Mengenal Lepra dan Teknik Modifikasi Tarsorafi untuk Cegah Kebutaan
Indonesia menjadi negara dengan penyandang lepra terbanyak ketiga setelah India dan Brazil
10 Agustus 2021
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Pernah mendengar penyakit lepra, Ma? Kelainan pada kulit yang mungkin namanya masih cukup asing ini merupakan penyakit infeksi bakteri kronis yang menyerang jaringan kulit, saraf tepi, serta saluran pernapasan.
Di Indonesia sendiri, para penderita lepra masih terbilang cukup tinggi. Berdasarkan World Data Atlas, Leprosy Reported Cases (Number) 2019, Indonesia menjadi negara dengan penyandang lepra terbanyak ketiga setelah India dan Brazil.
Dalam konferensi pers virtual yang diselenggarakan JEC Eye Hospitals and Clinics pada Senin (9/8/21), Dr. dr. Yunia Irawati, Sp.M(K) selaku Head of Trauma Center sub Spesialis Divisi Plastik dan Rekonstruksi Mata JEC Eye Hospitals and Clinics, sekaligus staf pengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-RSCM menyebutkan:
“Penyakit lepra merupakan penyakit infeksi dengan frekuensi komplikasi okular yang cukup tinggi. Kelainan mata pada penyandang lepra, termasuk lagoftalmus paralisis, membutuhkan deteksi dini dan tatalaksana yang tepat guna mencegah gangguan penglihatan yang bisa berakibat kebutaan. Keterbatasan akses dan biaya untuk berobat menyebabkan penyandang lepra baru mengunjungi penyedia layanan kesehatan ketika sudah mengalami komplikasi yang mengancam penglihatan."
Guna mengetahui lebih lanjut seputar lepra serta teknik modifikasi tarsorafi yang lebih ekonomis, berikut Popmama.com telah merangkum informasi selengkapnya.
1. Apa itu penyakit lepra?
Lepra atau disebut juga kusta merupakan penyakit infeksi kronik menular. Penyakit ini disebabkan oleh kuman Mycobacterium leprae atau M.leprae, dan menyerang kulit, selaput lendir serta syaraf tepi.
Sebagai penyakit infeksi sistemik, lepra bisa membuat penderitanya mengalami komplikasi okular lagoftalmus paralisis atau ketidakmampuan mata untuk menutup rapat. Jika tidak segera ditangani, risiko kebutaan pun mengancam penderitanya.
Editors' Pick
2. Teknik modifikasi tarsorafi untuk mengatasi lagoftalmus paralisis
Sulitnya akses dan biaya yang terbatas membuat para penderita lepra baru mengunjungi fasilitas layanan kesehatan setelah mengalami komplikasi mata/okular lagoftalmus paralisis. Di mana kondisi ini akan membuat penyandang lepra tidak mampu merapatkan kelopak mata/menutup sempurna.
Melalui konferensi pers virtual pada Senin (9/8/21), spesialis mata dari JEC, Dr. dr. Yunia Irawati,Sp.M(K) mencetuskan tindakan modifikasi tarsorafi untuk mengatasi lagoftalmus paralisis sehingga dapat mencegah kebutaan pada penderita lepra.
Dalam pemaparannya, Dr. Yunia menjelaskan, "Teknik modifikasi tarsorafi yang saya teliti, terbukti sama efektifnya dengan metode gold weight implant (yang paling sering digunakan untuk menangani lagoftalmus paralisis pada penderita lepra).
Bahkan, dibandingkan metode tersebut, teknik ini juga teruji lebih efisien dari sisi komplikasi dan biaya operasi. Harapan saya, teknik modifikasi tarsorafi segera menjadi langkah penanganan yang bisa menjangkau lebih banyak penyandang lepra dari berbagai kalangan."