Bahaya! Polusi Udara Jakarta Lewati Ambang Batas
Warga terancam kesehatannya Ma
8 Juni 2021
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Selasa (8/6), udara bersih Jakarta menjadi sorotan, kini oleh para pemerhati lingkungan dalam peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2021 yang jatuh pada Sabtu (5/6) lalu.
Dilansir dari IDN Times, peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia ini menjadi momentum refleksi bagi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan juga warganya, serta penantian atas putusan gugatan polusi udara yang diajukan oleh Koalisi Inisiatif Bersihkan Udara Koalisi Semesta (Koalisi Ibukota) kepada pemerintah setempat.
Sudah dua tahun Koalisi ini berjuang agar pemerintah bertindak tegas sesuai kewenangannya yakni, pemenuhan hak udara bersih bagi para insan yang bernaung di dalamnya.
Rencananya putusan gugatan yang mereka berikan akan dibacakan pada Kamis (10/6) mendatang.
Memang seperti apa sih polusi di kota yang dikatakan oleh grup musik Navicula dalam lagunya sebagai "kota metropolutan" ini? Sampai begitu ramai dibicarakan.
Popmama.com akan sajikan rangkaian informasinya menariknya untukmu.
1. Kondisi udara Indonesia memburuk dua dekade belakangan
Menurut laporan dari Air Quality Live Index (AQLI), kondisi udara di Indonesia tercatat terus-terusan memburuk sejak dua dekade terakhir.
Bahkan menurut data, saat ini kita berada di peringkat ke-20 negara dengan kualitas udara terburuk di dunia lho Ma.
Masih dari hasil pengamatan AQLI, sebanyak 91 persen penduduk Indonesia tinggal di wilayah dengan tingkat polusi udara melebihi zona aman yang ditentukan oleh World Health Organization (WHO).
Apa bahayanya? Pada wilayah dengan tingkat polutan tinggi, partikel-partikel ini dapat mengurangi jarak pandang dan mengancam kesehatan manusia tentunya.
Editors' Pick
2. Bila terus buruk bisa sebabkan kematian dini pada kehidupan warga perkotaan
Direktur Klinik Alam Sehat Lestari (ASRI) dr. Alvi Muldani mengatakan mengenai bahayanya PM2,5 tinggi, yang memiliki hubungan sebab akibat dengan kematian dini pada orang dengan penyakit jantung dan paru-paru.
"Polusi lain dalam udara seperti timbal walaupun dalam konsentrasi rendah, sangat berbahaya bagi anak dan janin. Gejala yang umum timbul akibat PM2.5 ini antara lain mengi, batuk-batuk, mulut kering, dan gangguan pernapasan,” katanya keterangan tertulis, Sabtu (5/6).
"Jika terpapar dalam jangka panjang, dapat berdampak menurunnya angka harapan hidup karena keganasan paru dan penyakit paru obstruktif kronis," sambungnya lagi.
Terlebih Alvi juga mengingatkan bahaya dari PM2,5 dan timbal yang dapat menempel di pakaian dan terbawa ke dalam rumah.
“Khusus di masa pandemi ini, kita perlu lebih mematuhi protokol kesehatan dengan mengaplikasikan 3M, sehingga bisa mencegah kita dari paparan polusi sekaligus covid-19, karena keduanya sinergi memberikan dampak yang buruk bagi kesehatan manusia” tambahnya.
3. Jakarta sebagai sentral penghidupan sudah sepatutnya memikirkan solusi menyangkut kualitas udara
Jakarta sebagai daerah perkotaan merupakan kawasan yang memiliki peran penting dalam lingkungan yang berkelanjutan.
Oleh karenanya, pada tahapan implementasi perkotaan, pemerintah kota perlu memikirkan solusi menyeluruh yang melibatkan berbagai aspek pengelolaan perkotaan, agar bisa meningkatkan kualitas udara secara efektif.
Bel lagi berbagai kegiatan yang berpotensi menghasilkan polutan terjadi di kawasan ini, antara lain kegiatan industri, kegiatan perkantoran, kegiatan rumah tangga seperti memasak dan penerangan, serta transportasi.
Catatan dari AQLI juga mendapati bahwa Jakarta saat ini memiliki konsentrasi PM 2.5 enam kali lipat lebih tinggi dari batas aman WHO.
4. Bahaya dari PM 2.5
Dikutip dari sparetheair.com, Particulate Matter (PM) adalah campuran kompleks yang mungkin mengandung jelaga, asap, logam, nitrat, sulfat, debu, air, dan karet ban.
Campuran tersebut bisa langsung dipancarkan, seperti pada asap dari api, atau yang terbentuk di atmosfer dari reaksi gas seperti nitrogen oksida.
Ukuran partikellah yang secara langsung berpotensi untuk menyebabkan masalah kesehatan.
Partikel kecil (dikenal sebagai PM2.5 atau partikel halus) menimbulkan masalah terbesar karena mereka melewati pertahanan alami tubuh dan bisa langsung masuk jauh ke dalam paru-paru, bahkan berpotensi langsung masuk pada aliran darah.
Paparan partikel tersebut dapat mempengaruhi paru-paru dan jantung.
Adapun paparan polusi partikulat dalam jangka panjang dapat menyebabkan masalah kesehatan yang signifikan seperti:
- Peningkatan gejala pernapasan, seperti iritasi saluran udara, batuk atau kesulitan bernapas.
- Fungsi paru-paru menurun.
- Asma yang bertambah parah.
- Perkembangan penyakit pernapasan kronis pada anak-anak.
- Perkembangan bronkitis kronis atau penyakit paru obstruktif kronis.
- Detak jantung tak teratur.
- Serangan jantung yang tidak fatal.
- Kematian dini pada orang dengan penyakit jantung atau paru-paru, termasuk kematian akibat kanker paru-paru.
Nah Ma, di masa pandemi ini kita dianjurkan untuk lebih steril dengan memakai masker hingga mendisifeksi apa-apa yang dikenakan oleh tubuh ketika di ruang publik.
Sedikit banyaknya bisa membantu mengurangi apa yang disuarakan di Peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia ini ya Ma.
Sebagai catatan dari AQLI, apabila kondisi udara terus-menerus memburuk, maka 11 juta penduduk Jakarta bisa kehilangan angka harapan hidup selama 5,5 tahun.
Baca juga:
- Sejarah dan Aktivitas Seru Memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia
- Ketahui Pengaruh Lingkungan Pertemanan Mama pada Pola Asuh Anak
- Cinta Lingkungan dan Bergaya dalam Balutan Karya Anak Bangsa