Generasi Sandwich Harus Kuat agar Tak Kena Masalah Mental
Genarasi sandwitch harus menanggung beban berbeda generasi!
31 Mei 2023
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Pernah dengar istilah ‘generasi sandwich’?
Seseorang yang berada dalam kelompok ini akan lebih rentan mengalami masalah kesehatan mental juga lho.
Wajar saja, beban generasi sandwich sangat berat. Mereka harus menanggung beban generasi sebelumnya juga yang akan datang.
Apa sih generasi sandwich? Mengapa mereka harus menanggung beban berat? Popmama.com akan membahasnya untuk kamu!
1. Penjelasan generasi sandwich
Generasi sandwich (sandwich generation) adalah suatu istilah yang merujuk pada sekelompok individu yang “terjepit” di antara tuntutan simultan dalam merawat orangtuanya yang telah lanjut usia, dan merawat anak-anaknya yang masih bergantung padanya, baik secara fisik, mental-emosional, maupun finansial.
Istilah generasi sandwich pertama kali diperkenalkan oleh dua orang pekerja sosial yaitDorothy Miller dan Eu laine Broody pada 1981 untuk menggambarkan pelaku rawat (caregiver) yang terjepit di antara dua generasi.
Sebagai pelaku rawat, individu yang berada di generasi sandwich ini umumnya dituntut untuk memberikan dukungan fisik, mental-emosional, dan finansial baik bagi anak-anaknya dan juga orangtuanya yang telah lanjut usia. Secara umum mengelola perasaan yang dialami.
Editors' Pick
2. Karakteristik generasi sandwich
dr. Zulvia Oktanida Syarif, Sp.KJ selaku dokter spesialis kedokteran jiwa yang berpraktik di RS Pondok Indah, Pondok Indah, menjelaskan peran generasi sandwich, masalah kesehatan yang kerap dialami, serta tips yang dapat dilakukan para individu generasi sandwich untuk menyeimbangkan perannya dan menjaga agar tingkat stress dapat ditekan.
Berikut ciri generasi sandwich:
- Biasanya adalah laki-laki dan perempuan berusia 30 tahun ke atas yang telah menikah, dan bekerja.
- Menanggung beban dan tanggung jawab dalam memberikan perawatan dan layanan seperti transportasi, pengaturan makan, perawatan kesehatan, dan urusan rumah tangga lainnya, baik bagi anak-anaknya maupun orangtuanya.
3. Masalah kesehatan mental
Survei di Amerika Serikat tahun 2007 menunjukkan bahwa generasi sandwich yang terdiri dari usia 35-54 tahun, mengalami tingkat stres lebih tinggi karena dituntut untuk menyeimbangkan peran dalam perawatan anak dan juga orangtua mereka. Hampir 40% wanita generasi sandwich melaporkan tingkat stres yang ekstrem.
Stres ini tidak hanya memengaruhi relasi personal terhadap pasangan, anak dan keluarga, namun juga memengaruhi kesejahteraan diri sendiri.
Generasi sandwich yang menjadi pelaku rawat bagi dua generasi ini lebih rentan mengalami berbagai masalah kesehatan mental, antara lain:
- Burnout (kelelahan fisik dan mental)
- Gangguan tidur (banyak tidur atau kurang tidur)
- Perasaan bersalah,
- Merasa khawatir terus-menerus
- Hilang minat terhadap aktivitas yang sebelumnya disenangi
- Ansietas (kecemasan)
- Depresi
4. Tantangan generasi sandwich
Tantangan menjadi bagian dari generasi sandwich di masa pandemi Covid-19 semakin
meningkat karena kebutuhan untuk merawat kesehatan anak dan orangtua agar terlindungi dari infeksi juga semakin besar. Pada saat yang bersamaan, individu tersebut juga harus tetap menjaga imunitas dirinya agar tidak terinfeksi.
Penting sekali bagi generasi sandwich untuk mempelajari cara menjaga kesehatan diri, baik fisik maupun mental, serta menyeimbangkan berbagai peran yang dimilikinya.
Peran multipel dari generasi sandwich memiliki dampak negatif baik dari aspek fisik, psikologis, emosional, dan beban finansial.
Dampak pada kesehatan fisk yaitu:
- Kadar hormon stres yang lebih tinggi
- Lebih sering izin sakit dari pekerjaan kantor karena terinfeksi penyakit menular
- Respon imunitas yang lebih rendah terhadap influenza
- Penyembuhan luka yang lebih lambat
- Tingkat obesitas lebih tinggi
- Risiko penurunan kesehatan mental yang lebih tinggi
5. Langkah agar tak stres dan tertekan
Strategi menyeimbangkan peran bagi generasi sandwich amat diperlukan untuk menjaga agar tingkat stres dapat ditekan, yaitu dengan cara:
- Meminta bantuan: jika terlalu repot, jangan ragu meminta bantuan kepada orang lain. Jangan mengerjakan semua hal seorang diri.
- Luangkan waktu untuk diri sendiri (me time), misalnya mengerjakan hobi atau sekedar bersantai, dan memanjakan diri.
- Adakan pertemuan keluarga, bisa menjadi suatu wadah untuk saling mencurahkan isi hati
- Saat lelah dan stres, pola komunikasi dapat sangat terpengaruh dan cenderung mengarah pada emosional. Jaga agar ucapan kamu tetap terkontrol.
- Perfeksionisme dapat menghasilkan stres yang lebih tinggi. Pelajari cara untuk tidak selalu mengatur semua hal di kehidupan. Lakukan delegasi atau menyerahkan tugas tertentu pada orang lain.
- Upayakan untuk dapat menikmati momen yang dimiliki saat ini dalam merawat anak dan melihat pertumbuhan serta perkembangan anak, serta nikmati juga merawat orangtua. Waktu tak bisa diputar kembali.
- Jika masih merasa tetap tertekan dan stress, ada baiknya mencoba mengobrol ke psikolog.
Yuk, jaga agar tetap sehat jiwa dan raga! Beban menjadi generasi sandwich bisa sedikit terurai jika kamu melepaskannya sedikit demi sedikir.
Baca juga:
- 7 Cita-Cita Generasi Alpha yang Tidak Terpikirkan Sebelumnya
- Kontroversi WFH: Solusi Pandemi yang Buat Stres Generasi Z
- Posisi Seks Paling Diminati Generasi Millennial, Mana Favorit Kamu?