7 Dampak KDRT pada Kesehatan Mental dan Cara Mengatasinya
KDRT bisa berdampak serius pada kesehatan mental, mulai dari depresi hingga kecemasan
11 November 2024
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) bukan hanya melukai secara fisik, tetapi juga dapat meninggalkan dampak jangka panjang pada kesehatan mental.
Mama perlu menyadari bahwa tekanan yang ditimbulkan oleh KDRT tidak hanya mempengaruhi korban secara emosional, tetapi juga bisa berdampak pada seluruh aspek kehidupan mereka, termasuk kesehatan fisik dan hubungan sosial.
Penelitian yang dipublikasikan oleh The Lancet Psychiatry, mengungkapkan bahwa korban KDRT lebih rentan mengalami gangguan kesehatan mental, seperti depresi, kecemasan, dan PTSD (Post-Traumatic Stress Disorder). Penelitian ini menyoroti pentingnya dukungan psikologis untuk membantu korban pulih secara menyeluruh.
Pada kesempatan ini, Popmama.com akan membahas mengenai 7 dampak KDRT pada kesehatan mental dan cara mengatasinya. Simak informasinya di sini yuk, Ma.
1. Depresi berkepanjangan
KDRT dapat menyebabkan depresi yang berkelanjutan, di mana korban sering merasa putus asa, kehilangan minat dalam kegiatan sehari-hari, dan merasa tidak berdaya. Mama yang mengalami depresi karena KDRT mungkin kesulitan menjalankan peran sebagai pengasuh atau pekerja.
Perasaan ini dapat memengaruhi berbagai aspek kehidupan, termasuk minat dalam kegiatan sehari-hari yang dulunya dinikmati, seperti berkumpul dengan keluarga atau menjalani hobi.
Cara mengatasinya:
- Terapi psikologis seperti konseling atau terapi kognitif dapat membantu Mama untuk keluar dari lingkaran depresi.
- Dukungan dari keluarga dan sahabat sangat penting untuk memberikan rasa aman dan kepercayaan diri.
- Jangan ragu untuk mencari bantuan dari profesional kesehatan mental.
2. Kecemasan yang tinggi
Korban KDRT sering merasa cemas atau ketakutan, bahkan ketika ancaman sudah hilang. Kecemasan ini bisa menyebabkan gangguan tidur, sulit berkonsentrasi, dan selalu merasa gelisah.
Kecemasan yang berlebihan ini juga sering kali memicu gangguan tidur, seperti insomnia atau mimpi buruk, sehingga korban merasa lelah dan semakin sulit untuk mengendalikan emosi.
Cara mengatasinya:
- Teknik relaksasi seperti meditasi, latihan pernapasan, atau yoga bisa membantu mengurangi kecemasan.
- Mengatur pola hidup yang seimbang, termasuk waktu istirahat yang cukup dan aktivitas fisik, juga dapat membantu.
- Mama bisa berkonsultasi dengan terapis untuk mendapatkan strategi pengelolaan kecemasan yang lebih tepat.
Editors' Pick
3. PTSD (Post-Traumatic Stress Disorder)
Korban KDRT berisiko tinggi mengalami PTSD, di mana ingatan akan kekerasan terus menghantui dan mempengaruhi keseharian. Gejala PTSD bisa termasuk mimpi buruk, flashback, dan perasaan terisolasi.
Gejala PTSD lainnya termasuk perasaan terisolasi, di mana korban merasa terputus dari dunia di sekitarnya dan kesulitan untuk terlibat dalam aktivitas sosial. Mereka mungkin merasa tidak ada orang yang benar-benar memahami apa yang mereka alami, sehingga lebih memilih untuk menjauh dan menutup diri.
Cara mengatasinya:
- Terapi PTSD seperti Cognitive Behavioral Therapy (CBT) atau terapi eksposur telah terbukti efektif.
- Mencari kelompok dukungan atau terapi kelompok bisa memberikan rasa solidaritas dan pemahaman dari mereka yang memiliki pengalaman serupa.
- Jika Mama merasa nyaman, berbicara dengan profesional kesehatan mental tentang trauma tersebut akan sangat membantu.
4. Merasa tidak berharga
Setelah mengalami kekerasan yang berulang, korban KDRT sering merasa kehilangan harga diri dan mengalami krisis identitas. Mama mungkin merasa tidak berharga dan kehilangan kepercayaan diri.
