RSUPN Dr.Cipto Mangunkusumo melalui Press Conference Virtual mengumumkan re-launching Unit Layanan Transplantasi Ginjal Unit Layanan Transplantasi Ginjal. Jumpa pers secara virtual pada tanggal 11 September 2020 ini menjelaskan pemberlakuan protokol kesehatan terkait pandemi Covid-19 tanpa mengurangi kualitas layanannya.
Dalam kesempatan yang dihadiri oleh Dr. Lies Dina Liastuti, SpJP(K), selaku Direktur Utama RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Jumpa pers ini bertujuan untuk mengimbau masyarakat agar tidak khawatir karena layanan yang diberikan aman, nyaman dan tentunya didukung oleh SDM yang handal, sarana prasarana lengkap serta teknologi terdepan termasuk layanan transplatasi ginjal.
Prosedur transplantasi ginjal yang dilakukan di era pandemi Covid19 ini memiliki sedikit perbedaan karena menerapkan protokol kesehatan baru yang ketat, baik dari sebelum operasi, selama operasi, maupun sesudah operasi.
Simak yuk informasi secara eksklusif yang sudah Popmama.com rangum, mengenai re-launching Unit Layanan Transplantasi Ginjal yang dilakukan oleh RSCM.
1. Apa itu transplantasi ginjal?
Freepik
Transplantasi ginjal adalah prosedur pembedahan untuk memindahkan ginjal yang sehat dari seseorang, baik dalam keadaan hidup atau setelah meninggal dunia, kepada seseorang yang ginjalnya tidak lagi berfungsi dengan baik.
Dua buah ginjal yang berada di tiap sisi tulang belakang dan di bawah tulang rusuk, berperan untuk menyaring dan membuang zat sisa, mineral, dan cairan dari darah melalui urin.
Ketika suatu penyakit menyebabkan ginjal tidak mampu menyaring cairan dan limbah ini, terjadi penumpukan cairan zat berbahaya dalam tubuh. Kondisi akhir gangguan fungsi ginjal dimana fungsi ginjal normal hanya tersisa kurang dari 10% disebut penyakit ginjal tahap akhir.
Beberapa penyakit yang seringkali menyebabkan penyakit ginjal tahap akhir meliputi diabetes, tekanan darah tinggi kronis dan tidak terkontrol, peradangan ginjal (glomerulonefritis) kronis, serta penyakit ginjal polikistik.
Apabila ginjal tidak mampu lagi menopang fungsi utamanya dalam tubuh, maka dibutuhkan terapi pengganti ginjal. Saat ini, terdapat 3 pilihan terapi pengganti ginjal yaitu hemodialisis (cuci darah), peritoneal dialysis, dan transplantasi ginjal.
Pada individu yang tepat, transplantasi ginjal merupakan pilihan terbaik untuk mengobat penyakit ginjal tahap akhir.
Editors' Pick
2. Persiapan transplantasi ginjal
Freepik/jcomp
Sebagaimana semua tindakan medis lainnya, tindakan transplantasi ginjal juga memiliki risiko. Risiko atau komplikasi tersebut dapat terjadi segera setelah tindakan, namun juga dapat terjadi beberapa lama kemudian setelah tindakan.
Oleh sebabnya, dilakukan langkah persiapan dengan prosedur pemeriksaan bertahap yang holistik dan komprehensif. Selain pemeriksaan klinis yang mendalam dan detail bagi calon donor dan resipien, juga dilakukan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan laboratorium dan radiologi.
Pemeriksaan tidak hanya berhenti pada tahap ini. Pada masing-masing calon donor dan resipien dilakukan pemeriksaan kecocokan organ, guna mencegah reaksi penolakan oleh tubuh.
Dalam keseluruhan proses ini, tim pokja transplantasi ginjal yang terdiri dari tim dokter multidisiplin seperti tim dokter spesialis penyakit dalam konsultan ginjal hipertensi (ahli nefrologi), spesialis bedah urologi, spesialis anestesi, spesialis radiologi, spesialis kedokteran jiwa, spesialis patologi klinik, ahli gizi, dan banyak bagian lain.
3. RSCM Menjadi RS Rujukan Covid-19
Pexels/Pixabay
Sejak awal pandemi Covid-19 melanda Indonesia, RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo telah aktif melayani dan merawat pasien dengan Covid-19. Gubernur DKI Jakarta mengamanatkan RSCM, melalui SK Gubernur, untuk menjadi Rumah Sakit Rujukan Covid-19 khususnya bagi rakyat DKI Jakarta.
