Kenakan Baju Suku Baduy, Jokowi Ajak Bergotong Royong di Masa Pandemi
Penyelesaian bersamalah yang dapat membantu mengatasi masalah
16 Agustus 2021
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Tepat sebelum perayaan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia pada Selasa (17/8/2021), Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) kembali digelar pada Senin (16/8/2021). Sidang tersebut sengaja diadakan secara luring dan daring dalam rangka penerapan protokol kesehatan yang ketat.
Tidak hanya itu, Sidang Tahunan MPR kali ini juga dilaksanakan secara lebih ringkas, yakni dimulai sejak 08.30 WIB dan diharapkan selesai pukul 12.00 WIB. Dalam kurun waktu tersebut, Presiden Joko "Jokowi" Widodo yang tampil dengan baju khas Suku Baduy melakukan pidato sebanyak dua kali, mirip seperti sidang-sidang sebelumnya.
Kali ini, Popmama.com akan memberikan informasi mengenai Presiden Jokowi ajak bergotong royong di masa pandemi. Yuk, simak informasinya!
1. Pandemi Covid-19 seolah telah mengubah kebiasaan masyarakat Indonesia
Hal-hal yang selama ini telah dinikmati bangsa Indonesia, termasuk kemerdekaan, bukanlah sebuah pemberian. Melainkan, diraih dengan perjuangan, baik itu lewat diplomasi ataupun gerilya.
"Kemerdekaan Republik Indonesia bukan diperoleh dari pemberian ataupun hadiah, tetapi kita rebut melalui perjuangan di semua medan," kata Jokowi di Sidang Tahunan MPR RI pada Senin (16/8/2021) seperti yang dilansir IDN Times.
Akan tetapi, situasi pandemi, kata Jokowi, seolah memaksa bangsa Indonesia untuk menciptakan cara-cara hidup baru yang dulu dianggap tabu dan meninggalkan kebiasaan-kebiasaan yang sudah tidak lagi relevan.
"Kita dipaksa untuk membangun normalitas baru dan melakukan hal-hal yang dianggap tabu selama ini. Memakai masker, menjaga jarak, tidak bersalaman, dan tidak membuat keramaian, adalah kebiasaan baru yang dulu dianggap tabu," ujar Jokowi.
Selain kebiasaan memakai masker ataupun social distancing, seluruh aktivitas yang dialihkan menjadi daring juga telah menjadi bagian dari kehidupan seluruh masyarakat Indonesia.
"Bekerja dari rumah, belanja daring, pendidikan jarak jauh, serta rapat dan sidang secara daring, telah menjadi kebiasaan baru yang dulu kita lakukan dengan ragu-ragu," imbuhnya.
Editors' Pick
2. Jokowi: "Jadikan pandemi sebagai api yang menerangi"
Situasi yang diakibatkan pandemi Covid-19 tentu tidak menyisakan pengalaman yang menyenangkan bagi Indonesia. Kendati demikian, mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut yakin bahwa Indonesia dapat melewati resesi, krisis, maupun badai yang ada. Pasalnya, ia sangat yakin bahwa semua langkah yang diambil dan ujian yang dihadapi akan menguatkan bangsa Indonesia.
"Setiap etape (langkah) memberikan pembelajaran dan sekaligus juga membawa perbaikan dalam kehidupan kita," ucapnya.
Oleh karena itu, Jokowi berpesan bahwa meskipun tengah dibombardir cobaan, bangsa Indonesia seyogyanya harus berpikir jernih. Dalam hal ini, jadikan "api" yang dihadirkan pandemi Covid-19 untuk memotivasi diri supaya menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
"Api memang membakar, tetapi juga sekaligus menerangi. Kalau terkendali, dia menginspirasi dan memotivasi. Dia menyakitkan, tetapi sekaligus juga menguatkan. Kita ingin pandemi ini menerangi kita untuk mawas diri, memperbaiki diri, dan menguatkan diri, dalam menghadapi tantangan masa depan," Jokowi menuturkan.
"Tatkala ujian itu terasa semakin berat, asahannya juga semakin meningkat. Itulah proses menjadi bangsa yang tahan banting, yang kokoh, dan yang mampu memenangkan gelanggang pertandingan." - Joko Widodo
3. Jokowi juga menyebutkan sejumlah hal mengenai penanganan Covid-19 di Indonesia
Dalam pidato di Sidang Tahunan MPR tersebut, mantan walikota Solo tersebut juga membahas mengenai penanganan Covid-19 di Indonesia. Salah satu hal yang ia sebutkan adalah mengenai industri obat, vaksin, dan alat-alat kesehatan.
"Kemandirian industri obat, vaksin, dan alat-alat kesehatan masih menjadi kelemahan serius yang harus kita pecahkan," kata Jokowi.
