Jumlah Hoaks di Indonesia Meningkat, Mayoritas Menyebar di Facebook
Bijaklah menggunakan media sosal ya, agar tidak terjebak dengan berita hoaks
20 November 2020
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Tak dapat dipungkiri, saat ini teknologi semakin berkembang dengan pesat, serta banyaknya perangkat dan konten media sosial pun membuat arus informasi begitu deras tanpa ada ruang dan waktu.
Tentunya hal ini memperkaya informasi di berbagai platform. Sehingga membuat beberapa orang bisa mengunggah pendapatnya dengan bebas.
Ada beberapa orang yang menyampaikan pendapatnya tidak sesuai fakta dan itu membuat berita tidak benar atau hoaks. Jika Mama tidak berhati-hati, Mama bisa terkena hoaks juga lho.
Terdapat beberapa penelitian yang mengatakan bahwa hoaks yang tersebar mayoritas di platform Facebook, untuk Mama yang memiliki Facebook harus berhati-hati ya!
Jika Mama ingin mengetahui fakta mengenai hoaks yang tersebar di Facebook, Popmama.com kali ini sudah merangkumnya lho. Disimak ya, Ma!
1. Jumlah hoaks di tahun 2020 meningkat
Menurut data yang dihimpun Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) yang bekerja sama dengan cekfata.com, jumlah hoaks yang tersebar di Indonesia mencapai 2.024 lho. Jumlah itu terhitung dari tanggal 1 Januari - 16 November 2020.
Data tersebut mengalami peningkatan dari tahun 2019 yang sebelumnya mencapai 1.221 hoaks, di mana jumlah tersebut juga meningkat dari tahun 2018 yang hanya mencapai 997 hoaks.
Pada masa pandemi jumlah hoaks juga meningkat terkait kesehatan, lebih dari sepertiga hoaks yang bererdar di Indonesia sepanjang 2020 berkaitan mengenai pandemi Covid-19.
Hoaks yang tersebar di Indonesia juga beragam, mulai mengenai pandemi Covid-19, isu pilkada serentak 2020, hingga omnibus law, dan isu lainnya.
Editors' Pick
2. Banyak hoaks ditemukan di platform Facebook
Ketua Presidium Mafindo Septiaji Eko Nugroho mengatakan bahwa hoaks yang tersebar di Indonesia lebih banyak ditemukan di platform Facebook diikuti platform lainnya seperti Twitter dan Whatsapp.
Tapi, Septiaji tidak menjelaskan seberapa banyak hoaks yang beredar di masing-masing platform tersebut. Ia hanya mengatakan, hoaks yang berasal dari platform yang bersifat publik, seperti Facebook atau Twitter, lebih mudah untuk dilacak dan ditelusuri.
Namun, hoaks yang beredar di aplikasi perpesanan yang bersifat pribadi lebih sulit dilacak dan ditelusuri. Data yang dihimpun pun berasal dari laporan pengguna WhatsApp yang melaporkan temuan hoaks kepada Mafindo.
"Kalau dalam catatan kami, berdasarkan laporan, ada sekitar 13-15 persen hoaks yang beredar di masyarakat berasal dari WhatsApp," jelas Septiaji.
"Tapi, aslinya bisa lebih dari itu karena kita sendiri enggak bisa mengecek, hanya yang dilaporkan pengguna yang bisa kami lacak," Septiaji menambahkan.