Kunjungi Setelah Pandemi, Ini Tempat Wisata Bersejarah di Indonesia
Sambil menunggu pandemi berakhir, kamu bisa simak ini dulu nih Ma!
21 Agustus 2020
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Sudah dilanda kejenuhan Ma? Ya, namanya juga manusia. Pandemi membuat semua tak bisa keluar, setelah diterapkannya protokol kesehatanpun keluar memiliki batasa-batasan baru.
Beberapa yang sudah keluar untuk kerja kembali, merasa kurang puas akan 'greget' hubungan komunikasi yang ada. Tampak kurang rekreasi karena adanya pembatasan-pembatasan kemanusiaan membuat jiwa berlibur ke suatu tempat bergejolak juga.
Tapi, tahan dulu Ma! Doakan sedikit lagi semua berakhir. Kamu harus tetap sehat sekarang. Untuk memeringati hari kemerdekaan dan juga untuk mempersiapkan liburan pemanasan setelah pandemi, simak ulasan Popmama.com mengenai tempat wisata bersejarah yang terdapat di Indonesia berikut ini, yuk!
1. Tirta Gangga bekas istana kerajaan Karangasem, Bali
Apabila kamu memiliki pertanyaan, apakah ada tempat wisata bersejarah yang jarang dikunjungi di Bali oleh wisatawan Indonesia, taman air-lah jawabannya.
Mayoritas wisatawan yang berlibur ke taman Tirta Gangga Karangasem ini adalah wisatawan asing. Namun saat ini, objek wisata taman air Tirta Gangga sudah mulai diminati wisatawan Indonesia walaupun tidak banyak.
Objek wisata Tirta Gangga Bali berada di Desa Ababi, Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem, kabupaten yang berada di Bali timur. Jika ingin menginap di tempat wisata Kuta, kamu akan menempuh 2 jam 30 menit waktu perjalanan dengan menggunakan mobil.
Nama dari objek wisata Tirta Gangga sendiri, berasal dari kata Tirta yang berarti air suci dan Gangga yang artinya nama sungai di India.
Sebagau info Taman air Tirtagangga Karangasem, dibangun pada tahun 1946 oleh raja Karangasem, Anak Agung Anglurah Ketut Karangasem Agung. Jadi cocok banget buat wisata sejarah nih, Ma.
Komplek taman Tirta Gangga Karangasem sebelumnya pernah hancur oleh letusan gunung Agung pada tahun 1963. Oleh pemerintah setempat dilakukan pembangunan kembali dan diperuntukan untuk kawasan wisata.
Lokasi: Jalan Raya Abang Desa Adat, Ababi, Abang, Kabupaten Karangasem, Bali.
2. Masjid Menara Kudus, menjadi saksi bisu pusat penyebaran ajaran Islam di Kudus
Tempat ini adalah salah satu wisata sejarah untuk para umat beragama Islam. Masjid Menara Kudus merupakan salah satu peninggalan sejarah, sebagai bukti proses penyebaran Islam di Tanah Jawa. Banyak masyarakat yang berkunjung ke masjid ini, terlebih dihari-hari besar keagamaan Islam.
Penyebaran agama Islam di Jawa dilakukan oleh para pedagang, yang dipelopori oleh Maulana Maghribi, yang lebih dikenal dengan nama Maulana Malik Ibrahim. Beliau menyebarkan Islam tidak hanya sendiri, melainkan bersama-sama dengan yang lain atau biasa disebut dengan Wali Songo.
Wali-wali tersebut menyampaikan risalah Islam dengan cara yang berbeda, salah diantaranya adalah yang kita kenal dengan Ja’far Shodiq atau biasa disebut dengan Kanjeng Sunan Kudus.
Menurut sejarah, Masjid Menara Kudus didirikan oleh Sunan Kudus atau Ja’far Shodiq yang merupakan putera dari R.Usman Haji yang bergelar dengan Sunan Ngudung di Jipang Panolan (ada yang mengatakan tempat tersebut terletak di sebelah utara Blora).
Masjid ini tergolong unik karena desain bangunannya, yang merupakan penggabungan antara Budaya Hindu dan Budaya Islam. Sebagaimana kita ketahui, sebelum Islam, Di Jawa telah berkembang agama Budha dan Hindu dengan peninggalannya berupa Candi dan Pura. Selain itu ada penyembahan terhadap Roh Nenek Moyang (Animisme) dan kepercayaan terhadap benda-benda (Dinamisme).
