Tata Cara Puasa Syawal: Keutamaan, Niat, dan Batas Akhir
Simak penjelasannya untuk mengetahui ketentuan puasa syawal
14 April 2024
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Hari raya Idulfitri 1444H telah dirayakan. Setelah merayakan Idulfitri, umat muslim disunahkan untuk menunaikan puasa syawal.
Sebelum melaksanakan puasa Syawal, disarankan untuk mengganti utang puasa Ramadan terlebih dulu (qada atau qodho' puasa). Lantas bolehkah puasa Syawal 6 hari dikerjakan tidak berurutan?
Puasa Syawal boleh dikerjakan tidak berurutan karena tidak ada keharusan untuk melaksanakan secara berurutan. Yang jelas, selama masih berada di bulan Syawal tetap memperoleh keutamaan puasa setahun penuh.
Namun kapan batas akhir puasa Syawal dan bagaimana tata cara melaksanakannya? Tenang saja, Popmama.com akan memberikan penjelasannya. Simak yuk!
Keutamaan Puasa Syawal
Puasa syawal merupakan ibadah puasa sunah yang dikerjakan pada bulan Syawal sesuai dengan anjuran Nabi Muhammad SAW. Puasa Syawal memiliki beberapa keutamaan, salah satunya terdapat dalam Hadis Riwayat Muslim sebagai berikut:
“Siapa saja yang berpuasa Ramadan, kemudian dilanjutkan dengan enam hari di bulan Syawal, maka seperti pahala berpuasa setahun.” (HR. Muslim). Adapun idealnya, puasa sunah Syawal enam hari dilakukan persis setelah hari raya Idulfitri, yakni pada 2-7 Syawal.
Dalam hadisnya sebagaimana dikutip dari laman Muhammdiyah, muhammadiyah.or.id, Rasulullah bersabda, keutamaan puasa Syawal seperti orang yang berpuasa sepanjang masa.
عَنْ أَبِي أَيُّوبَ الْأَنْصَارِيِّ رَضِي اللَّهُ عَنْهُ … أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ[رواه الجماعة إلا البخاري والنسائي]
Artinya:
Dari Abi Ayyub al-Anshari r. a. (diriwayatkan) … bahwa Rasulullah saw bersabda: Barang siapa sudah melakukan puasa Ramadan, kemudian menambahkan dengan puasa enam hari di bulan Syawal, maka seolah-olah ia telah melaksanakan puasa sepanjang masa. [HR Jama’ah ahli hadis selain dan an-Nasa’i].
Hadis lain menyebut ganjaran puasa Syawal adalah seperti puasa satu tahun penuh.
[عَنْ ثَوْبَانَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ صَامَ رَمَضَانَ فَشَهْرٌ بِعَشَرَةِ أَشْهُرٍ وَصِيَامُ سِتَّةِ أَيَّامٍ بَعْدَ الْفِطْرِ فَذَلِكَ تَمَامُ صِيَامِ السَّنَةِ . [رواه أحمد
Artinya:
Dari Tsauban, dari nabi saw (diriwayatkan bahwa) beliau bersabda: Barang siapa berpuasa Ramadan, maka pahala satu bulan Ramadan itu (dilipatkan sama) dengan puasa sepuluh bulan, dan berpuasa enam hari sesudah Idulfitri [dilipatkan sepuluh menjadi enam puluh], maka semuanya (Ramadan dan enam hari bulan Syawal) adalah genap satu tahun. [HR Ahmad]
Editors' Pick
Tata Cara dan Ketentuan Puasa Syawal
Dikutip dari laman resmi Universitas Muhammadiyah Sukabumi ummi.ac.id, berikut ini tata cara dan ketentuan puasa Syawal:
1. Puasa Syawal dilakukan selama enam hari
Sebagaimana disebutkan dalam hadis, puasa Syawal dilakukan selama enam hari. Disebutkan dalam hadis:
“Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia berpuasa seperti setahun penuh.” (HR. Muslim no. 1164). Dari hadis tersebut, Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin berkata, “Yang disunnahkan adalah berpuasa enam hari di bulan Syawal.” (Syarhul Mumti’, 6: 464).
2. Diutamakan dikerjakan secara berurutan
Puasa Syawal diutamakan dikerjakan secara berurutan. Tetapi jika tak bisa dikerjakan berurutan, boleh dikerjakan secara terpisah-pisah.
Syaikh Ibnu ‘Utsaimin juga berkata, “Lebih utama puasa Syawal dilakukan secara berurutan karena itulah yang umumnya lebih mudah. Itu pun tanda berlomba-lomba dalam hal yang diperintahkan.”
3. Usahakan untuk mengganti utang puasa Ramadan lebih dulu
Jika kamu memiliki utang puasa Ramadan, disarankan untuk menggantinya terlebih dulu (qodho' puasa). Hal ini berdasarkan penjelasan Ibnu Hambali dalam kitab Lathoiful Ma’arif. Ibnu Rajab Al Hambali rahimahullah berkata:
“Siapa yang mempunyai kewajiban qodho’ puasa Ramadhan, hendaklah ia memulai puasa qodho’nya di bulan Syawal. Hal itu lebih akan membuat kewajiban seorang muslim menjadi gugur. Bahkan puasa qodho’ itu lebih utama dari puasa enam hari Syawal.” (Lathoiful Ma’arif, hal. 391).
Begitu pula beliau mengatakan:
“Siapa yang memulai qodho’ puasa Ramadhan terlebih dahulu dari puasa Syawal, lalu ia menginginkan puasa enam hari di bulan Syawal setelah qodho’nya sempurna, maka itu lebih baik. Inilah yang dimaksud dalam hadits yaitu bagi yang menjalani ibadah puasa Ramadhan lalu mengikuti puasa enam hari di bulan Syawal. Namun pahala puasa Syawal itu tidak bisa digapai jika menunaikan qodho’ puasanya di bulan Syawal. Karena puasa enam hari di bulan Syawal tetap harus dilakukan setelah qodho’ itu dilakukan.” (Lathoiful Ma’arif, hal. 392).