Bolehkah Anak Bekerja Sesuai Hobi? Begini Penjelasan Psikolog
Dalam mencari pekerjaan tidak hanya mengandalkan ijazah saja, namun juga perlu soft skills
15 September 2020
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Memilih jurusan kuliah memang perlu sekali dipikirkan secara matang dan tidak boleh sembarangan. Mengingat ini bisa menjadi salah satu faktor penting ke depannya untuk memilih karier pekerjaan setelah lulus kuliah.
Dalam fase ini, anak-anak biasanya akan mulai merasa dilema untuk menemukan jalan tengah termasuk ketika ingin berdiskusi bersama orangtua terkait jurusan kuliah dan karier.
Anak-anak pun perlu memahami bahwa fase ini tidak hanya menjadi dilema untuk diri mereka saja, melainkan orangtua juga akan mengalaminya. Dalam membantu anak-anak memilih jurusan kuliah terbaik, biasanya orangtua akan langsung memikirkan karier anaknya kelak di masa depan.
Jika Mama ingin mendapatkan jalan keluar mengenai permasalahan ini, tak perlu khawatir karena Popmama.com telah merangkum pembicaraan seru di Battle Pintar.
Dalam sesi pada Rabu (9/9/2020), Battle Pintar membahas mengenai "Karier: Berdasarkan Hobi atau Ijazah?"
Penasaran seperti apa pembahasannya? Disimak yuk, Ma!
1. Anak perlu mengetahui minat dan bakatnya sedini mungkin
Perlu Mama ketahui bahwa Aku Pintar termasuk perusahaan teknologi informasi yang bergerak di bidang pendidikan, sehingga banyak sekali pembahasan menarik untuk masa depan anak-anak di sini.
Dalam sesi Battle Pintar kali ini, Dr. Esther Widhi Andangsari, M.Si.,PSi menjelaskan bahwa memang ada kecenderungan anak-anak muda sekarang minat dan bakat mereka sering berubah. Padahal jika ini terus dibiarkan bisa membingungkan dirinya dan orangtua dalam menentukan jurusan yang tepat.
"Minat anak itu memang perlu dibentuk sejak dini, sehingga lebih stabil dan tidak cenderung mudah berubah," jelas Esther.
Jika orangtua menemukan anak-anak mereka mulai merasa ragu terhadap minat dan bakatnya, maka perlu sekali terus digali.
"Jika minat dan bakat anak tidak digali dengan baik, maka ini dapat berbahaya terkait pengambilan keputusan anak ke depannya. Mengingat ini akan berpengaruh untuk kehidupan anak kelak, bahkan puluhan tahun sampai di usia pensiun," kata Esther.
Maka dari itu, tes minat bakat pun bisa dilakukan untuk membantu dalam menggali potensi agar sesuai berdasarkan kepribadiannya.
Editors' Pick
2. Minat dan bakat yang diketahui sejak dini membantu perkembangan karier anak di masa depan
Saat sesi Battle Pintar, anak-anak tidak hanya perlu untuk mengetahui minat dan bakatnya saja. Namun, sebisa mungkin dapat terus memahami potensi yang ada di dalam diri.
Tujuan sederhana agar minatnya tidak mudah berubah atau mengikuti pilihan orang lain.
Berdasarkan penelitian dari ahli SDM, karier seseorang akan semakin berkembang dengan baik ketika mereka sudah direncanakan setidaknya 10 tahun jauh sebelum posisi karier itu dimiliki.
Memahami minat dan bakat di usia dini mampu membantu menentukan pilihan cita-cita serta karier di masa mendatang. Dengan begitu, anak pun bisa semakin melek terhadap masa depan dan jenjang kariernya nanti.
Sebagai psikolog, Esther menyarankan agar anak-anak bisa memikirkan segala aspek yang akan mereka laluinya sebelum atau sesudah memilih jurusan kuliah. Mengingat keputusan tersebut akan menjadi satu langkah awal yang harus dibina dengan baik agar berguna untuk kehidupannya kelak.
Maka dari itu, anak-anak perlu memahami jangka panjang ke depan sebelum membuat keputusan.
3. Tidak hanya ijazah, soft skill juga perlu diasah dengan baik
Mencari pekerjaan dengan mengandalkan ijazah tidaklah cukup di era sekarang. Menurut Esther sebagai seorang psikolog, soft skills pada masing-masing individu juga sangat diperlukan dan menjadi nilai tersendiri.
"Ijazah tidak cukup karena ada soft skills yang dapat menyumbang persentase paling tinggi untuk seseorang sukses di masa depan," kata Esther.
Soft skills memang menjadi salah satu kemampuan seseorang yang sebenarnya sangat penting untuk dimiliki oleh siapa saja agar mencapai kesuksesan di dalam hidup. Bahkan soft skills dapat diasah, sehingga semakin terlatih dan berkembang.
Soft skills yang harus dimiliki seperti komunikasi, manajemen waktu, kepemimpinan, kolaborasi dengan orang lain hingga kemampuan bahasa.
Menurut Esther, jika anak-anak memiliki ijazah bagus dan soft skill yang mumpuni setidaknya ini membantu mereka mendapatkan pekerjaan impiannya.
4. Bagaimana jika anak sudah paham dengan bakatnya dan tetap ingin berkarier sesuai hobi?
"Kalau saran saya, orangtua perlu menelusuri dengan seksama terkait kemampuan anak. Jadi yang dimaksud dengan yakin dengan bakat dan hobinya itu seperti apa, apalagi tetap ingin berkarier sesuai hobi. Ini perlu dijabarkan dengan baik," kata Esther.
Sebagai psikolog, Esther mengatakan bahwa komunikasi antara orangtua dan anak diperlukan di momen ini. Cara komunikasi pun harus dari hati ke hati serta situasi yang memang kondusif, sehingga terkesan lebih nyaman.
Mengingat dari sisi anak perlu menyakinkan orangtua agar percaya akan terhadap kemampuan yang dimilikinya.
"Perlu diingat bahwa informasi yang jelas tentu akan membantu dalam membuat sebuah keputusan. Kalau salah, maka ini akan berdampak buruk karena keputusan tersebut nantinya terhadap investasi uang sekaligus waktu yang bisa saja terbuang sia-sia," ucapnya.
Itulah beberapa rangkuman terkait sesi Battle Pintar yang tentu bisa menjadi bahan diskusi bersama anak dalam menentukan jenjang kariernya di masa depan.
Semoga informasi ini bisa bermanfaatkan untuk orangtua dan anak, sehingga bisa mencari solusi terbaik.
Baca juga:
- Sibuk Kuliah di Usia 15 Tahun, Ini Tips Sehat dan Cerdas Kafin Sulthan
- Laurent Simons, Anak Superjenius yang Kuliah di Umur 8 Tahun
- Rekor Dunia, Bocah 10 Tahun Jawab 196 Soal Matematika dalam 1 Menit