Alasan Pemerintah Tak Buka Area Terdampak Virus Corona, Kenapa Ya?
Kira-kira apa alasannya ya, Ma!
13 Maret 2020
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Kasus demi kasus terkait virus corona atau Covid-19 di Indonesia semakin meresahkan masyarakat.
Tak jarang pemberitaan yang semakin meluas justru membuat banyak orang panik apalagi jika diberitahukan terkait wilayah mana saja berpotensi serta terdampak virus corona.
Dilansir dari IDN Times, dr. Achmad Yurianto yang akrab disapa Yuri sebagai juru bicara penanganan virus corona mengatakan bahwa pemerintah memiliki alasan tersendiri terkait tak pernah mengumumkan wilayah mana saja yang berpotensi menyebarkan virus di beberapa titik di Indonesia.
Perlu diketahui bahwa hal ini sangat penting dilakukan bukan terkait wilayahnya, melainkan pergerakan dari individu yang terpapar virus corona tersebut.
"Yang penting justru gambaran tracing orang ini bergerak ke mana terus gitu lho," ungkapnya saat memberikan keterangan pers di Istana Kepresidenan pada Kamis (12/3/2020).
Menurut Yuri, saat ini yang diperlukan yaitu tracing atau penelusuran rekam jejak kontak langsung dengan pasien virus corona itu sendiri, bukan justru memetakan wilayah penyebaran.
Selain itu, ada alasan pemerintah yang enggan untuk mengumumkan terkait wilayahnya.
Untuk Mama yang ingin mengetahui beberapa fakta serta alasan dari pemerintah, kali ini Popmama.com telah merangkumnya.
Cari tahu yuk, Ma!
Editors' Pick
1. Penyebaran virus corona tidak berbasis daerah, namun manusia
Dalam pernyataan dari Yuri kepada awak media, dirinya menerangkan bahwa penularan virus corona tidak berbasis daerah, namun dibawa oleh manusia.
Sebagai contoh, Yuri menjelaskan apabila dalam satu ruangan terdapat semua orang yang positif tertular virus corona. Bisa dipastikan bahwa area tersebut statusnya akan menjadi red zone.
Area tersebut bukan lagi red zone apalagi mereka semua sudah mulai keluar dari ruangan tersebut.
Ada hal lain yang menjadi pertimbangan terkait tidak membuka area terdampak virus corona yakni mengenai sikap dewasa masyarakat Indonesia dalam mencerna informasi.
Pemerintah merasa tak yakin publik sudah siap dalam menerima informasi mengenai penyebaran virus corona.
"Tapi pertanyaannya, apakah masyarakat kita sudah cukup dewasa? Wong kita baru menyebut nama orang, sudah luar biasa reaksinya," ucap Yuri.
Apalagi berkaca dari kasus 01 dan 02 beberapa waktu lalu, saat diumumkan keduanya berdomisili di Depok justru publik langsung panik tanpa mencerna informasi yang sedang berkembang.
2. Red zone akan mengikuti pergerakan orang yang positif tertular virus corona
Yuri saat ditemui oleh awak media juga mengatakan bahwa suatu area bisa menjadi red zone bukanlah karena daerah tersebut dipenuhi oleh orang-orang yang positif tertular virus corona saja, namun juga dikarenakan mengikuti pengerakan orang tersebut.
Oleh karena itu, pemerintah memiliki data dan alat ukur. Terkait area yang terdampak virus corona justru tidak bisa disebut karena orang yang tertular bisa saja bukan merupakan warga daerah asli di sana.
"Pemerintah akan tetap melakukan pemetaan terhadap orang-orang yang positif tertular, tetapi bukan menjadi satu media yang cukup bagus jika harus dikomunikasikan dengan masyarakat," katanya.
3. Dewan Masjid Indonesia (DMI) ikut mencegah penyebaran virus corona dengan menyemprot masjid dengan disinfektan
Demi mencegah penyebaran virus corona semakin meluas, Dewan Masjid Indonesia (DMI) melakukan launching terkait sebuah gerakan penyemprotan cairan disinfektan ke 10.000 masjid di Indonesia.
Gerakan tersebut baru saja diresmikan di Masjid Al Munawar Pancoran, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Jumat (13/03/2020). Dalam peresmiannya, Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia H M Jusuf Kalla juga didampingi Sekjen DMI Imam Adaraqudni, Komandan Satgas Bersih Bersih Masjid Tatang Hidayat serta Pengurus Masjid se-kelurahan Pancoran.
Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI) H M Jusuf Kalla mengatakan bahwa gerakan penyemprotan disinfektan ini dilakukan untuk menghidari penyebaran virus corona di lingkungan masjid.
Apalagi perlu diingat bahwa penyebaran virus corona terjadi di ruang publik, termasuk masjid yang menjadi salah satu tempat orang banyak berkumpul.
"Lebih baik mencegah daripada mengobati. Untuk itu, DMI Indonesia menargetkan dalam waktu dua bulan penyemprotan disinfektan dapat selesai dilaksanakan khusunya di daerah Jakarta," kata H M Jusuf Kalla.
Beliau pun turut menghimbau kepada masyarakat yang ingin salat ke masjid agar membawa sejadah sendiri dari rumahnya masing-masing.
Semoga dengan cara seperti ini membuat penyebaran virus corona bisa semakin berkurang ya, Ma!
Baca juga:
- Efektif Cegah Virus, tapi Amankah Bayi Pakai Hand Sanitizer?
- Cegah Penyebaran Corona, Ini Alternatif Budaya Selain Jabat Tangan
- Kemenkes: Virus Corona Bisa Mati Hanya dalam Waktu 10 Menit