Mima Shafa, putri pertama pasangan Indra Brasco dan Mona Ratuliu, sempat mengejutkan publik setahun lalu setelah membagikan kisahnya melawan depresi hingga sempat ingin bunuh diri.
Saat itu dokter mendiagnosisnya dengan Bipolar Disorder dan Borderline Personality Disorder.
Setelah 1 tahun berlalu, gadis bernama lengkap Davina Shava Felisa itu kembali menceritakan tentang gangguan mental yang dialaminya lewat unggahan di Instagram.
Nah, berikut ini Popmama.com telah merangkum beberapa fakta mengenai perjuangan Mima Shafa melawan Bipolar Disorder dan Borderline Personality Disorder.
1. Mima Shafa mengaku berat untuk menceritakan kisahnya
Instagram.com/mimashafa
"Video ini sangat sulit untuk aku buat. Beberapa kali maju mundur saat proses perekamannya karena perasaan takut yang besar akan respon dari kalian," tulis Mima sebagai pembuka video yang diunggahnya di Instagram.
Namun, karena merasa ceritanya penting dan bisa memberikan dukungan untuk para penderita gangguan mental, Mima pun akhirnya memberanikan diri untuk berbagi kisahnya.
"Tapi, aku tahu ceritaku penting. Banyak orang yang masih awam dengan gangguan mental ini, sehingga aku bersedia untuk menyebarkan kesadaran melewati ceritaku sendiri," tulisnya lagi.
Tepat setahun yang lalu, pada bulan Juli 2022 Mima dilarikan ke UGD karena percobaan bunuh diri.
"Selama seminggu aku diskrining oleh psikiater dan disitulah aku didiagnosis dengan bipolar disorder dan borderline personality disorder (BPD)," kata Mima menceritakan kisahnya.
Editors' Pick
3. Apa itu bipolar disorder dan borderline personality disorder?
Bipolar disorder
Gangguan bipolar (bipolar disorder) merupakan kondisi kesehatan mental yang menyebabkan perubahan suasana hati yang drastis, yang mencakup emosi tinggi (manik atau hipomanik) dan terendah (depresi).
Ketika pengidapnya mengalami fase depresi, ia mungkin merasa sedih atau putus asa dan kehilangan minat atau kesenangan dalam sebagian besar aktivitas.
Namun ketika suasana hatinya berubah menjadi manik atau hipomanik (tidak terlalu ekstrem dibandingkan manik), ia mungkin merasa euforia, penuh energi, atau sangat mudah tersinggung.
Perubahan suasana hati ini dapat memengaruhi kebiasaan tidur, energi, aktivitas, penilaian, perilaku, dan kemampuan berpikir jernih.
Borderline personality disorder (BPD)
Sedangkan BPD adalah gangguan kepribadian. BPD bisa mempengaruhi cara berpikir diri sendiri dan orang lain, sehingga mempengaruhi kehidupan sehari-hari penderitanya.
Selain itu penderita BPD juga berjuang dengan masalah citra diri, kesulitan mengelola emosi dan perilaku, dan memiliki pola hubungan yang tidak stabil. Pikiran itu juga memicu perasaan takut akan penolakan, cemas, marah, tidak berarti dan takut ditinggalkan.
4. Mima sudah merasakan gangguan sejak kelas 6 SD
Instagram.com/mimashafa
"Sejak aku kelas 6 SD aku sudah merasakan ada yang berbeda dari diri aku sendiri. Aku sering merasakan cemas yang berlebihan, sedih berlebihan, sehingga mengganggu kesehariaan aku," kata Mima.
Hingga akhirnya setelah duduk di kelas 2 SMP, gadis yang kini berusia 20 tahun itu memberanikan diri untuk berbicara dengan psikolog.
"Butuh 5 sampai 6 tahun buat aku untuk mengerti apa yang terjadi pada diri aku sendiri. Karena selama perjalanan itu aku tidak mendapatkan apa-apa," katanya.
Meski sering menjalankan treatment dan terapi, Mima merasa kondisinya tidak juga membaik dan perasaan negatifnya terus kembali. Hingga akhirnya ia menyerah pada bulan Juli 2022 lalu.
"Tapi aku tetap diberikan kesempatan kedua dan dari situlah aku mulai mengerti tentang diri aku sendiri," katanya.
