Selain Hormonal, Ini 5 Faktor Penyebab Epilepsi yang Jarang Diketahui
Berkenalan dengan epilepsi yuk, Ma!
26 Januari 2021
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Sebagian orang awam pasti akan menganggap kalau penyakit epilepsi atau ayan terlihat menakutkan. Apalagi tubuh bisa saja bergetar secara tiba-tiba, gigi gemeretak, air liur keluar dari mulut hingga kandung kemih kehilangan kontrolnya. Kondisi ini dapat menjadi beberapa tanda yang bisa terjadi pada penderita epilepsi.
Epilepsi pun dapat terjadi pada seseorang perempuan yang sedang hamil apalagi disebabkan karena siklus hormonal, menstruasi atau menopause.
Berbeda dengan hormon progesteron, tanpa disadari hormon estrogen yang memicu epilepsi dapat meningkatkan aktivitas listrik otak. Epilepsi yang terjadi selama masa kehamilan dapat berpotensi menurunkan riwayat kesehatan ini kepada bayinya saat masih di dalam kandungan.
Apa itu Epilepsi?
Epilepsi adalah suatu gangguan pada sistem saraf otak manusia di mana aktivitas dari otak bekerja menjadi abnormal dari sebelumnya. Kondisi ini terjadi karena adanya aktivitas yang berlebihan dari sebagian sel neuron pada otak. Penyakit ini ditandai dengan kejang tak terduga, bahkan dapat menyebabkan masalah kesehatan lain yang mengganggu aktivitas keseharian.
Gangguan yang terjadi di dalam otak ini dapat menyebabkan seseorang mengalami perilaku abnormal. Reaksi pada setiap orang pun bisa berbeda seperti kesemutan atau mudah melamun. Perlu diketahui bahwa epilepsi pun dapat memicu hilangnya kesadaran.
Jika Mama ingin mengetahui beberapa faktor lain sebagai pemicu dari epilepsi yang jarang sekali diketahui, kali ini Popmama.com telah merangkumnya.
Semoga informasinya bisa berguna dan membantu ya!
1. Adanya faktor genetik atau riwayat keluarga
Epilepsi bisa terjadi karena beberapa faktor, salah satunya karena adanya faktor genetik. Riwayat orangtua atau saudara yang pernah mengalami epilepsi bisa menurun serta meningkatkan risikonya.
Walau belum diketahui secara pasti yang memicu faktor genetik dapat menjadi penyebab epilepsi, namun golongan darah pada salah satu anggota keluarga dan kesamaan DNA dapat memengaruhi penyakit ini.
Selain itu, perlu diketahui bahwa genetik hanyalah sebagian dari penyebab epilepsi bagi beberapa orang. Bahkan adanya gen tertentu di dalam tubuh dapat memicu seseorang lebih sensitif terhadap kondisi lingkungan tertentu, sehingga dapat menyebabkan kejang.
Editors' Pick
2. Usia berpengaruh termasuk anak kecil dan manula
Ma, epilepsi umumnya bisa terjadi pada usia manula atau anak-anak. Tak bisa dipungkiri bahwa beberapa kasus epilepsi dapat terjadi di usia 1 atau 2 tahun, sehingga perlu diwaspadai.
Lalu di usia 35 tahun ke atas, potensi mengalami epilepsi pun risikonya semakin meningkat. Apalagi di usia ini pemicu epilepsi bisa disebabkan oleh stroke, tumor otak atau bahkan penyakit Alzheimer.
Meskipun epilepsi terjadi umumnya terjadi pada rentan tertentu, namun kondisi ini dapat timbul pada siapa saja serta usia berapa pun.
Semoga kesehatan keluarga bisa terus dijaga dengan baik.
3. Pernah mengalami gangguan atau trauma pada otak
Kejang pada epilepsi dapat terjadi karena pernah ada riwayat cedera di bagian otak. Kerusakan atau cedera otak ini bisa terjadi ketika sel-sel neuron hancur karena dipicu karena kecelakaan, terbentur, saraf otak mengalami kerusakan hingga pasca operasi bagian otak.
Kerusakan saraf pada otak inilah yang menimbulkan epilepsi. Selain itu, pada orang dewasa di atas usia 35 tahun perlu diingat kalau stroke atau tumor otak dapat menjadi penyebab utama epilepsi.
Dilansir dari Boldsky, pengobatan untuk kejang yang disebabkan oleh epilepsi cukup bervariasi tergantung dengan intensitas atau frekuensinya. Sebelum melakukan pengobatan perlu diketahui bahwa pemeriksaan medis secata menyeluruh sangat penting dilakukan.
4. Menurunnya kondisi kesehatan seperti infeksi dapat memicu epilepsi
Kondisi kesehatan setiap orang berbeda-beda, sehingga ada yang berpotensi memicu epilepsi dan ada juga yang tidak. Adanya infeksi pada sistem saraf dapat memicu aktivitas kejang.
Beberapa infeksi yang perlu diwaspadai dapat memicu kejang yaitu adanya infeksi otak atau ensefalitis, penyakit meningitis, virus akibat imun manusia (HIV) hingga mengalami infeksi saraf. Infeksi inilah yang perlu diwaspadai karena dapat menyebabkan epilepsi.
Untuk meminimalisir segala kemungkinan yang bisa terjadi, sebaiknya konsultasikan ke dokter agar mendapatkan penanganan lebih lanjut.
5. Kelahiran prematur dapat meningkatkan potensi terkena epilepsi
Kelahiran prematur dapat meningkatkan risiko pendarahan di dalam otak, sehingga dapat menyebabkan kejang.
Sebuah studi yang dipublikasikan dalam jurnal American Academy of Neurology mengatakan bahwa orang dewasa yang lahir secara prematur di usia kehamilan 23-31 minggu dapat mengalami lima kali lebih tinggi mengalami epilepsi, dibandingkan mereka yang dilahirkan normal yaitu di usia kehamilan 37-42 minggu.
Epilepsi dapat disebabkan karena kurangnya aliran oksigen ke otak bayi selama masa kehamilan, sehingga memicu kelahiran prematur dan menyebabkan perkembangan otak menjadi abnormal.
Itulah beberapa informasi yang perlu Mama ketahui mengenai epilepsi. Semoga ini bisa menjadi pengetahuan baru ya, Ma.
Baca juga:
- Epilepsi pada Anak: Penyebab, Jenis Obat dan Cara Mengatasi
- Epilepsi Langka Membuat Bayi ini Menangis 15 Jam Tanpa Henti
- Sebabkan Epilepsi, Ketahui 5 Fakta Mengenai Batuk Rejan pada Anak!