8 Fakta Tentang Gagal Ginjal Kronik Terkait Perempuan dan Ibu Hamil
Mama harus tahu nih!
28 Februari 2018
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Tepat tanggal 8 Maret, merupakan Hari Ginjal Sedunia (World Kidney Day), berbarengan dengan Hari Perempuan Sedunia. Setiap tahunnya Kementrian Kesehatan RI memiliki kampanye kesehatan tentang cara menjaga kesehatan ginjal, khususnya bagi perempuan Indonesia.
Pada 7 Maret 2018 lalu telah diadakan Press Conference Hari Ginjal Sedunia 2018 dengan tema Ginjal & Kesehatan Perempuan, yang berlangsung di kawasan Jakarta Pusat.
Kampanye kesehatan tahun ini fokus pada “Ginjal & Kesehatan Perempuan: Rangkul, Hargai, Berdayakan,” serta akses yang terjangkau dan adil untuk perawatan kesehatan, edukasi kesehatan, dan penanggulangan penyakit ginjal untuk perempuan di seluruh dunia.
Untuk menyebarluaskan edukasi mengenai kesehatan ginjal, berikut ini Popmama.com rangkum 8 fakta terkait kesehatan ginjal yang telah dipaparkan oleh dr. Aida Lydia. PHhD., Sp.PD-KGH, Ketua Umum PERNEFRI (Perhimpunan Nefrologi Indonesia), khususnya gangguan ginjal kronis (GGK).
Yuk Ma, simak penjelasan berikut ini yang kembali dibicarakan lagi untuk menyambut Maret 2020, agar semakin waspada pada kondisi kesehatan ginjal.
1. Persentase penderita GGK didominasi perempuan
Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah masalah kesehatan dunia dengan beragam hasil yang kurang baik seperti gagal ginjal dan kematian awal.
Berdasarkan hasil penelitian, GGK lebih banyak diderita perempuan dibandingkan laki-laki dengan prevalensi rata-rata 14 persen perempuan dan 12 persen laki-laki.
2. Indonesia ada di urutan berapa?
Tercatat di tahun 2018, Indonesia menduduki posisi ke-17 sebagai negara dengan warga terbanyak yang terkena gagal ginjal kronik. Padahal tahun sebelumnya masih ada di posisi ke-18.
Perbaikan selalu diusahakan oleh pemerintah.
"Kami tidak bangga dengan keadaan ini, kami tidak patah semangat untuk terus berupaya memperbaiki angka ini," ungkap Dr. H. Zamhir Setiawan, M.Epid selaku Kepala Sub Direktor Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
3. Gagal Ginjal Tahap Akhir (GGTA)
Kerusakan ginjal total dan tak dapat disembuhkan disebut Gagal Ginjal Tahap Akhir (GGTA), yaitu GGK stadium lima.
Pasien dengan GGTA menderita kondisi permanen jika fungsi ginjalnya hilang maka tidak dapat disembuhkan.
Saat ginjal berhenti berfungsi, tubuh akan mengalami kondisi keracunan karena terisi oleh kelebihan air dan limbah produk. Kondisi ini disebut uremia, mengakibatkan pembengkakan di tangan dan kaki sementara pasien akan merasa letih dan lemas.
Bila ini tidak segera ditangani, bisa menyebabkan kejang-kejang atau koma, dan berakhir dengan kematian. Biasanya kasus seperti ini, pasien harus menjalani perawatan dialisis atau transplantasi ginjal, karena rawat jalan saja tidak cukup untuk menyelamatkan nyawa.
Editors' Pick
4. Perbedaan Peritoneal Dialysis (PD) dan Hemodialysis (HD)
PD adalah perawatan ginjal yang dilakukan sendiri seperti rawat jalan dan pasien GGTA bisa tetap di rumah.
Perawatan dengan menggunakan lapisan abdomen (peritoneal membrane) sebagai filter alami untuk menghilangkan racun-racun dalam aliran darah di dalam badan pasien.
Cairan PD akan berdiam dalam rongga sebagai filter alami sebelum dikuras.
Cairan dengan konsetrat detoxtrose lebih tinggi terkadang digunakan untuk menghilangkan cairan dan limbah yang berlebih dalam tubuh.
Pada HD, darah pasien disalurkan melalui filter untuk menghilangkan limbah yang ada di tubuh pasien.
Darah yang bersih kemudian dikembalikan ke tubuh setelah proses penyaringan selesai. HD biasanya dilakukan di rumah sakit atau pusat cuci darah tiga kali seminggu dengan durasi 4-5 jam per sesi.
Bahaya kalau sudah sampai proses ini, biasanya kita menyebutnya dengan istilah cuci darah.
5. Risiko kesehatan yang bisa terjadi pada perempuan setelah mengalami gangguan ginjal
Banyak hal yang memungkinkan jadi risiko bagi perempuan, khususnya bagi ibu hamil. Berikut ini adalah risiko yang paling sering terjadi:
- Ibu hamil berisiko terkena pre-eklampsia dan eklampsia
- Lupus
- Infeksi saluran kemih
- Kanker serviks.
Faktanya tercatat, kejadian pre-eklampsia dan kelainan hipertensi pada ibu hamil dengan GGK sekitar 3-10 persen.
6. Ada risiko baik bagi ibu hamil maupun janin dalam kandungan
Ibu hamil yang terlanjur mengalami pre-eklampsia bisa terkena gagal ginjal.
Sementara untuk janin di dalam kandungan memiliki risiko berikut:
- Kematian dalam kandungan atau segera setelah dilahirkan
- Lahir prematur
- Gangguan pertumbuhan dalam kandungan Mama
- Berat bayi saat lahir rendah.
7. Bayi terlahir dengan berat rendah berisiko terkena GGK
Ukuran ginjal itu kurang lebih sekepalan satu tangan manusia. Beratnya sekitar 160 gram. Kenapa bayi yang terlahir dengan berat kurang atau rendah memiliki risiko terkena Gagal Ginjal Kronik?
Bayi terlahir dengan berat rendah, makan beratnya tidak sesuai dengan batas minimum. Biasanya yang mengalami ini adalah ibu hamil dengan gangguan ginjal.
Pada bayi berat rendah, ginjal yang terbentuk juga kecil. Sementara ada sel-sel kecil bernama neufron yang bertugas sebagai penyaringan darah, ia memfilter kotoran dalam darah di tubuh kita.
Sebuah ginjal memiliki ribuan nefron. Meski sangat kecil, fungsinya sangat besar. Nefron juga bekerja sebagai bagian dari sistem ekskresi pada manusia karena mengeluarkan urin. Nefron juga yang mengatur tensi darah seseorang.
8. Minum obat bisa merusak ginjal, mitos atau fakta?
Pada kesempatan ini, dr. Aida Lydia ingin meluruskan pada masyarakat, "Banyak pasien tidak mau minum obat dan lebih memilih pengobatan herbal dengan alasan takut merusak ginjal. Orang terkena hipertensi atau diabetes tidak mau minum obat takut kena gangguan ginjal. Padahal gangguan ginjal terjadi karena gangguan hipertensi itu sendiri, karena penyakitnya bukan karena minum obatnya."
Paham yang salah itulah, yang bisa memperparah penyakit seseorang.
Nah, itulah 8 fakta seputar ganjuang ginjal. Mama sudah lebih tahu sekarang, jangan lupa share ke lebih banyak orang di lingkungan kita agar lebih banyak perempuan Indonesia bisa terjaga kesehatannya.