Penyebab Mahasiswa ITB Meninggal ketika Uji Pesawat Tanpa Awak
Mahasiswa ITB dikabarkan meninggal dunia saat uji pesawat tanpa awak, penyebabnya ramai dicari tahu
9 Juni 2023
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Dunia pendidikan baru-baru ini tengah berduka. Seorang mahasiswa Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara Institut Teknologi Bandung (ITB), Muhammad Rasyid Ghifary, dikabarkan meninggal dunia saat uji coba pesawat tanpa awak.
Peristiwa nahas yang merenggut nyawa Rasyid itu terjadi di Lanud Sulaiman, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, pada Selasa (6/6/2023).
Setelah kabar ini menjadi viral dan ramai dibicarakan di media sosial, tak sedikit orang mulai bertanya-tanya perihal penyebab terjadinya peristiwa itu.
Mengenai penyebab mahasiswa ITB meninggal saat uji pesawat tanpa awak, kali ini Popmama.com sudah merangkum informasinya secara detail.
Editors' Pick
1. Uji coba pesawat tanpa awak dilakukan Rasyid bersama rekannya
Sebelum peristiwa terjadi, Rasyid diketahui bersama rekannya dari Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Aksantara sedang melakukan uji coba pesawat tanpa awak menjelang digelarnya Kontes Robot Terbang Indonesia (KRTI).
Dari informasi yang diterima, pesawat tanpa awak yang dibuat oleh lelaki kelahiran 22 Agustus 2003 itu bersama rekan-rekannya bernama Fixed Wing Aksantara dengan misi pengawasan (surveillance).
Untuk melakukan pengujian tersebut, Rasyid bersama beberapa rekannya bertolak ke Lanud Sulaiman pada Selasa (6/6/2023) sore.
2. Tanah Lanud Sulaiman yang basah membuat pasak tercabut jadi penyebab kecelakaan terjadi
Berdasarkan keterangan dari Dekan Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara ITB, Prof Dr Tatacipta Dirgantara, cuaca pada Selasa sore diketahui sedang hujan. Rasyid dan rekannya disebut melakukan uji coba sesudah hujan reda.
Namun, dikarenakan hujan sudah terjadi pada Senin dan Selasa, kondisi tanah yang berada di Lanud Sulaiman menjadi basah. Sementara itu, pasak dari alat pelontar pesawat tanpa awak ditancapkan di tanah.
Para mahasiswa pun menyiapkan pelontar pesawat berukuran besar seperti ketapel yang ditancapkan ke tanah. Sayangnya, kondisi basah itu membuat tanah tak kuat menahan pasak. Saat pelontar ditarik, pasak itu tercabut dari tanah dan karetnya mengenai orang.
"Biasanya pelontarnya ditancapkan ke tanah, pasaknya ke tanah. Karet ditarik (saat) pesawat dicantolkan dan diterbangkan. Waktu sedang ditarik pasaknya tercabut karena tanahnya lembek bekas hujan," ujarnya, dikutip dari laman IDN Times.
Ada dua orang yang terkena alat tersebut. Tatacipta menjelaskan bahwa satu orang yang terkena alat itu hanya mengenai tangan dan kondisinya tidak apa-apa. Di sisi lain, alat itu mengenai area fatal pada tubuh Rasyid, yakni belakang leher.
"Ketapel gede ditarik beberapa orang, dia (almarhum) narik, pasak kecabut mental kena ke korban. Pas kena ke lokasi yang fatal bagian leher belakang," jelasnya lagi.
Dengan demikian, tanah yang basah itulah menurutnya yang menjadi penyebab utama kecelakaan hingga membuat Rasyid meninggal dunia.
Dia pun memastikan bahwa pesawat tanpa awak tersebut dalam kondisi baik dan siap terbang.