Mama tentu setuju bahwa imunisasi memberikan manfaat positif karena mampu menyelamatkan jutaan nyawa dari wabah penyakit menular yang mematikan di dunia.
Menurut World Health Organization (WHO), saat imunisasi diperkirakan dapat mencegah 2 hingga 3 juta kematian setiap tahunnya dan 1,5 juta nyawa dapat diselematkan apabila cakupan imunisasi global bertambah.
Dalam rangka menyambut Pekan Imunisasi Dunia (PID) dengan tema nasional “Imunisasi Lengkap, Indonesia Sehat” pada tanggal 24-30 April 2019, Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dan PT. Nestle Indonesia mendukung komitmen bersama untuk mewujudkan Indonesia yang lebih sehat.
Namun, sampai saat ini masih banyak berita hoax mengenai imunisasi sehingga memicu banyak orangtua yang anti untuk melakukan imunisasi. Padahal berita yang beredar tentu menyesatkan dan berdampak buruk untuk kesehatan anak karena tidak diberikan imunisasi.
Demi meningkatkan pentingnya imunisasi bagi anak Indonesia, Prof. Dr. dr Soedjatmiko, SpA(K), MSi, menjelaskan bahwa imunisasi berperan penting untuk melindungi anak-anak dari berbagai penyakit. Untuk itu, dirinya pun memberikan 5 pesan utama mengenai imunisasi yang benar.
Untuk Mama yang penasaran mengenai isi pesan utama mengenai imunisasi ini, tak perlu khawatir karena Popmama.com sudah merangkumnya.
Disimak yuk, Ma!
1. Manfaat imunisasi terbukti digunakan di semua negara
Freepik
Demi kesehatan anak-anak di rumah, Mama harus bisa bijak dan memahami bahwa semua negara di dunia melakukan imunisasi rutin. Hal inilah yang membuktikan bahwa imunisasi secara lengkap sangat penting, aman dan tentunya bermanfaat untuk kesehatan si Kecil.
Sebagian besar para ahli yang meneliti manfaat serta keamanan vaksin dari berbagai negara dan organisasi internasional menyatakan bahwa imunisasi terbukti aman. Tak hanya itu, penggunaan vaksin yang dianjurkan juga menuai manfaat karena mampu mencegah wabah, sakit berat, kecacatan hingga kematian.
Keuntungan yang diberikan ketika imunisasi mampu mencegah berbagai penyakit. Oleh karena itu, semua negara melakukan imunisasi rutin untuk bayi, balita dan remaja.
2. Imunisasi tidak dilakukan lengkap memicu serangan penyakit berbahaya
Freepik/prostooleh
Bayi, balita, anak sekolah dan remaja yang tidak melakukan imunisasi secara lengkap dapat meningkatkan rawannya serangan penyakit berbahaya. Kondisi seperti ini membuat imun tubuh tidak dapat menahan berbagai penyakit.
Perlu Mama ketahui bahwa masih ada bayi dan balita belum melakukan imunisasi, sehingga mudah tertular wabah, sakit berat, kecacatan hingga kematian.
Sebuah data dari Ikatan Dokter Anak Indonesia menjabarkan bahwa sejak tahun 2014-2018 terdapat 57.056 kasus wabah campak dan rubela di Indonesia. Komplikasi akibat penyakit campak pada periode tersebut mencapai 2.853 anak yang mederita radang paruu, 5.706 anak diare, 571 anak radang otak, cacat atau meninggal.
Selain itu, wabah difteri di Jawa Timur pada tahun 2005-2012 menjalar ke Kalimantan sehingga menyebabkan 1.789 anak dirawat di rumah sakit dan lebih dari 94 meninggal dunia. Wabah difteri tahun 2017-2018 meluar ke 144 kabupaten atau kota di 30 provinsi, 939 pasien dirawat di rumah sakit dan 44 orang meninggal dunia.
Wabah penyakit seperti ini bisa saja menyerang anak mama, jika dirinya tidak melakukan imunisasi secara lengkap sesuai dengan usia pertumbuhannya.
3. Segera lengkapi imunisasi dengan teratur demi perlindungan tubuh lebih optimal
Freepik/Rawpixel.com
Seringkali beberapa keluarga melewatkan jadwal imunisasi yang seharusnya diberikan untuk si Kecil. Ada baiknya jika terlewat, segera melengkapinya.
