Air Minum Isi Ulang di Indonesia Mengandung E. Coli, Sebabkan Diare
Waspada! Air minum isi ulang berisiko tinggi cemaran bakteri berbahaya
24 Desember 2024
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Kualitas air minum di Indonesia masih menjadi perhatian serius, mengingat sekitar 80% akses air minum belum memenuhi standar kelayakan konsumsi. Data terbaru dari Kementerian Kesehatan RI menunjukkan bahwa peningkatan akses air minum yang layak konsumsi hanya mencapai 20,49 persen pada tahun 2023, meningkat tipis dari angka 11 persen sebelumnya.
Temuan yang lebih mengkhawatirkan adalah tingginya kandungan bakteri E. Coli pada sumber air minum, terutama pada air minum isi ulang yang menjadi pilihan utama lebih dari 30 persen masyarakat Indonesia. Hasil surveilans menunjukkan bahwa 45,4 persen air minum isi ulang terkontaminasi bakteri E. Coli, jauh lebih tinggi dibandingkan air PDAM yang tingkat kontaminasinya mencapai 33 persen.
Penasaran dengan kelanjutannya? Yuk, simak Popmama.com merangkum air minum isi ulang di Indonesia mengandung E. Coli yang menyebabkan diare secara lebih detail.
Editors' Pick
1. Tingginya risiko kontaminasi pada depot air isi ulang
Proses pengolahan air minum isi ulang memiliki beberapa titik rawan kontaminasi yang perlu diwaspadai. Mulai dari sumber air yang digunakan, kebersihan mesin pengolahan, hingga kondisi galon yang digunakan untuk menampung air, semua itu bisa berpotensi menjadi sumber kontaminasi bakteri E. Coli.
Sistem pengawasan yang belum optimal pada depot-depot air minum isi ulang juga menjadi faktor pendukung tingginya risiko kontaminasi. Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan dan BPOM RI sedang mengkaji regulasi baru untuk meningkatkan standar keamanan depot air minum isi ulang.
2. Dampak serius bagi kesehatan masyarakat
Konsumsi air minum yang tercemar bakteri E. Coli memiliki dampak langsung terhadap kesehatan masyarakat. Data menunjukkan bahwa 73% kasus diare berkaitan dengan konsumsi air yang terkontaminasi bakteri ini. Lebih mengkhawatirkan lagi, 15% kasus dapat berkembang menjadi masalah stunting pada anak-anak.
Kondisi ini berkontribusi pada masih tingginya angka stunting di Indonesia yang mencapai 21,5%, masih jauh dari target pemerintah sebesar 18%. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas air minum memiliki dampak jangka panjang terhadap kesehatan dan tumbuh kembang masyarakat.