5. Perjuangan Mima sebelum mendapat diagnosis bipolar dan BPD
Instagram.com/mimashafa
Sebelum mendapatkan diagnosis bipolar disorder dan BPD, Mima mengaku sudah 6 bulan hingga 1 tahun berkonsultasi dengan psikiater. Ia mendapatkan terapi obat untuk mengatasi gejala yang dirasakannya. Sayangnya, obat-obatan tersebut tidak membuat kondisinya menjadi lebih baik.
"Di situ aku notice patern yang berbeda secara drastis. Di tahun-tahun sebelumnya aku sering banget merasa perasaan depresif yang sangat berat hingga mengganggu keseharian aku selama berbulan-bulan. Namun setelah perasaan depresi itu hilang, aku kembali biasa saja. Aku bisa kembali produktif, aku bisa menjalankan keseharian aku secara normal. Tapi perasaan depresif itu pasti akan datang kapanpun. Dan cycle-nya selalu seperti itu bertahun-tahun," katanya.
Sejak pertama kali menemui psikiater dan mengonsumsi obat, Mima merasa fase depresifnya datang lebih cepat dari biasanya. Selama hampir setahun, ia merasakan perasaan depresi secara konstan yang diselingi dengan perasaan antusias dan produktif yang berlebihan.
"Patern-nya kelihatan karena 2 minggu pertama aku merasa depresif yang sangat berat sampai mau bunuh diri. Tapi 2 minggu selanjutnya, aku merasakan perasaan senang yang sangat berlebihan sehingga aku ingin melakukan segala sesuatu bersamaan. Hal itu terus-menerus terjadi sampai aku merasa capek dan titik terendahku adalah pada bulan Juli 2022, dan akhirnya aku memutuskan untuk mengakhiri hidupku," tuturnya.
6. Bipolar disorder dan BPD Mima terjadi secara overlap
Instagram.com/mimashafa
"Gangguan bipolarku dan borderline personality disorder (BPD) terjadi secara overlap. Karena pejuang BPD juga ngerasain perubahan suasana hati yang intens. Ada juga perasaan takut ditinggalin oleh orang sekitar dan pasangan, sehingga aku merasa depresif yang sangat intens dalam jangka waktu yang cukup panjang," katanya.
"Pejuang BPD juga dapat melakukan banyak hal yang impulsif dan berbahaya, seperti over spending dan menyakiti diri sendiri," lanjutnya.
7. Kondisi Mima sekarang jauh lebih baik
Instagram.com/mimashafa
Mima yang kini kuliah di jurusan psikologi tersebut mengaku shock saat psikiater mendiagnosisnya dengan gangguan bipolar dan BPD. Ia merasa takut tidak bisa diterima oleh orang-orang sekitar, juga takut untuk menjalankan kehidupan sehari-hari.
Tapi di sisi lain, dia merasa lebih mengenal diri sendiri setelah menerima diagnosis tersebut. Ia bisa lebih mengerti dan tahu apa yang bisa dia lakukan untuk membuat dirinya sendiri merasa lebih baik.
"Setelah aku dirawat dan keluar RS, aku rutin menjalankan terapi dan konsul ke psikiater selama kurang lebih 1 tahun. Aku juga rajin mengonsumsi obat setiap hari untuk menstabilkan mood aku. Dan akhirnya setelah 1 tahun kondisi aku jauh lebih baik," katanya.
"Aku bangga untuk bilang kalau aku adalah pejuang bipolar disorder dan borderline personality disorder. Aku cuma mau bilang, untuk kamu semua yang menderita bipolar disorder dan borderline personality disorder, kamu nggak sendirian," katanya lagi.
"Untuk teman-teman yang ingin belajar lebih banyak tentang bipolar disoder dan BPD, jangan ragu untuk bertanya karena dengan senang hati akan aku jawab! Terima kasih kalian yang sudah mendengarkan ceritaku sampai habis, semoga dapat membantu dan membuat kalian lebih sadar tentang bipolar dan BPD🌷," tulis Mima di keterangan video yang diunggahnya.
Demikianlah informasi mengenai perjuangan Mima Shafa, anak Mona Ratuliu melawan bipolar disoder dan borderline personality disorder. Semangat terus, Mima!