IWD 2022: Pemberdayaan Perempuan yang Harus Didukung oleh Pemerintah
Selamat Hari Perempuan Nasional 2022 ya, Ma!
8 Maret 2022
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Setiap tanggal 8 Maret, Dunia memperingati Hari Perempuan Internasional atau International Women’s Day (IWD) sejak tahun 1900-an. Peringatan ini semakin diramaikan karena banyaknya perilaku buruk yang dialami oleh kaum perempuan di masa lalu seperti penindasan, kekerasan fisik, kekerasan mental, dan ketimpangan sosial yang terjadi terhadap perempuan.
Hari Perempuan Internasional memiliki tema yang berbeda-beda di setiap tahunnya. Untuk tahun 2022 ini, mengusung tema "Break The Bias" yang diharapkan kaum perempuan di seluruh dunia dapat menunjukkan kepada masyarakat dunia bahwa mereka layak setara dengan kaum laki-laki.
Sesuai dengan tema itu, Chandra Kirana Prijosusilo selaku Pendiri Kawung Foundation mendorong pemerintah Indonesia untuk memfasilitasi akses research and development untuk masyarakat adat. Ia berharap aksi itu bisa menjadi dorongan untuk perempuan lebih berdaya.
Untuk lebih lanjutnya, langsung saja simak rangkuman yang telah Popmama.com rangkum tentang pemberdayaan perempuan yang harus didukung.
Editors' Pick
1. Pemerintah perlu membantu perempuan yang memiliki keahlian
Chandra menuturkan, saat ini masih sedikit fasilitas dari pemerintah maupun pihak-pihak lain untuk membantu masyarakat atau ibu-ibu memiliki keahlian. Menurutnya, pemerintah perlu membantu perempuan yang memiliki keahlian.
"Ini penting karena untuk memahami sebetulnya saya sendiri punya keahlian apa, di desa ada biodiversity apa. Kemudian dari situ baru bisa memetakan sebetulnya di luar sana ada kebutuhan apa yang bisa saya penuhi dengan keahlian yang saya miliki," ujarnya dalam webinar Katadata Women Leader Forum (WLF) 2022, sesi "Boosting & Empowering the Local SME's", pada Selasa (8/3/2022).
2. Perlu kebijakan lebih untuk menghargai dan merawat keanekaragaman maupun budaya Indonesia
Menurutnya, keanekaragaman ekosistem Indonesia merupakan terbesar ketiga di dunia. Maka dari itu, banyak masyarakat adat yang memanfaatkan keanekaragaman tersebut untuk dapat bertahan hidup.
Chandra memberikan contoh dari pengalaman kisahnya yaitu pada 2021 lalu, ia melakukan penelitian di wilayah terpencil Jambi. Hasilnya, ia menemukan bahwa masyarakat di sana memanfaatkan 156 jenis tanaman untuk makanan.
"Jadi, kebijakan pembangunan itu harus memperhatikan bagaimana merawat keberagaman. Kelapa sawit itu bagus. Namun, jangan sampai kelapa sawit itu menjadi tutupan lahan sepanjang mata memandang tanpa ada wilayah-wilayah di mana masyarakat itu bisa memenuhi kebutuhan hidupnya dari lahan itu sendiri," ujarnya.