Pandemi Covid-19, Perempuan Harus Waspada dengan Kanker Ovarium
Jangan sampai lengah meski dunia hanya tertuju pada virus corona
31 Mei 2021
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Pandemi Covid-19 telah membuat perawatan kanker secara global sangat terganggu. Hal ini secara signifikan berdampak pada kemungkinan untuk melakukan diagnosis dini guna mendapatkan hasil yang lebih baik bagi pasien.
Bukti baru menunjukkan bahwa rujukan di seluruh dunia telah berkurang sebanyak 80%. Diagnosis yang tertunda dapat menyebabkan hasil perawatan yang lebih buruk bagi pasien. Jika ditemukan pada tahap awal, sebelum kanker bermetastasis, hasil akhir perawatan pasien biasanya lebih baik.1-5
Popmama.com akan membahas mengenai faktor risiko dan gejala kanker ovarium. Hal itu sebagai langkah awal yang sangat penting dalam mewaspadai dan mencegah kanker ovarium.
1. Kampanye 10 Jari
AstraZeneca dengan Himpunan Onkologi dan Ginekologi Indonesia (HOGI) dan Indonesian Cancer Information & Support System (CISC) meluncurkan Kampanye 10 Jari untuk mengenal faktor risiko dan deteksi dini kanker ovarium. Kampanye dini untuk mengenal 6 faktor risiko dan 4 tanda kanker ovarium yang diderita oleh banyak perempuan di dunia.
Minimnya informasi dan pengetahuan masyarakat mengenai kanker ovarium, dibandingkan kanker payudara ataupun kanker serviks yang termasuk kanker pada perempuan, menjadi salah satu penghambat upaya pencegahan dan pendeteksian dini.
Padahal kanker ovarium merupakan penyebab kematian nomor 8 akibat kanker pada perempuan di seluruh dunia. Di Indonesia, kanker ovarium berada di peringkat 3 dari sisi insiden dan tingkat kematian untuk penyakit kanker pada perempuan.
Editors' Pick
2. Faktor risiko kanker ovarium
Beberapa faktor risiko kanker ovarium yang menyerang perempuan yaitu:
- Riwayat kista endometriosis
- Riwayat keluarga yang menderita kanker ovarium dan kanker payudara
- Mengalami mutasi genetik (contoh BRCA)
- Angka paritas rendah
- Gaya hidup buruk
- Pertambahan usia
3. Tanda kanker kanker ovarium
Pada umumnya kanker ovarium tidak disertai gejala pada stadium awal. Namun saat stadium berlanjut biasanya akan merasakan kembung, nafsu makan berkurang, sering buang air kecil dan nyeri panggul atau perut.
Ketua HOGI, Prof. DR. dr. Andrijono, Sp.OG(K) mengatakan, “Setiap perempuan perlu mewaspadai ancaman kanker ovarium dengan mengenal faktor risiko dan deteksi dini kanker ovarium. Gejala kanker ovarium sering kali disalahartikan dengan gejala penyakit lain, sehingga sering luput dari perhatian dan baru ditemukan ketika telah mencapai stadium lanjut. Padahal jika dideteksi lebih awal, kanker ovarium dapat ditangani. Tapi faktanya 20% dari kanker ovarium yang terdeteksi pada stadium awal, 94% pasien stadium awal ini akan dapat hidup lebih dari 5 tahun setelah didiagnosis."
“PAP Smear tes tidak dapat mendeteksi kanker ovarium dan tidak ada gejala spesifik sebagai penanda awal12. Oleh karena itu Kampanye 10 Jari akan membantu perempuan Indonesia lebih waspada terhadap kanker ovarium. Segera ke dokter, jika memiliki salah satu dari 6 faktor risiko dan salah satu dari 4 gejala kanker ovarium. HOGI mengapresiasi sinergi dengan AstraZeneca dan CISC dalam upaya meningkatkan kesadaran perempuan Indonesia terhadap kanker ovarium. Harapannya semakin banyak perempuan yang melakukan deteksi dini kanker ovarium dan memiliki harapan hidup yang lebih baik," tambahnya.
4. Perlu waspada sejak awal
Kanker ovarium yang tak bergejala pada awal stadium perlu diwaspadai sejak dini. Perempuan disarankan untuk sering melakukan pemeriksaan kesehatan.
Spesialis Obstetri dan Ginekologi, dr. Pungky Mulawardhana, Sp.OG (K) menyebutkan, “Kanker ovarium jarang ditemukan pada stadium awal karena berkembang secara tersembunyi dan hampir tidak bergejala. Bila timbul gejala klinis, umumnya merupakan akibat dari pertumbuhan, perkembangan, serta komplikasi yang sering timbul pada tingkat stadium lanjut. Saat keadaan sudah pada stadium yang lanjut, kanker akan sulit untuk disembuhkan13. Operasi dan kemoterapi adalah penanganan yang umum dilakukan untuk kanker ovarium. Pada kanker ovarium stadium awal, di mana penyakit ini masih terbatas di ovarium, penanganan dan pengobatan memiliki kemungkinan besar untuk berhasil.”
5. Deteksi dini sangat diperlukan
Perempuan Indonesia perlu mengetahui bahwa dengan deteksi dini, mengenali faktor risiko dan menyadari gejalanya, mereka memiliki peluang lebih baik untuk memiliki harapan hidup yang lebih baik.
Penyintas Kanker Ovarium, Shahnaz Haque mengatakan, “Saya terdiagnosa kanker ovarium tahun 1998 ketika usia 26 tahun. Kanker ovarium saya dapat ditangani dengan baik salah satunya karena terdeteksi sejak dini. Memperhatikan dan melakukan pengecekan terhadap 10 hal dalam Kampanye 10 Jari merupakan upaya penting agar perempuan Indonesia bebas dari ancaman kematian akibat kanker ovarium. Saya mengajak perempuan Indonesia untuk membekali diri dengan informasi dari sumber yang tepercaya, salah satunya dari informasi dalam Kampanye 10 Jari.”
Meski belum mengeluh sakit atau tak enak badan, ada perlunya kamu melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala. Lebih baik mencegah daripada mengobati!
Baca juga:
- Bolehkah Menyusui Bayi saat Terkena Kanker Payudara?
- Mencegah Kanker Kulit, Inilah Manfaat Zinc Oxide pada Produk Skincare
- Suami artis Tasya Kamila Terkena Kanker Getah Bening, Apa Cirinya?