Apa itu Batu Tanduk Rusa Ginjal? Begini Pemicu dan Cara Mengatasinya!
Penyakit batu ginjal tanduk rusa sering muncul tanpa ada gejala, sehingga perlu sekali diwaspadai
30 Juli 2020
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Ginjal termasuk salah satu organ penting yang perlu dijaga dengan baik secara kesehatan, sehingga kinerjanya harus berfungsi secara optimal.
Hanya saja sebagian orang harus berjuang karena memiliki penyakit batu ginjal yang dapat mengganggu aktivitas keseharian, salah satunya batu tanduk rusa ginjal (staghorn stone).
Batu tanduk rusa ginjal adalah salah satu penyakit yang sulit dideteksi karena penderitanya tidak begitu merasakan gejala yang spesifik. Disebut sebagai tanduk rusa karena batu ginjal saat diperhatikan terlihat bercabang-cabang. Cabang yang muncul bisa dua atau lebih pada saluran ginjal, sehingga membentuk gambaran seperti tanduk rusa.
Penyakit batu tanduk rusa ginjal ini secara umum dialami oleh kelompok usia 55-64 tahun serta tidak memiliki gejala.
Tak jarang pasien baru mengetahui soal penyakit yang dideritanya ketika ukuran batu sudah tumbuh besar.
Jika Mama ingin mengetahui informasi lebih banyak mengenai batu tanduk rusa ginjal, kali ini Popmama.com telah merangkumnya.
Simak penjelasan batu tanduk rusa ginjal sebagai sebuah pengetahuan baru yuk, Ma!
1. Kemunculan batu tanduk rusa ginjal seringkali tidak disadari
Melalui virtual media briefing yang membahas bertema "Teknik Operasi untuk Menghancurkan Batu Tanduk Rusa Ginjal Tanpa Radiasi" bersama Eugenia Communications pada Rabu (29/7/2020), dr. Ponco Birowo, Sp.U(K), Ph.D, Dokter Spesialis Urologi menjelaskan bahwa staghorn stone termasuk salah satu batu ginjal yang memang menyerupai tanduk rusa.
“Pasien staghorn stone atau batu tanduk rusa ginjal seringkali tidak merasakan adanya gejala atau keluhan, jika ada mungkin saja tidak disadari. Oleh sebab itu, batu ginjal bisa menjadi besar," kata dr. Ponco.
Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013 diketahui bahwa prevalensi batu ginjal di Indonesia yakni 0,6 persen. Hanya saja ukuran besar kecilnya batu tergantung penyakit yang sedang dialami oleh masing-masing orang.
Penyakit yang satu ini tidak boleh dianggap remeh karena akan menganggu aktivitas keseharian. Mengingat kinerja ginjal yang optimal sangat diperlukan oleh tubuh.
"Terdapat beberapa gejala yang perlu diwaspadai, yaitu nyeri pinggang, hilang timbul tanpa dipengaruhi gerakan, kencing warna merah atau kencing darah, kencing keruh berpasir atau keluar batu kecil. Bila sudah lanjut karena infeksi, maka akan mengalami demam dan nyeri saat berkemih," jelas dr. Ponco.
Editors' Pick
2. Apa saja faktor pemicu yang memengaruhi terjadinya batu tanduk rusa?
Riwayat penyakit yang sudah dialami oleh pasien menjadi salah satu faktor munculnya batu tanduk rusa. Berikut beberapa faktor yang dapat memengaruhi batu tanduk rusa antara lain:
- Memiliki penyakit asam urat
- Hanya memiliki ginjal tunggal
- Ada infeksi di bagian saluran kemih
- Mengalami obesitas dan sindrom metabolik
- Memiliki riwayat keturunan di mana salah satu anggota keluarga mengalami batu tanduk rusa
Kelompok usia 55-64 tahun harus lebih hati-hati mengalami batu tanduk rusa karena kategori ini paling rentan. Berdasarkan data, diketahui bahwa prevalensi pada laki-laki 0,8 persen dan perempuan 0,4 persen.
Selain itu, ada beberapa penyakit lain yang cukup rentan memicu batu tanduk rusa yakni:
- Penyakit ginjal polikistik
- Gangguan hormon hiperparatiroidisme
- Penyakit pencernaan (riwayat operasi usus, gangguan penyerapan makanan dan penyakit chron)
- Kelainan saraf tulang belakang dengan gejala seperti sering mengompol
Walau kemunculan batu tanduk rusa ginjal seringkali tidak disadari, namun ada beberapa gejala yang perlu diwaspadai.
Selain mengalami sakit di bagian pinggang perlu juga memerhatikan ketika sedang buang air kecil karena bisa berdarah, berpasir dan terasa nyeri.