Jisoo Blackpink dan kasus xenophobia sedang ramai karena menjadi perbincangan di Twitter. Tagar #XenophobiaIsNotAJoke pun sedang menjadi isu yang diperhatikan banyak orang, bahkan tidak bisa dianggap remeh.
Hingga hari Kamis (21/1/2021) tagar #XenophobiaIsNotAJoke masih terus digunakan oleh pengguna Twitter. Awalnya tagar ini muncul karena ada salah satu fans dari Jisoo Blackpink yang mempertanyakan sikap sekelompok orang yang memiliki xenophobia.
Jisoo menjadi olok-olok publik di media sosial, bahkan banyak yang bertanya dan ikut mengomentari apakah dia sebenarnya bisa berbicara dalam bahasa Inggris atau tidak?
STOP FORCING JISOO TO SPEAK ENGLISH, SHE WAS BORN IN KOREA SHE GROW UP THERE SO WHAT WOULD EXPECT HER TO SPEAK?? IT'S THEIR NATIVE LANGUAGE OF COURSE, JISOO CAN SPEAK DIFFERENT LANGUAGE IF SHE WANT TO SO LEAVE.JISOO.ALONE.#XenophobiaIsNotAJoke#ProtectJISOO pic.twitter.com/PbXaKE4ytq
Para penggemar dari Jisoo melakukan pembelaan dan mengangkat sebuah isu tentang xenophobia. Menurut mereka, kasus xenophobia yang sudah terjadi belakangan ini bukanlah sebuah lelucon karena bisa berdampak buruk.
Tak hanya pemilik akun @ksjaes saja yang ikut melakukan pembelaan dan mengangkat kasus xenophobia, namun tagar #XenophobiaIsNotAJoke terus ramai diperbincangkan.
"Mengapa Anda mengolok-olok aksennya atau kemampuan bahasa Inggrisnya secara umum? Saya ingin melihat kalian mencoba belajar lebih dari dua bahasa tanpa kesulitan apapun sebelum mengkritik orang lain. #ProtectJISOO #XenophobiaIsNotAJoke," tulis salah satu penggemar Jisoo dalam cuitannya.
Terkait xenophobia yang semakin ramai di Twitter, kali ini Popmama.com telah merangkum pembahasan mengenai xenophobia lebih detail.
Editors' Pick
1. Xenophobia dikenal sebagai perasaan benci terhadap orang asing
Freepik/dragana_gordic
Seseorang dengan xenophobia secara umum memang memiliki perasaaan negatif, sehingga selalu ada prasangka buruk atau rasa ketidaksukaan.
Dilansir dari Ditchthelabel.org, xenophobia merupakan istilah medis terkait ketakutan seseorang terhadap orang asing. Rasa ketakutan itu bisa muncul apabila ada seseorang yang berbeda dari kita, bahkan ia bisa memiliki prasangka buruk terhadap orang-orang di negara lain.
Sementara itu, xenophobia dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dijelaskan sebagai perasaaan benci (takut, waswas) terhadap orang asing atau sesuatu yang belum dikenal; kebencian pada yang serba asing.
Rasa ketakutan yang dimiliki oleh satu individu atau kelompok ini akan cenderung diskriminasi, sehingga bisa memicu permusuhan dan konflik.
2. Xenophobia dan rasisme bisa saling beriringan
Pixabay/Gerd Altmann
Dilansir dari laman Verywell Mind, seseorang dengan xenophobia bisa memiliki kemungkinan untuk bertindak rasis. Xenophobia dan rasisme memang bisa dimiliki oleh seorang, baik itu oleh individu tertentu atau sejumlah kelompok karena lingkungan pergaulan mereka sangat berpengaruh.
Perlu Mama ketahui bahwa seseorang dengan xenophobia biasanya akan langsung membahas terkait kebangsaan dan budaya satu orang.
Sementara itu, rasisme dikaitkan dengan kepercayaan bahwa ras menjadi penentu utama mengenai keunggulan seseorang atau sebuah kelompok.
3. Seseorang dengan xenophobia bisa menyerang siapa saja dan dapat dirasakan ketika bermain media sosial
Freepik
Media sosial sekarang sudah semakin memberikan kebebasan setiap orang untuk berpendapat melalui sebuah tulisan. Kasus xenophobia yang menyeret Jisoo Blackpink pun bisa menjadi pembelajaran untuk setiap orang.
Fans dari Jisoo Blackpink juga turut mempertanyakan terkait orang-orang yang memiliki xenophobia, bahkan menyerang idolanya karena tidak bisa lancar berbahasa Inggris.
Xenophobia bukan hanya terjadi dalam kegiatan sehari-hari, melainkan dapat juga menimpa seseorang ketika sedang berselancar di media sosial.
Semoga kejadian seperti ini tidak kembali terjadi ya, Ma.
4. Alasan dan dampak seseorang bisa menjadi seseorang yang xenophobic
Freepik/Doldam10
Dikutip dari Australian Human Rights Commission tahun 2014 tentang sebuah laporan berjudul Why are People Racist?, ada penjelasan mengenai alasan seseorang bisa rasis dan memiliki xenophobia antara lain:
Terlalu cepat menilai sebuah kelompok atau kondisi tertentu, sehingga membuat stereotip sendiri.
Hanya mengambil cara pandang dari orang sekitar saja, sehingga menjadi terkesan ikut-ikutan saja.
Selalu menyalahkan orang lain setiap kali ada masalah tertentu. Ketika ada orang yang terlihat berbeda pendapat justru menjadi sasaran empuk.
Walau xenophobia bukan dikategorikan sebagai gangguan mental dan tidak masuk ke dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM), namun perlu diingat kalau tindakan diskriminasi bisa berdampak buruk untuk orang lain. Baik dilakukan secara langsung atau di media sosial, ujaran kebencian bisa menganggu kesehatan mental seseorang.
Demikianlah beberapa rangkuman mengenai xenophobia yang perlu dipahami. Semoga informasi ini bisa menjadi pengetahuan baru ya, Ma.