5 Masalah Keuangan Keluarga yang Sering Terjadi di Indonesia
Tentukan skala prioritas dan buatlah perencanaan keuangan yang tepat
6 Mei 2019
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Banyak orang di Indonesia belum merencanakan dengan baik mengenai apa yang akan dilakukannya ketika ia memiliki sejumlah uang. Ini bisa menjadi penyebab utama terjadinya defisit dalam penggunaan keuangan keluarga atau kas personal dalam kehidupan sehari-hari.
Ujung-ujungnya orang tersebut merasa terbebani dan uang yang didapatkan setiap bulan terasa selalu tidak cukup. Kebutuhan dan kewajiban belum terbayarkan semua, namun uangnya sudah habis duluan.
Pada Kamis, 2 Mei 2019 lalu, Teman Treasury diluncurkan sebagai salah satu opsi bagi masyarakat yang ingin memiliki penghasilan tambahan dan #PunyaSimpanan Emas Lebih. Demikian kampanye yang disebutkan oleh Fahlevi Dzulfikar, Business Analyst Executive Treasury.
"Pengguna bisa mendaftar dan beli Emas senilai Rp 50.000 setelah daftar dan setelah itu buat kode referal," ungkap Fahlevi. Selanjutnya kode referal itulah yang akan dibagikan kepada orang-orang dan menjadi peluang untuk menambah penghasilan.
Melengkapi peluang tersebut, Melvin Mumpuni, Financial Planner dan Founder Finansialku juga menjelaskan bahwa fondasi dari keuangan keluarga adalah perencanaan keuangan.
"Tujuan keuangan akan lebih memungkinkan untuk dicapai apabila kesehatan arus kas terjaga dengan baik. Namun sayangnya, banyak orang yang terbalik saat menyusun skala prioritas keuangan dan berusaha memperbaiki keuangan dengan menekan pengeluaran. Padahal untuk mencapai arus kas yang sehat, bisa dilakukan dengan mencari penghasilan tambahan," ujar Melvin.
Apa saja masalah keuangan keluarga yang sering terjadi? Berikut Popmama.com sampaikan penjelasan dari Melvin Mumpuni.
1. Mereka tidak tahu cara memakai uang
Meski sudah dewasa, tidak menjamin seseorang paham apa yang harus dibeli atau dilakukan dengan uang yang ia hasilkan.
"Yang pertama, dia nggak tahu apa yang mau dilakuin dengan uangnya. Contoh ya, orang Indonesia itu nggak ada masalah kalau harus nyicil mobil 3 juta setiap bulan, tapi orang Indonesia bermasalah sekali untuk investasi 3 juta setiap bulannya," ungkap Melvin.
Hal itu bisa terjadi semata-mata karena orang tersebut tidak mengetahui perencanaan keuangannya.
"Orang-orang yang tahu perencanaan keuangan, justru lebih percaya diri kalau dalam memakai uang."
Yang butuh perencanaan keuangan itu adalah orang dengan pendapatan terbatas dan waktu terbatas karena mau pensiun tapi tujuan finansialnya banyak.
Editors' Pick
2. Tanpa perencanaan, uang kas berantakan
Tidak memiliki perencanaan yang baik dalam mengatur keuangan bisa berdampak fatal.
"Karena dia tidak punya perencanaan keuangan, saat mau mengurus cash flow dia nggak memiliki anggaran, dia nggak tahu uangnya mengalir kemana dan dia tidak memiliki kontrol atas keuangannya," ungkap Melvin.
Kamu bisa memerhatikan apakah kamu tergolong kriteria yang ini atau tida dengan mudah. Kalau kamu masih sering mengalami perang batin yang berkaitan dengan isi dompet dan tabungan kamu saat membeli sesuatu maka itu tandanya kamu belum memiliki perencanaan yang baik.
3. Tidak memiliki investasi
Masalah keuangan keluarga yang sering terjadi adalah tidak memiliki investasi, bekerja keras tapi tidak menikmati hasilnya.
"Karena nggak punya perencanaan, jadi tidak tahu berapa yang harus diinvestasi setiap bulannya, jadi dia kerja lagi dan lagi tapi uangnya tidak jalan. Sebenarnya kalau dia ngerti jadi sangat mudah, uangnya bisa dipakai untuk pendidikan anak atau untuk menyicil rumah," kata Melvin.
Baca juga:
4. Takut mendengar kata "Asuransi"
Orang Indonesia itu paling takut ngomongin asuransi. Orang itu takut tertipu atau salah beli. Padahal orang yang tidak punya asuransi lebih mengerikan dari orang yang takut tertipu.
"Orang yang terkena Demam Berdarah bisa membayar 9-10 juta cash, pengeluaran itu apakah bisa merusak cash flow atau nggak? Atau belakangan banyak perempuan terkena kanker serviks, untuk pengobatannya itu merusak cash flow atau tidak? Kalau memang pengeluaran seperti itu mengganggu keuangan secara keseluruhan kenapa tidak memakai asuransi sejak awal?," kata Melvin.
5. Tidak konsisten saat melakukan investasi
Kalau sudah punya perencanaan keuangan, sebaiknya dilakukan dengan disiplin. Nantinya akan terlihat bahwa perencanaan yang baik dapat memperbaiki kondisi keuangan keluarga.
Kalaupun ada yang sudah menjalankan investasi, masih banyak orang yang belum melakukannya secara konsisten. Ini efeknya kurang baik.
Supaya cash flow bisa teratur, mulailah investasi secara berkala. Pelajari bentuk investasi yang menguntungkan, aman dan bisa menjadi peluang untuk menambah penghasilan.
Berdasarkan data Bank Dunia pada tahun 2018, masyarakat Indonesia perlu mengingkatkan penghasilan lebih dari 300 persen untuk mencapai taraf hidup yang tinggi atau senilai dengan 12.400 USD. Saat ini, Indonesia masih tergolong negara berpendapatan menengah ke bawah dengan pendapatan per kapita 4.041 USD.
Berikut tips dalam menyusun skala prioritas menurut Melvin:
- Dahulukan bayar pajak dan zakat,
- alokasikan untuk tabungan dan investasi,
- Melunasi hutang dan alokasi untuk pengeluaran rutin rumah tangga.
Setelah menetapkan skala prioritas di atas, segera buat rincian hutang apa saja yang harus segera dilunasi, seperti cicilan mobil, cicilan rumah, atau listrik.
Itulah masalah keuangan keluarga yang sering terjadi. Untuk memasuki fase yang lebih mapan secara keuangan, sebagai orangtua harus memiliki perencanaan keuangan dan menemukan peluang untuk mendapat penghasilan tambahan. Coba juga lakukan tips yang diberikan di atas.