Kasus Hepatitis Akut Bertambah, Pasien Meninggal Telat Dirujuk
Kini terdapat 18 kasus hepatitis akut misterius. 7 pasien meninggal beberapa telat dirujuk ke RS
13 Mei 2022
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Pasca kehadiran pandemi Covid-19, kini penyakit hepatitis akut misterius muncul dan menyerang anak-anak berusia di bawah 15 tahun. Penyakit tersebut diumumkan oleh WHO pada awal bulan April 2022.
Tak lama setelah pengumuman tersebut, Indonesia menemukan 3 pasien yang diduga meninggal karena hepatitis akut di wilayah Jakarta. Kemenkes segera meningkatkan kewaspadaan di seluruh rumah sakit dan Dinsos di Indonesia.
Pasca edaran dikeluarkan, jumlah kasus hepatitis akut misterius di Indonesia perlahan meningkat. Berikut Popmama.com telah merangkum deretan informasi terbaru seputar kasus hepatitis akut misterius di Indonesia.
Simak informasi selengkapnya di bawah ini yuk, Ma!
Editors' Pick
1. Saat ini, terdapat 18 kasus hepatitis akut misterius
Bermula dari 3 pasien, kini kasus suspek atau pasien yang bergejala hepatitis akut tercatat sebanyak 18 kasus dari 7 Provinsi di Indonesia. Hal ini diungkapkan dr. Syahril Dirut RSPI Sulianti Saroso dalam jumpa pers Kemenkes pada Jumat (13/5/2022).
“Ada 18 kasus yang bergejala yang disebut dengan acutehepatitis of unknown etiology atau hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya," ujar dr. Syahril.
Terungkap bahwa kasus terbanyak berada di Jakarta dengan 12 kasus. Sedangkan, pada beberapa provinsi ini ditemui 1 kasus di antaranya di Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bangka Belitung, Jawa Barat, Jawa Timur dan Kalimantan Timur.
2. Terdapat 7 korban meninggal, umumnya terlambat dirujuk ke RS
Berdasarkan 18 kasus yang tercatat pada 11 Mei 2022 lalu, diketahui terdapat sebanyak 7 pasien yang meninggal dunia akibat hepatitis akut misterius. Sedangkan, untuk 11 pasien lainnya masih hidup.
Lebih lanjut, dr. Syahril mengungkapkan bahwa para pasien yang meninggal dunia dengan gejala hepatitis akut misterius ini disebabkan karena keterlambatan dirujuk ke rumah sakit. Hal inilah yang membuat pasien tidak bisa diberi pertolongan lebih lanjut.
“Dari data (pasien) yang meninggal ini, hampir semuanya dirujuk dengan keterlambatan sampai di rumah sakit. Ada yang sudah dengan kejang, ada juga kesadaran yang sudah menurun sehingga tingkat rumah sakit sudah tidak bisa memberi pertolongan lebih lanjut,” ujar dr. Syahril.