Hoaks yang Beredar Mengenai Daging Ayam Broiler, Cek Faktanya Yuk Ma!
Apa iya mereka disuntik biar makin gemuk Ma?
7 November 2020
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Ayam, hewan ini adalah makhluk ciptaan Tuhan, salah satu yang dianggap menguntungkan di kehidupan manusia. Turun-temurun bangsa Indonesia-pun telah mengenal kelezatan rasa dagingnya.
Kebiasaan ini juga didukung oleh sistem kepercayaan apapun di negeri ini, yang tak melarang untuk mengonsumsi hewan yang masuk dalam kategori unggas ini Ma. Jadi janggal rasanya bila ada alasan bagi kita untuk tidak memakannya.
Alasan kesehatan ya memang bukan tidak mungkin adanya pengharaman bagi penderita gejala tertentu dalam hal menikmati kelezatan dgaing ayam, namun demikian bila dalam kondisi sehat wal afiat rasanya makanan apapun diperbolehkan asal tidak berlebihan.
Lalu adapula alasan peniadaan daging ayam dari kehidupan seseorang yang berasal mitos di bidang kesehatan, bahkan sebagian menganggap itu sebuah kebohongan yang menjamur karena tak diketahui kebenaran aslinya.
Demi membongkar hoaks serta mitos mengenai daging ayam, Popmama.com akan sajikan bahasan tersebut dalam ulasan khas redaksi. Simak ya Ma!
Editors' Pick
1. Halal atau tidaknya daging ayam broiler
Sebagian masyarakat masih ada yang enggan mengonsumsi daging ayam khususnya broiler karena ragu terhadap jaminan kesehatan, keamanan, dan kehalalannya.
Menjawab hal tersebut, Dalam jumpa pers JAPFA “Daging Ayam Sebagai Sumber Protein Hewani: Fakta dan dan Hoaks” pada Rabu, 4 November 2020 lalu drh. Syamsul Ma’arif, M.Si, Direktur Kesmavet Kementerian Pertanian mengatakan, pemerintah telah menerapkan sertifikasi terhadap produk-produk hewan yang beredar di pasaran untuk menjamin keamanan dari sisi kesehatan dan ketentraman batin konsumen dari sisi kehalalan.
Kebijakan itu tertuang dalam Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) No. 11 Tahun 2020 tentang Sertifikasi Nomor Kontrol Veteriner Unit Usaha Produk Hewan. Beleid ini merupakan pengganti dari Permentan No. 381 Tahun 2005 tentang Pedoman Sertifikasi Kontrol Veteriner Unit Usaha Pangan Asal Hewan.
Nomor Kontrol Veteriner (NKV) adalah nomor registrasi unit usaha produk hewan sebagai bukti telah dipenuhinya persyaratan higienis dan sanitasi.
“Dengan adanya label NKV, maka telah dijamin keamanan produk hewan yang dipasarkan di Indonesia, karena menerapkan sinergi manajemen pemeliharaan peternakan yang baik sampai produk berada di meja makan (safe from farm to table),” jelas Syamsul.
2. Daging ayam broiler disuntikkan hormon?
Banyak dari kita takut mengonsumsi daging ayam broiler karena adanya kabar bahwa di masa ternak, ayam-ayam broiler kerap dilakukan penyuntikan hormon agar terlihat lebih gemuk.
Nyatanya tidak demikian, Dr. drh. Denny Lukman, MSi, Ahli Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Akademisi IPB yang ditemui secara virtual dalam acara yang sama, menegaskan bahwa salah satu isu yang menimbulkan ketakutan masyarakat untuk mengonsumsi ayam broiler adalah pemberian hormon pertumbuhan (growth hormone).
Padahal, pelarangan penggunaan hormon bagi hewan konsumsi termasuk pada ayam broiler ini telah secara tegas disebutkan dalam Undang-Undang No. 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan.
"Ayam broiler tidak pernah diberi hormon, ayam broiler cepat tumbuh karena pola budidaya yang baik dan pemberian pakan yang diatur," ujar Denny.
Denny juga menambahkan fakta pendukung ketidakmungkinan penyuntikkan hormon dilakukan dikarenakan harga hormon sendiri yang tergolong mahal bila digunakan dalam membesarkan ternak ayam broiler.
"Itu tidak mungkin terjadi karena harga dari hormon yang mahal yang akan menaikan harga dari penjualan. Bayangkan pula bila harus menyuntikkan hormon pada seribu ekor ayam broiler akan sangat memakan waktu. Itu tidak mungkin dilakukan," tambah Denny.