Terhitung sampai Agustus 2020, RSCM telah melayani lebih dari 1,500 pasien rawat jalan dan 900 pasien rawat inap. Di saat yang sama, RSCM menjalankan tugas utamanya sebagai Rumah Sakit Rujukan Nasional yang melayani pasien dari berbagai daerah Indonesia.
Sejak Juni 2020, kepercayaan masyarakat untuk berobat ke RSCM di tengah pandemi menguat terbukti dengan meningkatnya kunjungan bagi pelayanan rawat jalan (poli), rawat inap, maupun prosedur operasi.
4. Penting mengetahui zona di RSCM
Freepik/peoplecreations
Upaya menjaga kualitas layanan dan mengendalikan penularan Covid-19 di rumah sakit dilakukan dengan strategi yang komprehensif dan berbasis data. RSCM memiliki Tim Satgas dan Pedoman Pengendalian Covid-19 bagi pegawai dan tenaga medis yang bertugas.
RSCM memberlakukan zonasi dan sentraliasi layanan Covid-19 di Gedung Pusat Kesehatan Ibu dan Anak (PKIA) Kiara Ultimate. Dengan demikian, pasien dengan Covid-19 dengan komorbid dapat terlayani dengan optimal.
Terdapat 3 zona yang diberlakukan di RSCM, yaitu zona merah yang merupakan tempat dimana potensi penularan sangat tinggi, zona kuning, dimana potensi penularan sedang-tinggi serta hijau, dimana potensi penularan rendah.
Terkait dengan imbauan Kementerian Kesehatan untuk mengurangi praktik rawat jalan, layanan transplantasi ginjal menjadi salah satu program unggulan RSCM yang cukup terdampak.
Dengan demikian, masyarakat yang membutuhkan prosedur transplantasi ginjal dapat kembali berobat ke RSCM tanpa dipenuhi rasa gelisah dan khawatir karena sudah berlakukan zona-zona di RSCM.
RSCM juga berinovasi dengan berbagai teknologi dan aplikasi agar pasien dapat menjadwalkan dirinya secara daring sebelum berkunjung. Maka, pasien tidak perlu berlama-lama di rumah sakit untuk meminimalisir risiko penularan.
Aplikasi ini bernama RSCMku dan dapat diunduh di playstore.
5. Layanan transplantasi ginjal di RSCM
pixabay/asin Tipchai
Khusus terkait layanan transplantasi ginjal, RSCM telah melaksanakan 14 prosedur transplantasi ginjal sebelum masa pandemi di tahun 2020. Layanan ini sempat berhenti selama tiga bulan dari April hingga Juni karena aktivitas operasi yang dihentikan sementara.
Prosedur yang dilakukan di era pandemi Covid19 ini memiliki sedikit perbedaan karena menerapkan protokol kesehatan baru yang ketat, baik dari sebelum operasi, selama operasi, maupun sesudah operasi.
Untuk tenaga kesehatan yang terlibat, RSCM mewajibkan untuk pemeriksaan swab real time (RT) PCR SARS-CoV-2 tiap 2 minggu. Jika ada anggota tim transplant yang didapatkan terpapar kasus probable atau confirmed COVID-19, anggota tim tersebut tidak diperbolehkan untuk ikut berpartisipasi dalam rangkaian prosedur transplantasi ginjal sementara waktu hingga hasil swab terbukti negatif.
Namun, sejak 2 bulan terakhir, layanan ini mulai berjalan kembali dengan memberlakukan protokol kesehatan ketat, walaupun belum mencapai target yang diharapkan. Kami ingin berpesan bahwa RSCM memiliki komitmen dalam layanan transplantasi ginjal bagi masyarakat, yakni :
Menyiapkan sarana dan prasarana untuk pelaksanaan layanan transplantasi dengan aman
Memastikan dokter dan tenaga medis “bebas” COVID-19
Melakukan penapisan dan pemeriksaan COVID-19 pada pasien yang akan menjalani transplantasi.
Melalui acara “Relaunching Layanan Transplantasi Ginjal” 11 September 2020 lalu RSCM berharap, dengan pemberlakuan protokol kesehatan baru ini, potensi penularan risiko Covid-19 ke pasien dapat dikurangi seminimal mungkin, tanpa mengurangi kualitas layanan.
Dengan demikian, masyarakat yang membutuhkan prosedur transplantasi ginjal dapat kembali berobat ke RSCM tanpa dipenuhi rasa gelisah dan khawatir.