11 Ciri Haid Menjelang Menopause, Tanda Awal Perubahan Hormonal

Perubahan hormon di tahap ini memengaruhi banyak hal, termasuk siklus haid

18 Desember 2024

11 Ciri Haid Menjelang Menopause, Tanda Awal Perubahan Hormonal
Freepik

Mama, pernahkah merasa siklus haid mulai tidak teratur? Atau mungkin durasi haid menjadi lebih pendek atau justru lebih panjang? Jika iya, itu bisa jadi tanda tubuh Mama sedang bersiap memasuki fase menopause. 

Menopause adalah proses alami yang dialami setiap perempuan sebagai bagian dari penuaan. Sebelum benar-benar berhenti menstruasi, perempuan umumnya melalui tahap perimenopause, yaitu masa transisi yang ditandai dengan perubahan hormonal.

Mengutip dari Journal of Women’s Health, perimenopause biasanya dimulai di usia 40-an, meski ada juga yang mengalaminya lebih awal. Pada tahap ini, kadar hormon estrogen dan progesteron mulai fluktuatif, yakni memengaruhi berbagai aspek kesehatan perempuan, termasuk siklus haid. 

Nah, agar Mama bisa lebih memahami tubuh sendiri, berikut ini Popmama.com akan membahas lebih lanjut terkait ciri haid menjelang menopause. Simak di sini, yuk!

1. Siklus haid tidak teratur

1. Siklus haid tidak teratur
Freepik/Wsyhomestudio

Salah satu ciri paling umum adalah siklus haid yang menjadi tidak teratur. Mama mungkin mengalami jarak antar haid yang lebih panjang atau lebih pendek dari biasanya. Hal ini terjadi karena hormon estrogen dan progesteron mulai tidak seimbang.

Menurut American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG), siklus haid yang tiba-tiba melonjak dari 28 hari menjadi 35 hari, atau bahkan berhenti selama beberapa bulan, adalah tanda awal perimenopause. 

Jika ini terjadi, tidak perlu panik, Ma. Namun, tetap penting untuk berkonsultasi dengan dokter jika ketidakteraturan ini disertai perdarahan hebat atau nyeri.

2. Durasi haid berubah

2. Durasi haid berubah
Freepik

Mama mungkin juga suka memperhatikan bahwa durasi haid menjadi lebih pendek atau lebih panjang. Jika sebelumnya haid berlangsung selama 5 hari, kini mungkin hanya 2-3 hari atau bahkan lebih dari seminggu.

Hal ini disebabkan oleh ketidakstabilan hormon yang memengaruhi proses pelepasan dan pembentukan lapisan rahim. Perubahan ini normal, tetapi jika Mama merasa durasi haid terlalu ekstrem, tidak ada salahnya memeriksakan diri untuk memastikan semuanya baik-baik saja.

3. Volume darah haid tidak sama

3. Volume darah haid tidak sama
Freepik

Perubahan volume darah haid juga menjadi salah satu tanda perimenopause. Darah haid bisa menjadi lebih sedikit atau lebih banyak dari biasanya. Mama mungkin merasa ada hari di mana perdarahan sangat ringan, tetapi di hari berikutnya justru deras seperti hari pertama haid.

Dikutip dari Mayo Clinic menyebutkan, bahwa perubahan ini disebabkan oleh fluktuasi hormon estrogen, yang memengaruhi penebalan lapisan rahim. Meskipun ini adalah bagian normal dari perimenopause, Mama tetap perlu memerhatikan tanda-tanda perdarahan yang tidak biasa, seperti gumpalan darah besar atau perdarahan di luar siklus.

4. Munculnya gejala PMS yang lebih parah

4. Muncul gejala PMS lebih parah
Freepik/Stockking

Bagi sebagian perempuan, gejala premenstrual syndrome (PMS) seperti nyeri payudara, perubahan suasana hati, atau kembung perut, bisa menjadi lebih intens saat memasuki perimenopause. Hal ini karena hormon yang fluktuatif dapat memengaruhi cara tubuh merespons stres dan nyeri.

Jika Mama merasa gejala PMS semakin mengganggu, cobalah untuk mengatur pola makan dan olahraga. Asupan makanan kaya magnesium dan vitamin B6, seperti pisang dan kacang-kacangan, dapat membantu meredakan gejala.

Editors' Pick

5. Perdarahan di antara siklus

5. Perdarahan antara siklus
Freepik/Katemangostar

Tanda lain yang perlu diperhatikan adalah perdarahan di antara siklus haid. Ini sering kali terjadi karena penurunan kadar progesteron, yang memengaruhi kestabilan lapisan rahim.

