400 Ribu Rapid Tes Karya Anak Bangsa Siap Produksi di Dalam Negeri
Target produksi rapid tes bulan ini sebanyak 200 ribu unit
11 Juli 2020
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kemenristek) akan memproduksi massal rapid tes buatan dalam negeri RI-GHA COVID-19 sebanyak 200 ribu unit pada bulan ini.
"Mengenai besaran produksinya bulan ini kami targetkan bisa memproduksi 200 ribu unit, tetapi bulan depan dipastikan kita sudah bisa 400 ribu unit," ujar Menristek/BRIN Bambang Brodjonegoro, di Gedung Kemenko PMK, Kamis (9/7/2020).
Berikut Popmama.com rangkum informasi selengkapnya.
1. Kemenristek masih terus mencari mitra untuk memenuhi target
Bambang mengatakan saat ini ada dua pelaku industri yang sudah mendapatkan izin dari Kemenkes, yakni PT Hepatika Mataram dan PT Prodia Diagnostic Line. Meski demikian, pihaknya masih terus mencari mitra industri agar bisa mencapai target produksi.
"Kita masih terus mencari mitra industri tambahan sehingga produksinya nanti bisa menutup kebutuhan, terutama untuk masyarakat Indonesia apalagi Presiden minta setop impor jika produk bisa diproduksi dalam negeri," ujarnya.
Editors' Pick
2. Rapid tes RI-GHA COVID-19 merupakan inovasi dalam negeri
Bambang menjelaskan rapid tes RI-GHA COVID-19 merupakan inovasi dalam negeri diinisiasi oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) bekerja sama dengan beberapa perguruan tinggi, khususnya Universitas Gajah Mada Yogyakarta dan Universitas Airlangga di Surabaya.
Selain itu juga dengan perusahaan yang kemudian menjadi produser awal dari alat rapid tes ini yaitu PT Hepatika Mataram.
3. Fitur-fitur keunggulan rapid tes lokal
Bambang mengungkapkan pengembangan rapid tes tersebut hanya dibutuhkan waktu dua bulan mulai dari tahapan desain, prototipe sampai produksi saat ini.
Selain waktu yang cepat juga ada beberapa fitur unggulan yakni praktis, cepat, dan hasilnya deteksi dalam keluar dalam 15 menit tanpa bantuan alat tambahan dan tenaga terlatih.
"Jadi bisa digunakan mandiri, selain itu fleksibel karena mampu mendeteksi OTG, ODP, PDP, dan Pasca Infeksi dengan menggunakan sampel serum, plasma, atau whole blood," imbuhnya.
4. Harga rapid tes buatan dalam negeri lebih murah
Bambang mengakui validasi rapid tes kalah akurat dengan PCR Tes hal tersebut karena PCR tes yang untuk diagnosa sedangkan rapid untuk screning.
Dia meyakinkan bahwa RI-GHA COVID-19 ini sudah dilakukan uji validasi skala lab dengan hasil nilai sensitivitas untuk IgM-nya (Immunoglobulin M) 96,8 persen. Kemudian untuk IgG-nya (Immunoglobulin G) 74 persen melalui pengujian pada 40 serum pasien yang positif dari balitbangkes.
Selain itu tingkat spesifitasnya art IgM 98 persen bahkan untuk IgG-nya spesifitasnya 100 persen dan pengujian ini dilakukan pada 100 koleksi serum.
"Produk ini sudah dilakukan juga akurasi, baik di rumah sakit sekitar 4.000 kit di Jogja, Solo, Semarang, dan Surabaya. Serta diperkuat dengan uji lapangan sekitar 6000 kit yaitu uji akurasi dan uji skrining di beberapa puskesmas termasuk yang di Kabupaten Sleman" ujarnya.
"Seperti yang telah disampaikan Pak Menko, alat ini adalah buatan anak negeri sendiri. Dengan harga yang sangat murah yaitu Rp75 ribu maka kita harapkan alat ini bisa dipergunakan secara massal sehingga kita bisa mengatasi secepatnya masalah Covid-19," imbuhnya.
Rapid test tak lagi menjadi beban, tak ada alasan untuk kita tidak melakukan rapid tes karena biaya yang mahal. Semoga rapid tes karya anak bangsa ini segela selesai ya, Ma.
Baca juga:
- Ilmuwan Sebut Covid-19 Menular Lewat Udara, Ini Penjelasannya!
- Perhatikan! 5 Cara Tepat Gunakan Masker untuk Cegah Penularan Covid-19
- Cara Menerapkan Perilaku Hidup Sehat Selama Pandemi Covid-19