Akibatnya, Mama mungkin kehilangan kepercayaan diri dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam menjalani peran sebagai pengasuh, pasangan, atau bahkan dalam lingkungan kerja.
Cara mengatasinya:
- Fokus pada hal-hal kecil yang bisa Mama capai untuk membangun kembali rasa percaya diri.
- Mencari aktivitas yang Mama nikmati dapat membantu mengalihkan perhatian dari perasaan negatif.
- Terapi yang berfokus pada penguatan diri bisa membantu Mama membangun kembali harga diri yang hilang.
5. Kesulitan dalam hubungan sosial
KDRT dapat membuat korban menarik diri dari interaksi sosial karena merasa malu atau takut. Ini bisa menyebabkan isolasi dan perasaan kesepian.
Korban sering kali merasa tidak nyaman menceritakan pengalaman mereka, khawatir akan stigma, atau bahkan takut mendapat ancaman lebih lanjut dari pelaku kekerasan. Akibatnya, mereka memilih untuk menghindari orang-orang terdekat, termasuk teman dan keluarga, sehingga menciptakan jarak yang semakin memperburuk perasaan kesepian.
Cara Mengatasinya:
- Berbicara dengan orang terdekat yang bisa Mama percaya adalah langkah awal yang baik.
- Jika Mama merasa terisolasi, bergabunglah dengan kelompok dukungan yang fokus pada penyintas KDRT untuk berbagi pengalaman.
- Membangun jaringan sosial secara bertahap bisa mengurangi rasa kesepian dan meningkatkan kesejahteraan emosional.
6. Gangguan tidur
Korban KDRT sering kali mengalami gangguan tidur, seperti insomnia atau mimpi buruk, yang berkaitan langsung dengan pengalaman traumatis yang mereka alami.
Ketidakmampuan untuk tidur dengan nyenyak membuat mereka terjaga sepanjang malam, terus-menerus memikirkan pengalaman kekerasan yang pernah dialami. Mimpi buruk yang berulang tentang kekerasan dapat memicu kecemasan dan ketakutan, sehingga menciptakan siklus yang sulit diputus.
Cara mengatasinya:
- Mengatur rutinitas tidur yang konsisten dengan suasana kamar yang tenang dan nyaman.
- Hindari konsumsi kafein atau makanan berat sebelum tidur.
- Jika masalah tidur berlanjut, berkonsultasilah dengan dokter atau terapis untuk mendapatkan solusi lebih lanjut.
7. Gangguan psikosomatik
Dampak mental dari KDRT sering kali termanifestasi secara fisik, yang dikenal sebagai gejala psikosomatik. Mama mungkin merasakan berbagai keluhan fisik, seperti sakit kepala, masalah pencernaan, atau nyeri tubuh yang tidak memiliki penyebab medis yang jelas.
Kondisi ini membuat Mama lebih rentan terhadap berbagai masalah kesehatan fisik, termasuk gangguan pencernaan seperti sindrom iritasi usus besar (IBS) dan nyeri otot yang bisa sangat mengganggu aktivitas sehari-hari.
Cara mengatasinya:
- Mama perlu berkonsultasi dengan dokter untuk memeriksa gejala fisik ini agar bisa ditangani dengan tepat.
- Olahraga ringan dan pola makan yang sehat dapat membantu memperbaiki kondisi fisik dan mental.
- Pastikan Mama merawat tubuh dengan istirahat yang cukup dan aktivitas yang menenangkan.
Nah, itu tadi ya, Ma ulasan terkait 7 dampak KDRT pada kesehatan mental dan cara mengatasinya. KDRT memiliki dampak yang cukup besar pada kesehatan mental, dan penting bagi korban untuk memahami gejala-gejalanya serta mencari bantuan yang tepat.
Dengan mengenali dampak KDRT pada kesehatan mental, Mama bisa segera mengambil langkah-langkah untuk pemulihan, baik untuk diri sendiri atau membantu orang lain yang mengalami kekerasan.
Baca juga:
- Malaikha Bagikan Tips Menjaga Kesehatan Mental di Era Media Sosial!
- 10 Cara Meningkatkan Kesehatan Mental Melalui Pola Makan yang Sehat
- Awas! Sering Menyebut Seseorang Bodoh Bisa Merusak Kesehatan Mental