head Family hadir sebagai hospitality business berusaha mengolaborasikan seni dan budaya Indonesia untuk musik dan fashion.
Di samping itu, Hamish juga bersuara mengenai kekhawatiran saat hendak mengembangkan Octopus Indonesia, "Octopus Indonesia berusaha menerapkan Circular Economic Movement yang dimana semua barang yang dihasilkan dapat bermanfaat."
Octopus Indonesia hadir untuk mendigitalisasi pengumpulan sampah dan pengelolaan limbah. Berfokus pada sektor informal, Octopus Indonesia menyebut mitra pemulung sebagai pelestari lingkungan.
2. Dimulai dari pegawai yang harus melek terhadap isu lingkungan
Selain bidang operasional, kendala yang kerap dihadapi oleh pebisnis yang memprioritaskan lingkungan adalah waste management training yang dilakukan untuk pegawai.
"Salah satu yang Potato Head Family terapkan adalah bagaimana kita memiliki farm sendiri. Farm itu juga bukan hanya digunakan untuk menyuguhkan tamu, tetapi juga pegawai dan komunitas yang saat pandemi Covid-19 harus menjaga 'rumah' kami di sini."
Ratna juga menyebutkan bahwa pegawai diwajibkan untuk tidak membawa single use plastic.
Hamish menyetujui bahwa langkah pertama yang harus dilakukan oleh pebisnis hijau adalah memberikan pemahaman terhadap lingkungan kepada pekerjanya itu sendiri.
"Pandemi membawa suatu dampak baik. Salah satunya, ketika masyarakat melakukan segala aktivitas di rumah saja, mereka menjadi tersadar bahwa sampah yang dihasilkan perharinya sangat banyak," jelas Hamish.
Mulai dari situasi itulah, banyak masyarakat dan pegawai yang lebih melek terhadap isu lingkungan masa kini.
3. Masalah lingkungan tidak bisa dinomor-duakan
"Semua ide baru pasti butuh waktu. Termasuk memberdayakan pemulung bagi Octopus," sebut Hamish.
Sudah 26 ribu pemulung yang terdaftar sebagai 'pelestari' di Octopus Indonesia. Hal tersebut dilakukan dengan perubahan mindset masyarakat terhadap pengelolaan sampah, salah satunya dengan metode pemberian insentif.
Bagi Ratna, salah satu faktor yang dapat mendukung pebisnis hijau adalah dukungan dari regulator untuk pendanaan dan sosialisasi menyeluruh terhadap masyarakat. Dengan demikian, pendisiplinan terhadap pengelolaan limbah dapat dilakukan.
Anita kemudian mempersilakan pembicara untuk menyampaikan closing statement pada sesi hari ini.
"Environment cannot wait. Siapapun dan di bisnis apapun pasti berdampak pada lingkungan tempatnya. Masih banyak urusan lingkungan yang perlu dibenahi, so think about everything twice," sebut Ratna.
Hamish juga menambahkan, "Saya surfer dan juga diver, ketika melihat lingkungan yang saya hidupi sekarang saya hanya ingin hidup dan memberikan impact. Ke depannya, melalui 20 kota ekspansi yang akan kami lakukan, kami ingin memberikan dampak, membuat lebih banyak 'pemulung' menjadi 'pelestari'."
Demikian rangkuman sesi keempat Fortune Indonesia Summit 2023. Acara dilanjutkan dengan sesi-sesi selanjutnya yang turut mengundang pembicara hebat dengan bidang mereka di bisnis masing-masing.
Baca Juga:
- Fortune Indonesia Summit 2023 Dibuka: Bergerak Maju dan Terus Berjuang
- Fortune Indonesia Rilis 40 Under 40, Ada Luna Maya dan Nagita Slavina
- FORTUNE Indonesia Summit 2022, Tantangan dan Peluang Baru Dunia Bisnis