Deretan Pemikiran Kartini yang Meginspirasi Perempuan Indonesia
Persamaan hak wanita.
21 April 2021
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Indonesia memperingati Hari Kartini hari ini, Rabu (21/4/2021). Dia merupakan sosok penggerak perubahan nasib perempuan di Indonesia.
Kartini ibarat lilin yang menerangi kegelapan. Dengan pemikirannya, perempuan yang biasanya dianggap hanya mampu mengurus rumah tangga, kini bisa memiliki hak yang sama seperti pria. Selain mendapatkan pendidikan, juga bekerja dengan posisi dan penghasilan yang sesuai.
Pada tahun 1964, Presiden Soekarno memutuskan hari kelahiran Kartini, 21 April, sebagai "Hari Kartini" yang menjadi Hari Libur Nasional di Indonesia.
Popmama.com merangkum pemikiran R.A Kartini yang menginspirasi perempuan saat ini.
1. Sama seperti laki-laki, perempuan juga harus mengenyam pendidikan
Memperjuangkan pendidikan perempuan menjadi salah satu misi Kartini semasa hidupnya.
Kartini terinspirasi dari surat al-Baqarah ayat 257, yang artinya “Orang-orang beriman dibimbing Allah dari kegelapan menuju cahaya“.
Karena di dalam surat-surat tersebut Kartini banyak memberikan pencerahan bagi perempuan Jawa yang selama ini terkukung oleh tradisi, salah satunya membatasi perempuan keluar dari rumah. Juga hanya pria yang boleh mengenyam pendidikan.
Kartini memberikan semangat pembebasan agar laki-laki dan perempuan diberikan kesempatan yang sama dalam mengenyam pendidikan.
Editors' Pick
2. Nasib generasi muda berada di tangan perempuan
Kartini sempat menjelaskan bahwa perempuan menjadi ujung tombak bagi pendidikan generasi muda. Jadi, perempuan juga harus memiliki kemampuan sebagai bekal.
Dalam penelitian yang dituliskan Nur Fajriyah, Female Agency dan Upaya Rekonstruksi Pendidikan Islam, Kartini meneknankan agar perempuan diberikan akses pendidikan. Karena melalui tangan perempuan, seorang anak pertama kali mendapatkan nilai kasih sayang dan pendidikan dari sang ibu.
Jika, ibunya memiliki pola asuh yang mengedepankan pendidikan, maka kelak ketika dewasa si anak juga akan mencontoh apa yang sudah diajarkan oleh seorang ibu.
Sebagaimana yang ia tuangkan dalam salah satu suratnya yang ia tujukan kepada Nyonya R.M Abendanon – Mandri, tertanggal 21 Januari 1901.