Dahulu kala, adapun cara Sunan Kudus menyebarkan agama Islam adalah dengan jalan kebijaksanaan, sehingga mendapat simpati dari penduduk yang saat itu masih memeluk agama Hindu. Salah satu contohnya adalah, Sapi merupakan hewan yang sangat dihormati oleh agama Hindu, suatu ketika kanjeng Sunan mengikat sapi di pekarangan masjid, setelah mereka datang Kanjeng Sunan bertabligh, sehingga diantara mereka banyak yang memeluk Islam. Dan sampai sekarang pun di wilayah Kudus, khususnya Kudus Kulon dilarang menyembelih sapi sebagai penghormatan terhadap agama Hindu sampai dengan saat ini.
Masjid Menara Kudus menjadi bukti, bagaimana sebuah perpaduan antara Kebudayaan Islam dan Kebudayaan Hindu telah menghasilkan sebuah bangunan yang tergolong unik dan bergaya arsitektur tinggi. Sebuah bangunan masjid, namun dengan menara dalam bentuk candi dan berbagai ornamen lain yang bergaya Hindu.
Lokasi: Jl. Menara, Pejaten, Kauman, Kec. Kota Kudus, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah
Editors' Pick
3. Benteng Fort Roterdam, arsitektur tinggi kokoh yang jauh dari kata menyeramkan
Benteng Fort Rotterdam, atau yang akrab juga disebut dengan Benteng Ujung Pandang, merupakan peninggalan bersejarah dari Kesultanan Gowa yang pernah berjaya di abad ke-17.
Kesultanan ini sebenarnya memiliki 17 buah benteng yang mengitari Makassar, yang menjadi ibukota kesultanan. Tetapi benteng yang paling megah di antara benteng-benteng lainnya adalah benteng Fort Rotterdam. Hingga saat ini, keaslian benteng masih terpelihara.
Lokasi benteng mudah dijangkau karena terletak di dalam kota Makassar, tepatnya berada di depan pelabuhan laut kota Makassar. Jaraknya sekitar dua kilometer dari Pantai Losari. Dengan gaya arsitektur era 1600-an, benteng ini terlihat mencolok dari bangunan di sekitarnya sehingga mudah dikenali.
Benteng ini dibangun pada tahun 1545, oleh Raja Gowa X, yaitu Imanrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung atau Karaeng Tunipalanga Ulaweng. Seperti halnya arsitektur benteng yang bergaya Portugis, benteng ini berbentuk segi empat, dan berbahan dasar campuran batu dan tanah liat yang dibakar hingga kering. Pada masa pemerintahan Raja Gowa XIV, tembok benteng kemudian diganti menjadi batu padas berwarna hitam.
Pada masa penjajahan Belanda, sebagian benteng ini pernah porak-poranda akibat pecahnya perang antara armada perang VOC yang dipimpin oleh Gubernur Jendral Admiral Cornelis Janszoon Speelman dengan Kesultanan Gowa sejak tahun 1666.
Bagian benteng yang hancur kembali dibangun oleh Gubernur Jenderal Speelman tapi disesuaikan dengan gaya arsitektur Belanda. Benteng yang tadinya berbentuk persegi empat dan memiliki empat bastion, ditambah lagi dengan satu bastion di sebelah barat.
Bastion adalah bangunan kokoh yang ditempatkan lebih tinggi di setiap sudut benteng dan di atasnya ditempatkan kanon atau meriam. Nama benteng kemudian diubah menjadi Fort Roterdam, sesuai dengan tempat kelahiran Speelman.
Tidak perlu membayangkan suasana seram dan angker saat akan mengunjungi benteng tua ini karena tempat bersejarah ini bukanlah tempat yang kosong melompong. Benteng ini digunakan pemerintah setempat sebagai Pusat Kebudayaan Makassar dan difungsikan sebagai perkantoran sehingga membuat lingkungan benteng menjadi bersih, rapi, dan terawat.
Selain dapat melihat-lihat benteng secara gratis, pengunjung juga bisa mendatangi Museum La Galigo dan juga melihat ruangan sempit tempat Pangeran Diponegoro ditahan setelah ditangkap Belanda di Jawa.
Lokasi: Jl. Ujung Pandang, Bulo Gading, Kec. Ujung Pandang, Kota Makassar, Sulawesi Selatan
4. Taman Sari, peninggalan sejarah sejak abad ke-3
Lokasi yang memiliki banyak peninggalan sejarah masa lampau kerap kali dimanfaatkan sebagai tempat wisata edukasi. salah satunya adalah Taman Sari Jogja. Menikmati keindahannya amatlah menyenangkan sekaligus mampu mendidik dengan nilai edukasi sejarah yang tinggi.
Yogyakarta atau kerap disebut Jogja, yang berada di jawa tengah merupakan salah satu pusat perkembangan kebudayaan jawa di era klasik hingga era penjajahan, yakni kisaran abad ke-3 sampai pada awal abad 20.
Dengan akar sejarah yang panjang itu, Jogja menyimpan banyak sekali peninggalan sejarah. Termasuk diantaranya bangunan-bangunan bersejarah seperti museum, istana, alun-alun dan lain-lain.
Taman Sari Yogyakarta, merupakan salah satunya. Bangunan ini dimiliki oleh kesultanan Yogyakarta yang difungsikan sebagai destinasi wisata. Selain sebagai destinasi wisata, Taman Sari pada saat tertentu juga masih digunakan sebagai tempat ritual oleh keluarga raja.
Dengan bentuk bangunan arsitektur ala Portugis-Jawa, bangunan di taman ini menjadi daya tarik utama. Meskipun sekarang kondisi bangunan tak lagi utuh seperti saat masih difungsikan sebagai taman kesultanan, namun tetap saja aura keindahan terpancar kuat dari bangunan bangunan di taman ini.
Taman Sari Jogja kini telah menjadi landmark bagi daerah istimewa Yogyakarta. Konsep gaya arsitektur di taman sari, berbeda dengan konsep arsitektur di dalam keraton Jogja. Hal ini karena bangunan di taman sari lebih condong tematik dengan lebih mengutamakan bagian pemandian yang memiliki julukan “Istana Air Jogja”.
Lokasi: Wisata Taman Sari Jalan Tamanan, Patehan, Kecamatan Kraton, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta
5. Kota Lama Semarang hadir dengan sebutan Belanda Kecil
Kota Lama Semarang, ada yang pernah berkunjung ke semarang? Ibu kota jawa tengah ini layaknya Jakarta yang daratannya lebih rendah daripada air lautnya.
Oleh karena itu. Rawan terkena rob dan juga banjir pada musim penghujan. Walau banyak bencana yang menyerang, kota semarang tetap wajib kamu masukan dalam daftar liburanmu.
Karena, disini kami akan disuguhkan dengan pesona masa lalu yang begitu kuat. Bangunan-bangunan tua serta kondisi dan suasana yang mencerminkan masa hitam putih.
Kawasan tersebut tak lain tak bukan adalah Kota Lama Semarang. Sampai saat ini kawasan ini masih berdiri kokoh dan menghadirkan pesona nan elok bagi siapa saja yang menikmatinya.
Banyak wisatawan yang menyebut kota lama semarang ini sebagai little netherland. Atau belanda kecil karena, bangunannya terinspirasi dari arsitektur belanda.
Maklum saja, kota ini memang menjadi saksi bagaimana jenderal belanda mendirikan pusat pemerintahannya dan dijadikan tempat masuk barang-barang komoditi yang dijual ke eropa.
Lokasi: Tanjung Emas, kecamatan Semarang Utara, Kota Semarang, Jawa Tengah
6. Kota Tua Jakarta, hadirkan atmosfer zaman kolonial Belanda
Jakarta juga memiliki destinasi wisata sejarah yang sudah familiar ditelinga, yakni kawasan Kota Tua. Menjadi pusat pemerintahan pada masa kolonialisasi Belanda, kamu bisa langsung merasakan atmosfer yang berbeda saat berada di objek wisata sejarah Indonesia yang satu ini.
Siapkan juga kamera jika berkunjung ke Kota Tua Jakarta karena ada banyak sekali bangunan-bangunan bersejarah dengan arsitektur khas yang masih berdiri kokoh hingga saat ini. Kebanyakan bangunan bersejarah di dalam kawasan Kota Tua kini dialigfungsikan sebagai museum, cafe, restaurant, dan sebagainya.
Museum bersejarah yang bisa kamu temukan di tempat wisata ini antara lain Museum Fatahillah, Museum Wayang, Museum Bank Indonesia, Museum Seni Rupa dan Keramik, hingga Museum Bahari.
Lokasi: Pinangsia, Kec. Taman Sari, Kota Jakarta Barat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta
Nah, Ma bagaimana? Jadi mau ke kota mana nih setelah pandemi berakhir. Pastinya sudah tidak bingung kan dengan pilihan wisata sejarah yang kami ulas. Selamat merencanakan liburannya ya Ma!
Baca juga:
- Ini Dia Tempat Wisata Luar Negeri yang Bisa Dikunjungi Bersama Anak
- 7 Rekomendasi Tempat Wisata Bermain Anak di Tangerang
- Yuk Kunjungi! 6 Daftar Tempat Wisata Bersejarah di Jakarta