Ma, perlu diketahui bahwa kekebalan dan perlindungan akan optimal jika imunisasi teratur sesuai jadwal dengan jarak sesuai yang direkomendasikan. Jika imunisasi terlewat atau tertunda berarti anak mama masih belum memiliki kekebalan spesifik dan memungkinkan dirinya mudah terserang penyakit tertentu.
Anak mama dengan imunisasi tidak lengkap dapat menyebabkan beberapa hal, antara lain:
Kekebalan tubuhnya rendah,
mudah tertular penyakit,
meningkatkan kecacatan,
dapat menularkan penyakit kepada keluarga atau tetangga sekitar.
Sebelum si Kecil terserang wabah penyakit, sebaiknya segera melengkapi imunasasi yang belum diberikan. Kekebalan menjadi tidak optimal jika jarak antar imunisasi yang sama terlalu jauh atau terlalu dekat dari jadwal seharusnya.
Mama berperan penting karena perlu mengusahakan agar imunisasi bisa dilakukan secara teratur dan lengkap, sesuai jadwal yang direkomendasikan Kementerian Kesehatan atau IDAI.
Ingat, semua imunisasi adalah penting. Namun, pemerintah Indonesia baru mampu menyediakan subsidi untuk sebagai vaksin-vaksinn tersebut yaitu Hepatitis B, Polio, BCG, DPT-Hib, Campak-Rubela (MR), DT dan Td. Vaksin yang belum disediakan untuk program nasional sama pentingnya seperti Pneunomokokus, Rotavitus, Influenze, Japanese Encephalitis B, Rabies, MMR, Demam Tifoid, Cacar air, Hepatitis A, Kanker Leher Rahim (HPV) dan Meningitis untuk jamaah haji.
4. Mengenal reaksi normal yang terjadi setelah melakukan imunisasi
pixabay.com/12019
Ketika melakukan imunisasi, tak jarang ada beragam reaksi yang bisa terjadi. Perlu disadari bahwa setelah imunisasi terkadang terjadi demam, bengkak, rasa nyeri hingga kemerahan di sekitar tempat suntikan termasuk reaksi yang wajar.
Reaksi ini dianggap normal dan tentunya tidak berbahaya karena bisa hilang dalam beberapa hari. Bayi yang sedang batuk atau pilek ringan tanpa demam dan tidak rewel masih diperbolehkan mendapatkan imunisasi.
Si Kecil yang mengalami demam setelah imunisasi tidak berhubungan sama sekali dengan kualitas vasn atau kualitas perlindungannya. Segeralah berikan obat penurun panas setiap 4 jam sesuai dosis yang dianjurkan oleh dokter atau kesehatan medis lainnya.
Selain itu, Mama perlu memastikan kalau si Kecil menggunakan pakaian yang tipis dan sering minum air mineral. Bila panas tinggi, sebaiknya dikompres dengan air hangat.
Jika anak mama panasnya semakin tinggi atau berlanjut lebih dari 2 hari perlu kembali dibawa ke tempat imunisasi untuk pemeriksaan lebih detail.
5. Bijak dalam mengenal banyak informasi yang salah tentang imunisasi
Pixabay/saferinternetat
Banyaknya informasi yang masuk membuat orangtua perlu bijak dan selektif kembali dalam memercayai sebuah berita. Tak jarang banyak informasi atau berita yang salah mengenai imunisasi, sehingga sebagian orangtua terpengaruh, ragu dan menolak imunisasi.
Padahal kondisi ini dapat memicu si Kecil dengan mudahnya terkena wabah penyakit. Perlu diketahui bahwa informasi yang tidak benar tersebut bersumber dari pendapat perorangan di dalam dan di luar negeri berdasarkan asumsi-asumsi sebelum tahun 2000-an, sehingga sangat bebeda dengan hasil penelitian ilmiah terbaru pada tahun 2002-2019.
Menurut data dari Ikatan Dokter Anak Indonesia menyatakan bahwa ada sebuah penelitian terbaru yang dilakukan oleh para ahli di berbagai negara sejak tahun 2014-2019. Para ahli menyimpulkan bahwa vaksin MMR dan thimerosal tidak terbuki mengakibatkan autisme.
Mulai sekarang usahakan untuk tidak percaya berita bohong mengenai imunisasi ya, Ma. Berusahalah untuk tidak dibaca, ditanggapi dan dipercaya.
Itulah beberapa pesan utama mengenai pemahaman imunasasi yang tepat. Semoga dalam rangka menyambut Pekan Imunisasi Dunia (PID) membuat Mama semakin mengerti dengan berbagai manfaat dari imunisasi.