Apa Itu HPD? Salah Satu Gangguan Kepribadian
Apa sebenarnya HPD dan bagaimana dampaknya dalam kehidupan sehari-hari?
14 Februari 2025

Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Pernahkah kamu bertemu seseorang yang selalu ingin menjadi pusat perhatian dalam setiap situasi? Mereka mungkin menunjukkan ekspresi emosi yang berlebihan, dan tampaknya sangat membutuhkan pengakuan dari orang lain.
Jika iya, bisa jadi orang tersebut mengalami gangguan kepribadian histrionik atau histrionic personality disorder (HPD). Melansir dari MSD Manuals, gangguan kepribadian histrionik ditandai dengan pola emosionalitas yang berlebihan.
Namun, di balik perilaku mereka yang tampak percaya diri, ada rasa tidak aman dan butuh validasi dari orang lain. Dalam pembahasan kali ini, Popmama.com akan mengulas lebih lanjut mengenai apa itu HPD? Simak, yuk!
Apa Itu HPD? Gangguan Kepribadian yang Jarang Diketahui
Gangguan kepribadian histrionik (HPD) adalah salah satu dari sepuluh gangguan kepribadian yang diklasifikasikan dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5). HPD termasuk dalam kelompok gangguan kepribadian klaster B, yang ditandai dengan pola perilaku dramatis, emosional, atau tidak menentu.
Orang dengan HPD sering kali memiliki kepribadian yang ekspresif, karismatik, dan tampak percaya diri. Namun di balik itu, mereka sering kali mengalami kesulitan dalam membentuk hubungan yang mendalam dan stabil.
Mereka mungkin merasa perlu terus-menerus mendapatkan perhatian dan persetujuan dari orang lain, yang dapat menyebabkan perilaku impulsif, manipulatif, atau bahkan provokatif. Menurut Journal of Personality Disorders, prevalensi HPD di populasi umum relatif rendah, diperkirakan sekitar 1,8 persen.
Editors' Pick
Bagaimana Seseorang Bisa Mengalami HPD?
Seperti gangguan kepribadian lainnya, HPD diyakini berkembang akibat kombinasi faktor genetik dan lingkungan. Mengutip dalam Psychiatry Research, individu yang memiliki anggota keluarga dengan gangguan kepribadian klaster B, termasuk HPD, lebih berisiko mengembangkan gangguan serupa.
Selain faktor genetik, pola asuh yang tidak konsisten juga dapat berkontribusi pada perkembangan HPD. Kurangnya batasan dalam hubungan keluarga juga bisa menyebabkan seseorang sulit mengembangkan rasa percaya diri yang stabil.