Kontroversi WFH: Solusi Pandemi yang Buat Stres Generasi Z
Dampak tak langsung berjangka panjang nih Ma buat generasi-Z atau Mama juga merasakan?
24 Maret 2021
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Stres berbahaya! Sering kali orang menyepelekan hal tersebut.
Siapapun orangnya, dari yang mengalami sampai yang tidak mengalaminya.
Biasanya sih lebih sering disepelekan pada kamu yang berhasil mengelola stres tersebut.
Nah, alih-alih membuat pekerjaan terlihat mudah dengan adanya opsi bekerja dari rumah saat masa pandemi.
Hal ini menurut penelitian Microsoft justru membuat para generasi Z terkendala dari segi psikologis.
Ya stres, menjadi kesulitas tersendiri bagi mereka untuk mengembangkan karir dan kreatifitas.
Seperti apa ulasannya, simak hanya di Popmama.com
1. Hasil survei yang bertolak belakang
Meskipun hasil studi yang berjudul "The Work Trend Index" lansiran teknologi Microsoft baru-baru ini menunjukkan bahwa orang lebih mengharapkan opsi bekerja dari rumah atau WFH.
Namun, di saat yang bersamaan pula studi tersebut mengungkap bahwa WFH juga membuat Gen-Z atau pekerja yang lahir antara pertengahan tahun 1990-an hingga pertengahan 2010-an, memiliki stres berlebih dan kesulitan ketimbang rekan kerja mereka lainnya.
Dari 31.000 pekerja yang diikutkan dalam studi ini, 73 persen sebenarnya berharap opsi WFH akan tetap ada meski pandemi sudah usai.
Bahkan mereka juga dilaporkan lebih memilih melamar pada perusahaan yang memiliki opsi kerja secara WFH dibandingkan dengan perusahaan yang menerapkan bekerja penuh ke kantor.
Editors' Pick
2. Gen-Z sulit menyeimbangkan antara pekerjaan dan kehidupan
Stres pada Gen-Z ini bukanlah tanpa alasan. Penjabarannya begini, Gen-Z merupakan pekerja yang baru memulai karier.
Dengan adanya pandemi corona membuat mereka terpaksa harus memulai karier dengan bekerja dari rumah sehingga tak bisa bertemu langsung dengan rekan-rekan kerja barunya. Ini menimbulkan beberapa masalah pada mereka saat baru ingin memulai karir.
Studi ini mendapati bahwa responden Gen-Z cenderung lebih banyak berjuang untuk menyeimbangkan antara pekerjaan dengan kehidupan, dan itu nyatanya nggak mudah. Setuju nggak Ma?
Generasi ini juga cenderung kelelahan usai bekerja dari rumah seharian jika dibandingkan dengan generasi yang lebih tua yang telah merasakan kerja di kantor puluhan tahun.
"Generasi Z ini kesulitan untuk merasa terlibat atau bersemangat mengenai pekerjaannya, juga untuk berbicara selama rapat, serta membawa ide-ide baru," tulis Microsoft melalui laman resminya.
3. Sulit mengembangkan networking
Obrolan-obrolan underground kerap terjadi di lorong-lorong kantor dengan atau beda divisi dalam perusahaan.
Bila porsinya pas akan terasa menguntungkan dari segi networking pada individu yang memang memiliki kualitas diri bagus.
Meski tak jarang juga obrolan-obrolan underground ini membuat karyawan terperangkap pada hal-hal yang tidak perlu mereka risaukan seharusnya.
Manajer pemasaran pada produk Microsoft yang juga merupakan pekerja dari golongan Gen-Z, Hannah McConnaughey berpendapat, terdapat dua kesulitan yang kerap dialami para pekerja Gen-Z di masa pandemi.
Dua hal itu adalah kesulitan membangun rasa saling terhubung dengan rekan kerja karena tak bertemu langsung dan sulit membangun networking yang dalam hal ini berterkaitan dengan obrolan-obrolan santai di waktu senggang yang biasanya terjepit.
"Tanpa adanya percakapan di lorong-lorong kantor, atau obrolan ringan sambil minum kopi, saya sulit untuk merasakan adanya keterhubungan dengan rekan di tim saya, apalagi membangun koneksi," ungkap McConnaughey.
4. Kurangnya atmosfer "bekerja" di rumah
Tidak hanya koneksivitas yang berkurang, para pekerja Gen-Z yang berusia sekitar 18-25 tahun ini juga menemui kesulitan lainnya.
Studi Microsoft menyebut bahwa pekerja Gen-Z kesulitan menciptakan ruangan kerja yang baik di rumahnya, tersebab mereka masih berada di tahap awal karier dan belum memiliki kemampuan finansial yang mendukung.
Di samping itu, Microsoft juga menyebut mereka cenderung masih lajang sehingga mudah bagi mereka untuk terasa terisolir dari hubungan sosial bila WFH.
5. Sulit menemukan pijakan berdiri saat awal karir
Pijakan berdiri begitu penting bagi kamu. Tidak sedikit yang tak beruntung tak memiliki ini.
Banyak faktor yang secara tak langsung membuat pijakan tadi tak berfungsi sebagaimana mestinya.
Seperti contoh mengalami penutupan perusahaan dimana kita baru memulai mengawali karir. Bila tak beruntung, bukan tidak mungkin karir kurang gemilang.
Terlebih saat pandemi seperti ini yang membuat faktor pijakan tadi semakin sulit ditemukan.
Editor senior LinkedIn Microsoft, George Anders mengatakan bahwa Gen-Z dan orang-orang yang baru memulai karier, kesulitan menemukan pijakan mereka di dunia kerja saat WFH.
"Karena mereka tidak mengalami secara langsung proses onboarding, networking, dan pelatihan sebagaimana mereka harapkan di tahun-tahun sebelum pandemi ada," ucap Anders.
Kamu di masa pandemi nampaknya dituntut untuk lebih kreatif memutar otak hingga memanipulasi kenyataan-kenyataan pahit terkait hal pembangunan awal karir di era WFH.
Tapi tak usah khawatir, kamu juga harus memiliki kekuatan keyakinan yang asalnya juga dari spiritual diri. Sehingga kamu akan berjalan dengan arah yang terberkati di masa sulit ini.
Microsoft dalam hal ini pun menyarankan bagi perusahaan di masa pandemi agar berinvestasi dalam teknologi yang membantu menjembatani dunia fisik dan digital, sehingga tim dapat bekerja dari jarak jauh maupun di kantor dengan efektif.
Terkait juga pada Gen-Z yang butuh sokongan lebih agar mampu memaksimalkan potensi kariernya.
Baca juga:
- WFH Bikin Hobi Makan? Ini Kuliner Lokal yang Populer di Masa Pandemi
- Kurang Aktivitas saat WFH, Hati-Hati Diabetes Mengincar Lebih Ketat!
- 7 Potret Realita WFH yang Tak Seindah di Layar Laptop