5 Fakta Ivermectin yang Tengah Diuji Jadi Obat Terapi Covid-19
Bermula dari obat cacing, akhirnya menjadi obat terapi Covid-19 tapi bukan obat untuk menyembuhkan!
22 Juni 2021
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Sebagai salah satu langkah untuk membantu penguatan PPKM Mikro, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir, pada Senin (21/6/2019) kemarin, mengumumkan bahwa obat Ivermectin sudah mendapatkan izin edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Ivermectin sendiri sebenarnya dikenal di pasaran sebagai obat cacing. Namun, sesuai dengan sejumlah penelitian, obat tersebut disebut-sebut mampu membantu proses terapi Covid-19.
Erick kemudian menjelaskan kalau Ivermectin direncanakan akan diproduksi dengan kapasitas 4 juta butir setiap bulannya. Di samping itu, obat tersebut nantinya akan dijual di pasaran dengan harga yang terjangkau.
Akan tetapi, apa sebenarnya Ivermectin itu? Lalu, mengapa obat ini akhirnya dipergunakan untuk terapi Covid-19? Untuk selengkapnya, Popmama.com telah merangkum jawabannya di bagian berikut ini.
1. Bukan obat untuk menyembuhkan Covid-19
Perlu diluruskan bahwa Ivermectin bukanlah obat Covid-19. Dalam pernyataannya juga, Erick menekankan bahwa Ivermectin hanyalah diperuntukkan sebagai obat terapi penyakit yang disebabkan oleh virus Sars-CoV-2 tersebut.
“Kami tegaskan ini obat terapi, ini bukan obat Covid-19, tetapi bagian dari salah satu terapi,” jelas Erick.
Lebih jauh lagi, pemberian Ivermectin tak ubahnya mirip dengan beberapa jenis vitamin, seperti Favipiravir, Azithromycin, dan Avigan, yang diberikan sebagai obat terapi untuk pasien positif corona.
Untuk obat yang mampu menyembuhkan Covid-19 sendiri sampai sekarang belum ada. Salah satu anggota Staf Khusus BUMN, Arya Sinulingga, juga mengiyakan hal tersebut.
“Sampai hari ini tidak ada yang namanya obat corona. Sampai hari ini yang ada masih terapi dan itu diberikan oleh rekomendasi dokter dan Ivermectin ini pun adalah salah satu terapi yang bisa dipakai dokter, tapi tergantung rekomendasi dokternya.”
Editors' Pick
2. Alasan Ivermectin sampai bisa digunakan untuk terapi Covid-19
Di Indonesia sendiri, Ivermectin dikonsumsi sebagai obat untuk penyakit Onchocerciasis dan Strongyloidiasis. Namun, bagaimana bisa obat yang awalnya ditujukan untuk infeksi cacing/parasit digunakan sebagai terapi penyakit infeksi virus?
Erick menjelaskan bahwa sejumlah jurnal kesehatan dan penilitian menunjukkan hasil yang cukup baik terkait penggunaan Ivermectin sebagai obat dalam terapi. Akan tetapi, untuk kejelasannya sebagai penyembuh Covid-19 masih memerlukan uji klinis yang lebih.
Meskipun demikian, sebuah penelitian in vitro telah mengindikasikan kalau obat ini punya potensi untuk menangkal serangan virus.
3. Harga Ivermectin murah dan terjangkau
Karena dipercaya cukup efektif sebagai obat terapi Corona, Ivermectin akan diproduksi oleh PT Indofarma Tbk dalam skala besar, yakni 4 juta butir per bulannya.
Tidak hanya itu, harga yang ditetapkan juga akan dibuat murah dan terjangkau, yaitu dalam kisaran Rp5.000 sampai dengan Rp7.000 untuk tiap pembelian satu tablet.
Dengan dihibahkannya izin edar oleh BPOM, Erick juga sangat berharap Ivermectin nantinya mampu menurunkan jumlah kasus penularan virus Covid-19.
4. Tidak boleh dibeli sembarangan!
Walaupun sudah mendapat izin edar dari BPOM, Ivermectin tidak boleh dibeli sembarangan terutama melalui internet. Hal ini karena obat yang digaungkan untuk terapi Covid-19 ini termasuk ke dalam obat keras.
"Obat Ivermectin ini adalah obat keras, tidak bisa dijual-beli di mana saja, apalagi di online," ungkap Penny K. Lukito, selaku Kepala BPOM.
Ia mengatakan bahwa seorang pasien baru bisa mendapatkannya melalui rekomendasi dan resep dokter. Hal ini karena hanya apoteker dan dokter saja yang diperbolehkan untuk menjual obat tersebut.
Penggunaan Ivermectin pun juga tak sembarangan. Berdasarkan pemaparan Erick, obat ini bisa digunakan sebagai terapi ringan dalam kurun waktu lima hari. Jadi, Ivermectin hanya dikonsumsi di hari pertama, ketiga, dan kelima saja. Akan tetapi, masyarakat tetap harus berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkana takaran yang lebih akurat
5. Efek samping penggunaan Ivermectin: Berbahayakah bagi ibu hamil dan menyusui?
Efek setelah konsumsi Ivermectin umumnya meliputi kantuk, pusing, demam, ruam kulit, nyeri otot/sendi, sembelit, diare, hingga Sindrom Stevens-Johnson (sejenis kelainan pada kulit). Namun, adakah efek yang lebih serius untuk ibu hamil dan menyusui?
Terkait hal tersebut, belum ada informasi yang cukup lengkap mengenai efek yang ditimbulkan Ivermectin terhadap janin. Kendati demikian, obat ini bersifat teratogenik. Maksudnya, berdasarkan uji coba pada tikus dan kelinci yang tengah mengandung, Ivermectin mampu menyebabkan perubahan bentuk dan fungsi organ janin.
Di samping itu, apabila seorang ibu yang aktif menyusui mengonsumsi obat ini, diketahui Ivermectin akan terserap ke dalam ASI dalam jumlah dan konsentrasi yang cenderung rendah.
Meskipun belum banyak bukti yang menunjukkan efek samping Ivermectin pada ibu hamil dan menyusui, pembelian dan penggunaannya tetap harus sesuai dengan resep dokter.
Itulah sejumlah informasi mengenai Ivermectin, obat cacing yang mendapat izin edar dari BPOM sebagai obat terapi virus corona.
Dengan adanya obat ini, besar harap jumlah kasus infeksi Covid-19 di Indonesia lekas menurun dan menuntun diciptakannya obat yang mampu menyembuhkan penyakit dari infeksi virus tersebut.
Baca Juga:
- Kasus Covid-19 di Indonesia Meledak, PPKM Mikro Kembali Diperketat
- Covid-19 Tak Kunjung Reda, 'Herd Stupidity' Menjangkit Indonesia
- Catat, Syarat Penerima Vaksin Covid-19 untuk Usia 18 Tahun ke Atas