Ramai Childfree, Panjang Umur Tanpa Anak? Ini Hasil Risetnya!
Childfree sendiri adalah pilihan sukarela yang diambil secara sadar untuk tidak memiliki anak
8 Februari 2023
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Isu sosial mengenai childfree semakin sering terdengar. Tak sedikit pula yang menerapkan ini dalam kehidupannya. Childfree sendiri adalah pilihan sukarela yang diambil secara sadar untuk tidak memiliki anak.
Ada banyak alasan personal yang mendasari mengapa seseorang atau pasangan suami istri (pasutri) memutuskan untuk tidak memiliki anak lho. Apapun alasannya harus tetap saling menghargai ya Mama. Tetapi, benarkah kita lebih panjang umur tanpa kehadiran anak? Atau justru sebaliknya?
Simak faktanya yang sudah Popmama.com rangkum ya, Mama!
1. Memiliki anak selalu dikaitkan dengan peningkatan umur panjang
Berdasarkan studi berjudul "Payback Time? Influence of Having Children on Mortality in Old Age" yang diterbitkan di Journal of Epidemiology and Community Health tahun 2017, ditemukan bahwa memiliki anak dikaitkan dengan peningkatan umur panjang, terutama di usia tua lho Ma!
Penelitian tersebut menunjukkan bahwa dukungan dari anak-anak berusia dewasa pada orang tua yang lanjut usia penting untuk kesehatan dan umur panjang orangtua. Ketika kesehatan mulai memburuk, dukungan dari anggota keluarga (termasuk anak) akan sangat berarti ya, Mama.
Editors' Pick
2. Pasangan dengan anak cenderung memiliki lebih banyak interaksi sosial
Ma, masih dari studi yang sama, ditemukan bahwa pasangan yang mempunyai anak memiliki harapan hidup yang sedikit lebih lama. Di usia 60 tahun, mereka punya usia harapan hidup 2 tahun lebih lama untuk laki-laki dan 1,5 tahun lebih lama untuk perempuan.
Lalu, di usia 80 tahun, laki-laki dengan anak memiliki harapan hidup 9 bulan lebih lama dan 7 bulan lebih lama untuk perempuan lho, Mama. Angka harapan hidup lebih lama ini berlaku untuk pasangan dengan anak, tanpa memandang jenis kelamin anak-anak mereka.
Sementara, dilansir dari laman Harvard Health Publishing, pasangan yang memiliki anak cenderung memiliki lebih banyak interaksi sosial, misalnya dengan sesama orang tua.
Selain itu, umumnya anak-anak mereka mendukung orang tua di masa tua. Individu tanpa anak tidak memiliki keuntungan itu.
3. Menurut studi lain, setiap perempuan kehilangan usia 95 minggu untuk setiap anak yang mereka kandung
Yang mengejutkan, ternyata perempuan bisa kehilangan 95 minggu umurnya untuk setiap anak yang mereka kandung lho! Hal ini dibuktikan lewat studi berjudul "Daughters Increase Longevity of Fathers, but Daughters and Sons Equally Reduce Longevity of Mothers" yang dipublikasikan di American Journal of Human Biology tahun 2006.
Ini tak lepas dari proses kehamilan yang dialami oleh perempuan. Perempuan membutuhkan banyak kalori untuk mengandung, melahirkan, menyusui, dan memberi makan bayi. Belum lagi, penyakit yang berkaitan dengan kehamilan seperti hipertensi dan diabetes.
Reproduksi "mahal" secara energi dan fisiologis, sebab untuk menghasilkan keturunan harus menanggung "biaya" seperti memburuknya kondisi kesehatan dan dihadapkan dengan kemungkinan umur yang lebih pendek.
4. Orang yang memutuskan tidak memiliki anak cenderung lebih independen, mandiri, dan terbuka
Orang yang punya anak dan tidak, cenderung memiliki kepribadian yang berbeda. Dalam studi berjudul "Personality and Voluntary Childlessness" yang dipublikasikan di Journal of Population Research tahun 2015, disebutkan bahwa individu yang memutuskan untuk tidak punya anak memiliki skor positif pada kemandirian dan keterbukaan.
Selain itu, perempuan tanpa anak rata-rata cenderung berpendidikan tinggi dan memiliki kondisi finansial yang lebih baik. Perempuan tanpa anak memiliki sikap yang cenderung egaliter terhadap kesetaraan gender, tidak tradisional, dan tidak konservatif.
Studi ini melibatkan 780 orang dewasa yang mengisi survei online.
5. Individu tanpa anak sama bahagianya dengan pasangan yang memiliki anak
Banyak yang mempertanyakan, apakah individu tanpa anak bahagia dengan keputusannya? Berdasarkan hasil riset, tentu saja mereka sama bahagianya dengan pasangan yang memiliki anak, ya Mama.
Justru, menurut studi berjudul "Does Having Children Make People Happier in the Long Run?" yang ditulis oleh Nicholas H. Wolfinger pada tahun 2018, orang tua di Amerika Serikat kurang bahagia karena berbagai faktor, misalnya konflik pekerjaan-keluarga atau pembagian peran dalam mengasuh anak yang terkadang memicu pertengkaran.
Akan tetapi, pasangan dengan anak mendapatkan kompensasi dari hormon oksitosin yang disebut cuddle chemical. Kadar oksitosin melonjak pada perempuan hamil dan menyusui. Laki-laki yang menjadi pasangannya pun mendapatkan dorongan yang sama hebatnya. Inilah yang membuat pengalaman mendampingi anak menjadi berharga.
Pada akhirnya, keputusan untuk memiliki atau tidak memiliki anak tidak perlu diperdebatkan ya, Mama. Setiap orang bisa bahagia dengan caranya masing-masing, kan?
Apa pun pilihannya, semoga kita bisa saling menghargai. Sesama perempuan harusnya saling mendukung bukan malah menyindir ya, Ma.
Baca Juga:
- Usia 40 Tahunan Punya Tubuh Bugar dan Langsing, Ini Gaya Hidup Shakira
- Arti Mimpi Melahirkan Bayi Perempuan, Begini Penjelasannya!
- Tips untuk Mama dan Keluarga, 7 Cara Efektif Meningkatkan Imun Tubuh