Walaupun begitu, rintangan tersebut tidak lantas menghambat komitmen negara dalam meningkatkan industri farmasi dan mengembangkan Vaksin Merah Putih nih, Ma.
"Pandemi telah mempercepat pengembangan industri farmasi dalam negeri, termasuk pengembangan Vaksin Merah Putih, dan juga oksigen untuk kesehatan," ucapnya.
Bukan hanya dengan mengerahkan sumber daya saja, pengambilan segala keputusan yang berhubungan dengan Covid-19 akan lebih efektif apabila pemerintah merujuk kepada data dan pengetahuan baru.
"Dalam mengambil keputusan, pemerintah harus terus merujuk kepada data, serta kepada ilmu pengetahuan dan teknologi terbaru. Pemerintah harus selalu tanggap terhadap perubahan keadaan, dari hari ke hari secara cermat," Jokowi menjelaskan.
4. Gotong royong adalah kunci untuk hadapi situasi pandemi yang sulit
Poin terpenting yang disampaikan Presiden Joko Widodo dalam pidatonya pada Senin (16/8/2021) ialah bagaimana masyarakat perlu "bergotong royong" dalam mengatasi pandemi Covid-19 ini. Pasalnya, hanya dengan bekerja samalah kepenatan, kejenuhan, dan kesedihan yang dirasakan bisa segera teratasi.
"Penyelesaian pribadi tidak akan pernah menjadi solusi. Penyelesaian bersama menjadi satu-satunya cara. Dengan budaya yang selalu saling peduli dan saling berbagi, masalah yang berat ini bisa lebih mudah terselesaikan," ujar Jokowi.
Dalam hal ini, masyarakat perlu membuang jauh-jauh sikap intoleransi supaya tetap bisa mengingatkan sesama untuk selalu menjaga kesehatan diri.
"Kita lewati ujian pandemik dan ujian-ujian lain setelah ini, dengan usaha yang teguh, disertai dengan doa pengharapan yang tulus. Kita jaga kesehatan kita, disiplinkan diri dalam protokol kesehatan, serta saling menjaga dan saling membantu. Tidak ada orang yang bisa aman dari ancaman COVID-19, selama masih ada yang menderitanya," katanya.
5. Baju suku Baduy yang dianggap sebagai simbol pemenang Covid-19
Yang paling menarik perhatian dari kehadiran mantan walikota Solo tersebut di Sidang Tahunan MPR tersebut adalah busana yang dikenakan. Jokowi datang dengan baju suku Baduy, atau juga dikenal dengan istilah pakaian adat urang Kanekes.
Dirinya tampil dengan pakaian serba hitam, mulai dari atasan, masker, dan celana. Tidak lupa juga hiasan kepala (udeng) berwarna biru, sandal hitam, dan tas rajut cokelat melengkapi pakaiannya.
Ini bukanlah yang pertama kalinya Presiden Jokowi mengenakan pakaian adat Indonesia. Tahun lalu, ia memakai pakaian ada Sabu khas Nusa Tenggara Timur. Namun kali ini, ia memilih busana urang Kanekes karena desainnya yang sederhana dan nyaman.
"Busana yang saya pakai ini adalah pakaian adat Suku Baduy. Saya suka karena desainnya yang sederhana simpel dan nyaman dipakai," ujar Jokowi.
Jika dilihat dengan saksama, busana hitam tersebut bukanlah sekadar pakaian adat suku Baduy saja, melainkan Baduy Luar. Warna hitam dimaknai sebagai "ketidaksucian" Baduy Luar yang telah terpapar dunia luar.
Namun pakar gestur dan ahli deteksi kebohongan Handoko Gani menyebutkan bahwa pakaian yang dikenakan Jokowi merupakan tanda pemenang.
"Simbol pemenang Covid. Salah satu suku yang bisa bertahan, bahkan denger-denger zero case (tidak ada kasus Covid-19). Simbol guyub kekeluargaan. Mengingatkan kita bahwa ini saatnya semakin mendekatkan diri pada keluarga dan lingkaran terdekat lainnya," ujar dia.
Di samping itu, busana urang Kanekes tersebut, menurut Handoko Gani, dapat dimaknai sebagai simbol keanekaragaman, kesederhanaan, dan keguyuban.
Itulah tadi informasi tentang Presiden Jokowi ajak bergotong royong di masa pandemi. Semoga di ulang tahun ke-76 Republik Indonesia ini, negara bisa menjadi lebih baik lagi dan segera sembuh dari jangkitan Covid-19.
Semoga informasi tadi bermanfaat ya, Ma!
Baca juga:
- Sambut HUT RI ke-76, Yuk Daftar Upacara Virtual Bareng Presiden Jokowi
- Dirgahayu Indonesia! Ini Kemerdekaan yang Paling Diinginkan Oleh Mama
- IDN Media Bagikan Koran IDN Times Vol.2 Bertema Kemerdekaan RI