Meski perdarahan kecil ini biasanya tidak berbahaya, Mama sebaiknya berkonsultasi dengan dokter untuk memastikan tidak ada masalah serius seperti polip atau fibroid rahim.

6. Hot flashes atau sensasi panas mendadak

6. Hot flashes atau sensasi panas mendadak
Freepik/Jcomp

Selanjutnya, Mama mungkin mulai merasakan sensasi panas mendadak, yang dikenal sebagai hot flashes. Gejala ini sering muncul menjelang menopause karena perubahan hormon memengaruhi sistem pengatur suhu tubuh.

Sensasi panas ini biasanya dimulai di area wajah, leher, atau dada, kemudian menyebar ke seluruh tubuh. Menurut The Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism, sekitar 75% perempuan yang memasuki perimenopause mengalami hot flashes.

7. Haid yang semakin jarang

7. Haid semakin jarang
Freepik

Ciri lain yang sering terjadi adalah haid menjadi semakin jarang. Mama mungkin menyadari bahwa jarak antar haid semakin panjang, hingga akhirnya berhenti sama sekali selama beberapa bulan.

Ini adalah tanda bahwa ovarium mulai mengurangi produksi hormon estrogen dan progesteron. Jika Mama mengalami haid yang berhenti lebih dari tiga bulan dan kemudian muncul kembali dengan volume besar.

8. Nyeri saat haid lebih intens

8. Nyeri saat haid lebih intens
Pinterest.com/Traveling With Love

Sebagian perempuan mungkin mengalami nyeri haid yang lebih parah dibandingkan sebelumnya. Perubahan ini terjadi karena hormon yang tidak stabil memengaruhi kontraksi otot rahim.

Mengutip dari American Journal of Obstetrics and Gynecology, perimenopause dapat menyebabkan kram haid yang lebih menyakitkan bagi beberapa perempuan, meskipun sebelumnya tidak pernah mengalami nyeri haid yang signifikan. 

Untuk mengatasi ini, Mama bisa mencoba kompres hangat atau konsumsi suplemen omega-3 untuk meredakan peradangan.

9. Perubahan suasana hati

9. Perubahan suasana hati
Pinterest.com/Terapia Energética - Thetahealing

Fluktuasi hormonal selama perimenopause juga dapat memengaruhi suasana hati, Ma. Mama mungkin merasa lebih mudah marah, cemas, atau bahkan sedih tanpa alasan jelas.

Perubahan suasana hati ini berkaitan dengan penurunan kadar serotonin, yang dipicu oleh fluktuasi hormon estrogen. Untuk membantu menjaga suasana hati tetap stabil, cobalah teknik relaksasi seperti yoga atau meditasi.

10. Perubahan pada tekstur dan warna darah haid

10. Perubahan tekstur warna darah haid
Pinterest.com/Anotherorion.com

Selain volume, tekstur dan warna darah haid juga bisa berubah. Mama mungkin memperhatikan darah haid yang lebih gelap, lebih encer, atau mengandung gumpalan kecil.

Perubahan ini biasanya tidak berbahaya dan merupakan bagian dari proses alami tubuh. Namun, jika warna darah menjadi sangat gelap atau teksturnya aneh, Mama sebaiknya memeriksakannya ke dokter untuk memastikan tidak ada infeksi atau masalah kesehatan lain.

11. Gejala fisik lainnya seperti sakit kepala atau nyeri sendi

11. Gejala fisik lain seperti sakit kepala atau nyeri sendi
Pinterest.com/Viona Olyvia Zhu

Menjelang menopause, gejala fisik seperti sakit kepala, nyeri sendi, atau kelelahan juga bisa muncul lebih sering. Perubahan ini terjadi karena hormon yang fluktuatif memengaruhi keseimbangan cairan dan peradangan dalam tubuh.

Menurut Menopause Journal, bahwa banyak perempuan mengalami peningkatan sensitivitas terhadap nyeri selama perimenopause. Untuk membantu meringankan gejala ini, Mama bisa memperbanyak konsumsi makanan kaya omega-3, seperti ikan salmon, atau menggunakan minyak esensial seperti peppermint untuk meredakan sakit kepala.

Jadi, itu dia ciri haid menjelang menopause. Dengan mengenali ciri di atas, Mama bisa lebih memahami tubuh dan mempersiapkan diri menghadapi transisi ini dengan tenang. 

Yang terpenting, jaga pola hidup sehat, kelola stres, dan jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter jika ada gejala yang terasa tidak biasa.

Baca juga: 

The Latest