Kasus Makin Meluas, Lebih Dari 140 Ribu Hewan Ternak Terpapar PMK
Kasus PMK sudah meluas hingga beberapa wilayah Indonesia
13 Juni 2022
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Pemerintah melaporkan hewan ternak yang terpapar Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) mencapai lebih dari 140 ribu kasus. Tercatat sebanyak 144.603 ekor ternak terinfeksi PMK hingga Senin (13/6/2022) pagi.
Mengutip situs siagapmk.id, 38.997 dari total hewan ternak yang terpapar PMK sudah sembuh dan 669 ekor mati. Lalu, 877 hewan dipotong bersyarat dan 104.060 ekor belum sembuh.
Akibat melonjaknya wabah PMK di berbagai wilayah, pasokan hewan kurban mengalami kerugian. Mengingat dalam waktu dekat ini umat muslim akan merayakan Idul Adha.
Nah, kali ini Popmama.com telah merangkum beberapa informasi terkait meluasnya kasus PMK yang kini dilaporkan hingga lebih dari 140 ribu kasus.
1. Jawa Timur menjadi wilayah terbanyak kasus PMK
Wabah PMK kini sudah meluas hingga 18 provinsi dan 177 kabupaten/kota. Sebanyak 53.456 hewan di Jawa Timur terinfeksi PMK. Penyebaran ini menjadikan wilayah Jawa Timur sebagai urutan pertama yang paling banyak kasus PMK.
Wilayah yang terpapar kasus PMK selanjutnya Nusa Tenggara Barat (NTB) dengan 23.182 ekor, Aceh 21.347 ekor, Jawa Tengah 16.717 ekor, Jawa Barat 11.720 ekor dan Sumatera Utara 7.706 ekor.
Editors' Pick
2. Vaksin PMK akan disiapkan pemerintah
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Nasrullah mengatakan, pemerintah bersama Kementerian Pertanian telah mengimpor vaksin khusus PMK sebanyak 3 juta dosis. Diperkirakan akan tiba di Indonesia pada minggu depan.
"Ini vaksin minggu depan sudah datang. Untuk awal ini lebih dari 3 juta dosis," ujarnya.
Dia menjelaskan jika vaksin PMK diimpor dari berbagai negara. Nantinya, vaksin akan diberikan kepada hewan yang sehat dan berada di wilayah yang terpapar PMK. Sedangkan, hewan yang sudah terpapar PMK tidak disuntik vaksin.
"Yang disuntik yang sehat di wilayah wabah, yang tidak (di wilayah terpapar PMK) ya tidak (divaksinasi)," kata Nasrullah.
3. Bisnis kurban terancam merugi
Selain harga pokok yang menjadi kekhawatiran bersama, wabah PMK juga mengancam kebutuhan pangan sehari-hari. Virus PMK menyebabkan ketersediaan daging hewan ternak menjadi berkurang.
Wabah PMK yang kian meluas juga membuat pedagang terancam merugi akibat pasokan hewan ternak yang berkurang. Apalagi, umat muslim dalam waktu dekat ini akan merayakan Iduladha.
Akibat berkurangnya pasokan hewan kurban, pedagang mau tak mau menaikkan harga untuk mengantisipasi permintaan yang tinggi. Apalagi, bisnis hewan kurban diperkirakan akan meningkat setelah wabah Covid-19 menurun.
4. Penularan PMK termasuk tinggi
Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) disebabkan dari virus tipe A dari keluarga Picornaviridae, genus Aphthovirus yaitu Aphtae epizooticae. PMK dapat bertahan lama pada tulang, kelenjar susu serta produk susu.
PMK bisa menular 100 persen kepada objek yang terkena droplet hewan terinfeksi dan angka kematian tinggi pada hewan muda dan anak-anak. Meski penularan PMK cukup tinggi, tetapi angka kematian hanya 1-5 persen.
Dekan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Brawijaya (FKH UB) Dyah Ayu Oktavianie mengatakan bahwa Indonesia sebenarnya sudah terbebas dari PMK sejak tahun 1990-an. Menurutnya, wabah yang sedang terjadi saat ini karena lalu lintas hewan ternak atau bahan pangan hewan dari luar Indonesia.
Penularan PMK yang merebak membuat sejumlah pihak merugi karena pasokan hewan ternak berkurang. Semoga kasus PMK di beberapa wilayah mengalami penurunan.
Baca juga:
- Hukum Berkurban dengan Hewan yang Terkena PMK menurut MUI
- Heboh Virus PMK di Indonesia, Apakah Berbahaya dan Menular ke Manusia?
- Apa Itu Virus Hendra? Ketahui Gejala dan Penularannya