Sempat Menangani Banyak Jenazah, dr. Reisa Tidak Pernah Merasa Trauma
Pengalaman dokter Reisa ini belum ketahui banyak orang nih, Ma!
1 Mei 2019
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Kemunculan dokter Reisa di televisi sebagai presenter perempuan di salah satu program televisi sempat mencuri perhatian publik. Namun, banyak orang yang belum mengetahui bahwa Mama dua anak ini sempat menjadi bagian dari anggota tim Disaster Victim Identification (DVI) Rumah Sakit Polri Kramat Jati.
Dari banyak anggota tim, dokter Reisa juga turut bertugas dalam mengindentifikasi jenazah seperti korban kecelakaan, korban bencana alam hingga kasus bom yang terjadi di tanah air. Tak banyak yang mengetahui suka dan duka pengalaman dokter Reisa sebagai tim forensik.
Jika dibayangkan pekerjaan dan tugas yang sempat dilakukan oleh dokter Reisa tentu tidak mudah ya, Ma. Apalagi harus mengidentifikasi sejumlah jenazah yang kondisinya sudah tidak lagi utuh.
Meskipun begitu, dokter Reisa memaknai bahwa tugas yang pernah dilakukannya dulu bisa memberikan pembelajaran dalam merawat keluarga dan juga diri sendiri.
Untuk Mama yang ingin mengetahui cerita dari dokter Reisa sebagai tim forensik dan harus melihat jenazah-jenazah dalam kondisi tidak utuh, kali ini Popmama.com telah merangkum beberapa ceritanya.
Semoga bermanfaat dan cerita dari dokter Reisa ini bisa memberikan inspirasi!
Editors' Pick
1. Dokter Reisa merasa tidak tega saat harus menemui keluarga korban
Bekerja di dunia forensik dan berkumpul bersama tumpukkan jenazah menjadi pemandangan yang pernah dilalui oleh dokter Reisa.
Berbagai kejadian pernah ditangani oleh Mama dari Ania dan Yoda ini, sehingga memberikannya banyak pengalaman suka duka saat menjadi tim forensik. Salah satu momen yang tidak terlupakan oleh dokter Reisa yaitu ketika harus menemui keluarga koban dan harus menyampaikan kondisi jenazah.
“Saya cukup kasihan langsung dengan keluarga korban. Itu rasanya berat sekali dan nggak tega untuk menyampaikan apa yang terjadi sama pihak keluarga. Sisi paling sedih memang bagian ketika harus mengatakan apa yang terjadi kepada keluarga yang ditinggalkan,” curhat dokter Reisa.
Bagi dokter Reisa momen ini begitu berat dan mengharukan untuknya apalagi harus melihat rasa kesedihan yang ditunjukkan oleh keluarga korban.
Baca juga: dr. Reisa Beberkan Alasan Melakukan Sunat Bayi pada Anak Keduanya
2. Tak ada rasa trauma ketika harus mengindentifikasi banyak jenazah
Bertugas untuk dalam mengindentifikasi jenazah, sama sekali tidak membuat dokter Reisa merasa trauma dengan berbagai kejadian yang sudah ditanganinya. Ia mengaku jika sudah terbiasa karena saat belajar di kedokteran sudah diperkenalkan anatomi tubuh dan hal-hal dasar lainnya sebagai sebuah bekal.
“Waktu sudah siap belajar di sekolah pun, anatomi tubuh yang ada di kelas sudah nggak berbentuk seperti manusia lagi. Warnanya sudah cokelat dan berformalin, jadi udah berbeda sekali saat dilihat. Begitu saya koas, waktu hari pertama di forensik sudah diberikan shock therapy karena langsung diminta untuk visum jenazah. Karena hari pertama belum kebayang apa-apa, tetapi waktu di ruang pemeriksaan langsung diminta untuk periksa bagian kepala. Sejak pengalaman itu sudah mulai berani dan tidak takut lagi ke depannya," jelas dokter Reisa.
Sejak pengalamannya koas dan harus melakukan pemeriksaan langsung di bagian kepala jenazah, dirinya semakin berani dan terbiasa dalam mengatasi berbagai kejadian tanpa ada rasa trauma. Bahkan dokter Reisa terbiasa makan atau bermalam dengan sejumlah jenazah yang ada di sekitarnya.
Baca juga: