Stress Pasca Trauma atau yang lebih dikenal dengan Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) adalah kondisi kesehatan mental yang dipicu berdasarkan pengalaman atau menyaksikan peristiwa yang menakutkan.
Gejala yang terjadi termasuk mengingat kembali, mimpi buruk, kecemasan berat, dan pemikiran yang tidak terkendali tentang peristiwa tersebut.
Kebanyakan orang mengalami peristiwa traumatis mungkin mengalami kesulitan sementara untuk menyesuaikan diri dan mengatasinya. Tetapi dengan waktu dan perawatan yang baik, biasanya kondisi akan kembali pulih.
Jika gejala menunjukan kondisi lebih buruk, kesulitan akan terjadi berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun, dan dapat mengganggu fungsi tubuh.
Mendapatkan perawatan serta pengobatan yang efektif saat memiliki gejala stress pasca trauma penting dilakukan untuk mengurangi gejala dan meningkatkan fungsi tubuh.
Berikut Popmama.com akan berikan infomasi mengenai stress pasca trauma atau PTSD di bawah ini:
1. Gejala pada stress pasca trauma atau PTSD yang dapat menghambat kegiatan sehari-hari
Freepik/Dragana_Gordic
Gejala gangguan stres pasca trauma dapat mulai dilihat dalam 1 bulan setelah peristiwa traumatis, tetapi kadang-kadang gejala mungkin tidak muncul sampai bertahun-tahun setelah kejadian.
Gejala ini mungkin dapat menyebabkan masalah dalam situasi sosial, pekerjaan, atau hubungan yang dapat mengganggu kemampuan untuk melakukan tugas sehari-hari. Berikut adalah gejala dari stress pasca trauma:
Ingatan yang mengganggu
Ingatan yang berulang yang tidak diinginkan dari peristiwa traumatis
Mengingatkan kembali peristiwa traumatis seolah-olah itu terjadi lagi
Mimpi buruk atau seputar peristiwa traumatis yang dialami
Kesedihan emosional yang parah atau reaksi fisik terhadap sesuatu yang mengingatkan pada peristiwa traumatis
Penghindaran
Mencoba menghindari berpikir atau berbicara tentang peristiwa traumatis
Menghindari tempat, kegiatan, atau orang yang mengingatkan tentang peristiwa traumatis
Perubahan negatif pada pemikiran dan suasana hati
Pikiran negatif tentang diri sendiri, orang lain atau lingkungan
Keputusasaan tentang masa depan
Masalah ingatan, termasuk tidak mengingat aspek penting dari peristiwa traumatis
Kesulitan mempertahankan hubungan jarak dekat
Merasa terpisah dari keluarga dan teman
Kurangnya minat dalam aktivitas yang pernah dinikmati
Kesulitan mengalami emosi positif
Merasa mati rasa secara emosional
Perubahan reaksi fisik dan emosional
Mudah kaget atau takut
Selalu waspada terhadap bahaya
Perilaku membahayakan diri sendiri, seperti terlalu banyak minum alkohol atau mengemudi terlalu cepat
Sulit tidur
Kesulitan berkonsentrasi
Lekas marah, ledakan marah atau perilaku agresif
Rasa bersalah atau malu yang luar biasa
Stress pasca trauma juga dapat menyerang anak-anak yang pernah mengalami peristiwa traumatis. Untuk anak-anak berusia 6 tahun dan lebih muda, tanda-tanda dan gejala juga termasuk:
Peragaan ulang peristiwa traumatis atau aspek peristiwa traumatis melalui permainan
Mimpi menakutkan yang mungkin atau mungkin tidak termasuk aspek dari peristiwa traumatis
2. Intensitas gejala stres pasca trauma dapat bervariasi pada setiap orang dari waktu ke waktu
Freepik/Rawpixel-com
Gejala stress pasca trauma, intensitasnya dapat bervariasi pada setiap orang dari waktu ke waktu. Beberapa orang memiliki lebih banyak gejala stress pasca truma ketika mengalami stress secara umum, atau ketika menemukan pengingat kembali tentang kejadian traumatis yang dialami.
Misalnya, sebagai contoh mungkin mendengar suara ledakan sehingga menghidupkan kembali pengalaman dengan suara keras seperti pertempuran. Atau mungkin melihat laporan di berita tentang serangan seksual dan korban kembali mengingat pada waktu hal tersebut menimpanya.
Editors' Pick
3. Beberapa hal yang menyebabkan stress pasca trauma atau PTSD bisa berasal dari dalam dan luar diri manusia
Bkreader.com
Seseorang dapat memiliki stres pasca trauma ketika mengalami, melihat, atau mempelajari tentang peristiwa yang melibatkan kematian atau terancam, cedera serius, atau pelanggaran seksual. Stress pasca trauma juga bisa disebabkan oleh beberapa campuran.
Pengalaman stres, termasuk jumlah dan keparahan trauma yang dialami dalam hidup. Risiko kesehatan mental yang diwariskan, seperti riwayat kecemasan dan depresi keluarga, hal ini juga menyebabkan ciri-ciri kepribadian yang diwariskan atau sering disebut temperamen.
Kemudian tentang cara otak dalam mengatur bahan kimia dan hormon yang dikeluarkan dari tubuh sebagai respons terhadap stres.
4. Faktor-faktor risiko yang dapat membuat seseorang terkena stres pasca trauma
Freepik/Jcomp
Stress pasca trauma dapat menyerang segala usia. Namun, beberapa faktor dapat membuat seseorang lebih mungkin terkena stres pasca trauma setelah mengalami peristiwa traumatis, seperti:
Mengalami trauma yang intens atau berjangka lama
Pernah mengalami trauma di awal kehidupan, seperti pelecehan anak-anak
Memiliki pekerjaan yang meningkatkan risiko terkena peristiwa traumatis, seperti tentara dan percobaan pertama
Memiliki masalah kesehatan mental lainnya, seperti kecemasan atau depresi
Memiliki masalah dengan penyalahgunaan zat, seperti minum berlebihan atau penggunaan narkoba
Tidak memiliki sistem pendukung keluarga dan teman yang baik
Memiliki kerabat atau saudara dengan masalah kesehatan mental, termasuk kecemasan atau depresi
Berbagai macam peristiwa traumatis yang paling umum terjadi dan mengarah pada penyebab stress pasca trauma, meliputi:
Berada dalam kondisi peperangan atau kerusuhan
Pelecehan fisik masa kanak-kanak
Kekerasan seksual
Serangan fisik
Diancam dengan senjata
Kecelakaan
Banyak peristiwa traumatis lainnya juga dapat menyebabkan stress pasca trauma, seperti kebakaran, bencana alam, perampokan, kecelakaan pesawat, penyiksaan, penculikan, diagnosa medis yang mengancam jiwa, serangan teroris, dan peristiwa ekstrim atau yang mengancam jiwa lainnya.
5. Penanganan yang diberikan adalah memberikan dukungan serta menjadi pendengar yang baik
Freepik/Vgstockstudio
Setelah melewati peristiwa traumatis, pada awalnya banyak orang yang mengalami gejala stress pasca trauma seperti tidak dapat berhenti memikirkan peristiwa tersebut. Ketakutan, kegelisahan, kemarahan, depresi, rasa bersalah merupakan reaksi umum terhadap trauma.
Namun, sebagian besar orang yang trauma, tidak mengalami stres pasca trauma dalam jangka panjang. Hal ini dapat dibantu dengan memberikan bantuan serta dukungan yang dapat mencegah reaksi stres normal menjadi kondisi yang lebih parah dan berkembang menjadi stres pasca trauma.
Keluarga dan teman harus menjadi pendengar yang baik dan memberikan kenyamanan.
Mungkin juga perlu mencari ahli profesional kesehatan mental untuk menjalani terapi singkat. Beberapa orang juga akan merasa terbantu setelah mengikuti kelompok keagamaan mereka agar memiliki jiwa yang lebih tenang.
Dukungan dari orang lain juga dapat membantu mencegah orang yang terkena stress pasca trauma beralih ke metode penanganan yang tidak sehat, seperti penyalahgunaan alkohol atau narkoba.
6. Stress pasca trauma atau PTSD dapat meningkatkan risiko seseorang terkena masalah mental
Freepik/ Jcomp
Stress pasca trauma atau PTSD dapat mengganggu kehidupan seseorang, dari sosial, pekerjaan, hingga hubungan. Bahkan dapat menyerang kesehatan dan kesenangan diri seseorang.
Memiliki kondisi ini juga dapat meningkatkan risiko masalah mental lainnya seperti:
Depresi dan kecemasan
Masalah dengan penggunaan narkoba atau alkohol
Gangguan Makan
Pikiran dan tindakan bunuh diri
7. Tips yang dapat dilakukan untuk menghindari stres pasca trauma menjadi meningkat
Freepik/tirachardz
Jika kamu mengalami atau kenal dengan seseorang yang terkena gangguan stres pasca trauma setelah peristiwa traumatis kamu dapat melakukan tips dibawah ini:
Bicaralah kepada keluarga, teman dekat, atau pasangan
Berkonsultasi dengan seorang pemimpin rohani atau seorang komunitas agama
Buat janji dengan dokter atau profesional kesehatan mental untuk mendapatkan pengobatan
Jika stress sudah tidak terkendali, hubungi nomor hotline pencegahan bunuh diri Indonesia 500-454 untuk menghubungi konselor terlatih.
Jangan ragu atau malu untuk menceritakan hal yang membuat trauma kepada orang lain untuk mencegah stress meningkat.
Selain itu, sesama manusia juga harus peduli dan menjadi pendengar yang baik satu sama lain untuk mengurangi beban pada pikiran.