Peristiwa kecelakaan bus maut yang menimpa pelajar SMK Lingga Kencana Depok masih menyimpan duka mendalam. Bus Trans Putera Fajar bernopol AD 7524 OG yang mereka tumpangi terlibat kecelakaan di kawasan Subang, Jawa Barat pada Sabtu (11/5/2024).
Sebanyak 11 orang dilaporkan meninggal dunia dalam kejadian tersebut, dengan rincian 9 orang pelajar, seorang guru, dan seorang pengendara sepeda motor. 53 orang lain yang mengalami luka-luka segera dilarikan ke RSUD Subang serta puskesmas terdekat.
Kesedihan pun dirasakan oleh para orangtua murid dan teman-teman korban yang selamat. Banyak cerita yang mereka ungkap saat mengalami peristiwa kecelakaan hingga trauma yang mereka rasakan.
Untuk lebih jelasnya, Popmama.com telah merangkum beberapa informasi seputar cerita sedih korban kecelakaan bus maut di Subang, Jawa Barat.
1. Seorang pelajar rasakan firasat tak enak saat bus tak kuat menanjak
patrika.com
Ilustrasi
Vivi Aulia, seorang korban selamat kecelakaan bus maut di Subang, menceritakan kondisi bus yang ia tumpangi kepada mamanya, Maryati. Vivi sempat memberi tahu mamanya jika bus Trans Putera Fajar mengalami masalah.
Maryati menyebut anaknya sempat menelepon dirinya sebelum mengalami kecelakaan. Vivi mengabarkan jika bus yang ia tumpangi bersama rombongan tak bisa menanjak.
Kemudian, Maryati menjelaskan anaknya dalam perjalanan pulang sekitar pukul 16.00 WIB. Pada pukul 18.00 WIB, Vivi kembali memberi tahu mamanya kalau ia sedang makan dalam kondisi gelap karena bus mengalami kerusakan.
Tak lama kemudian, Vivi kembali menelepon sang mama namun dengan nomor yang lain. Ia mengabarkan jika bus yang ditumpanginya mengalami kecelakaan.
“Pas mau Isya dia ada panggilan banyak pasti angkat ini aku ini aku. Mobil aku kebalik terus dia jerit-jerit temen aku mah,” kata Maryati menirukan ucapan sang anak.
Editors' Pick
2. Cerita dari mama korban meninggal dunia, anaknya ingin bahagiakan keluarga
pratidintime.com
Ilustrasi
Perasaan duka mendalam turut dirasakan oleh Rosdiana, mama dari Mahesya Putra yang menjadi korban meninggal dunia dalam kecelakaan. Rosdiana mengenang sosok anaknya yang baik dan tak pernah meminta lebih kepada orangtuanya.
Tak hanya itu, Rosdiana bercerita jika Mahesya berniat untuk bekerja saat lulus nanti demi membahagiakan keluarga.
"Dia bilang 'Udah lulus mau kerja, kuliah, membahagiakan orangtuanya dan adik-adiknya,'" tutur Rosdiana saat di kediamannya di kawasan Pancoran Mas, Depok.
Sebelum berangkat, Rosdiana tak melihat adanya gelagat aneh dari sang anak. Bahkan, ia berniat membeli oleh-oleh untuk sang adik sepulang dari acara study tour.
3. Salah satu siswa yang sempat unggah tentang kematian sebelum kecelakaan
Freepik
Di balik insiden maut ini, terdapat salah satu unggahan seorang murid yang diduga menjadi firasat akan kematian. Adapun seorang murid bernama Ade Nabilla Anggraini menjadi salah satu korban meninggal dunia kecelakaan bus maut di Subang.
Mengutip dari akun Instagram @adenabilla yang diduga milik salah satu korban meninggal dunia, ia mengunggah sebuah pesan tentang kematian yang tayang pada 13 Januari 2024 lalu.
"Tanggung jawab berjuang dalam jalan kebenaran itu sebenarnya singkat. Kamu hanya perlu berjuang sampai mati. Jika kamu mati besok, maka tanggung jawabmu selesai sampai besok saja. Sudah sesingkat itu," tulisnya.
Tak hanya itu, ia juga menyebut kematian bisa datang kapan saja dan mengikuti di manapun orang tersebut berada.
"Kamu bisa saja mati saat tertidur, kamu bisa saja mati saat sedang makan makanan favoritmu, kamu juga bisa mati saat sedang tidak melakukan apa-apa," sambung Ade.
4. Cerita orangtua korban dibangunkan salat subuh terakhir kalinya oleh sang anak
Pexels/kat wilcox
Momen memilukan juga dialami oleh Abdurrahman, papa dari Intan Fauziah yang menjadi korban meninggal dunia. Dalam sebuah wawancara, ia turut mengenang kebersamaan terakhir bersama sang anak.
Abdurrahman mengaku terakhir kali melihat wajah putri semata wayangnya itu saat salat subuh pada Jumat (10/5/2024). Ia mengatakan Intan membangunkan dirinya untuk salat subuh.
Namun, Abdurrahaman mengatakan istrinya mengantar Intan untuk mengikuti acara perpisahan di Subang. Hal ini membuatnya tak bisa mengantarnya ke tempat keberangkatan.
Namun, siapa sangka jika momen tersebut merupakan yang terakhir bagi Abdurrahman.
"Saya salat subuh, dia berangkat sama ibunya. Jadi saya nggak nemuin itu," ucapnya.
5. Dua korban meninggal dunia dikabarkan jadi pekerja kasar demi bisa ikut perpisahan
Freepik/kjpargeter
Cerita sedih turut dirasakan oleh keluarga Dimas Aditya yang juga jadi korban meninggal dunia. Salah satunya yakni perjuangan agar bisa mengikuti acara perpisahan sekolahnya.
Bersama Mahesya, Dimas bahkan rela menjadi kuli pasir demi bisa mengumpulkan uang untuk membayar acara perpisahan. Hal ini mereka lakukan agar tak memberatkan kedua orangtuanya.
"Dia tuh jadi kuli pasir sama temannya (Mahesya). Dia cari uang jajan apa saja sama buat nambahin berangkat juga ke acara Wisuda di Bandung," ucap Mariah, bibi Dimas dalam sebuah wawancara.
Mahesya Putra, Dimas Aditya, dan Intan Rahmawati merupakan korban meninggal dunia dalam kecelakaan maut rombongan bus siswa SMK Lingga Kencana Depok. Ketiganya pun mengenyam pendidikan SD, SMP hingga SMK di sekolah yang sama.
Itu tadi beberapa rangkuman cerita korban kecelakaan bus maut di kawasan Subang yang memakan korban hingga 11 orang. Semoga kejadian ini menjadi pembelajaran agar tak terulang kembali di masa yang akan datang.
Kita doakan untuk para korban agar mendapat tempat yang layak di sisi-Nya dan korban yang selamat segera sembuh, ya.