Awas! Jaga Anak dari Risiko Anemia Defisiensi Besi (ADB)
Apa itu ADB?
13 Maret 2018
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Permasalahan gizi yang terjadi ternyata tidak hanya dirasakan oleh masyarakat miskin saja, melainkan hampir merata di semua tingkat pendapatan. Permasalahan mengenai gizi pun beragam, salah satunya adalah Anemia Defisiensi Besi (ADB).
ADB merupakan masalah defisiensi nutrien tersering pada anak di seluruh dunia terutama di Negara sedang berkembang termasuk Indonesia.
Yuk Ma, cari tahu apa itu ADB!
Apa itu ADB?
Pertama perlu Mama ketahui terlebih dahulu, apa itu anemia? Anemia adalah suatu keadaan di mana kadar sel darah merah atau hemoglobin (Hb) di bawah normal. Sedangkan ADB merupakan anemia yang disebabkan kurangnya zat besi untuk sintesis hemoglobin.
Tahukah Ma berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh beberapa lembaga kesehatan di Indonesia, prevelensi anemia pada wanita hamil 50-70% dan balita 30-40%.
Tanpa hemoglobin yang cukup inilah tubuh tidak dapat memberikan oksigen dari paru-paru ke jaringan dan organ lain. Sedangkan efek yang terjadi pada bayi dan balita, ADB akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan serta mempengaruhi fungsi tubuh secara normal.
Pada ibu hamil sendiri, ADB akan meningkatkan risiko perinatal serta mortalitas bayi.
Berikut batasan normal kadar hemoglobin:
Kelompok | Umur | Hemoglobin (Hb) |
Anak | 6 bulan s/d 6 tahun
6 tahun s/d 14 tahun | 11
12 |
Dewasa | Laki-laki Wanita Wanita Hamil | 13 12 11 |
Editors' Pick
Gejala ADB yang Sering Terlihat
Umumnya gejala yang paling sering ditemukan pada penderita ADB adalah pucat yang berlangsung lama (kronis) dan dapat ditemukan beberapa gejala komplikasi, seperti berikut:
- Lemas
- Mudah lelah
- Mudah infeksi
- Gangguan prestasi belajar
- Menurunnya daya tahan tubuh terhadap infeksi
- Gangguan perilaku
- Mengalami GTM berkepanjangan
- Berat Badan (BB) stagnan
Penyebab ADB
Untuk mendiagnosa ADB, dokter akan melakukan pemeriksaan atau skrining ADB melalui cek laboratorium untuk tes darah guna mengontrol kadar hemoglobin.
Berikut beberapa penyebab ADB menurut umur, sebagai berikut:
Bayi kurang dari 1 tahun
- Cadangan zat besi kurang, karena BB bayi rendah saat lahir, prematuritas, lahir kembar, ASI eksklusif tanpa suplementasi besi, minum susu formula yang rendah zat besi, pertumbuhan cepat dan anemia selama kehamilan
- Alergi protein susu sapi
Anak usia 1-2 tahun
- Asupan zat besi kurang karena tidak mendapat makanan tambahan dengan tepat atau minum susu murni berlebih
- Obesitas
- Kebutuhan meningkat karena infeksi berulang atau kronis
- Malabsorbsi
Anak usia 2-5 tahun
- Asupan zat besi kurang kerena jenis makanan kurang mengandung zat besi yang didapat dari hewan (heme) yang mudah diserap oleh tubuh atau minum susu berlebihan.
- Obesitas
- Kebutuhan meningkat karena infeksi berulang atau kronis, baik bakteri, virus ataupun parasit.
- Kehilangan berlebihan akibat pendarahan (divertikulum meckel atau poliposis)
Anak usia 5 tahun – remaja
- Kehilangan berlebih akibat pendarahan
- Menstruasi berlebihan pada remaja putri
Beberapa Hal yang Harus Dilakukan Menangani ADB
Menangani anak dengan ADB dapat dilakukan dengan mengatasi faktor penyebab dan pemberian preparat besi.
Adapun beberapa saran DSA yang diberikan pada Mama Papa untuk menangani anak ADB, dengan cara sebagai berikut:
- Dapat diberikan secara oral berupa besi elemental dengan dosis 3 mg/kgBB sebelum makan atau 5 mg/kgBB setelah makan dalam 2 dosis, diberikan sampai 2-3 bulan sejak Hb kembali normal
- Pemberian vitamin C 2X50 mg/hari, untuk meningkatkan absorbsi besi
- Pemberian asam folat 2X 5-10 mg/hari untuk meningkatkan aktivitas eritropoiesis
- Hindari makanan yang menghambat absorpsi besi (the, susu murni, kuning telur, serat) dan obat seperti antasida dan kloramfenikol
- Harus banyak minum air putih untuk mencegah terjadinya konstipasi (efek samping pemberian preparat besi)
- Jika anak mengkonsumsi susu tambahan selain ASI, berikan jeda minimal 30 menit dari pemberian makanan tinggi zat besi atau suplemen zat besi. Kalsium pada susu tambahan dapat menghambat penyerapan zat besi
Namun perlu diingat ya Ma, cara penanganan ADB pada anak di atas harus dilakukan sesuai atas anjuran dan saran DSA. Hal yang paling penting, Mama jangan lupa tetap memberikan asupan makanan pada anak dengan MPASI homemade serta selalu pantau perkembangan grow chart anak.