Tak Kenal Perbedaan, Semua Ikut Membantu Tim Penyelamatan Gua Thailand
Mengharukan, anak laki-laki yang hilang di gua Thailand ini menarik perhatian dari penjuru dunia
9 Juli 2018
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Pada tanggal 23 Juni lalu, kepala pelatih tim sepak bola Thailand sedang mempersiapkan asistennya untuk sebuah tugas penting. Asisten pelatih itu ditugaskan untuk menjaga anak-anak didiknya dalam sebuah perjalanan.
Nopparat Khanthavong, pelatih 37 tahun dari tim sepak bola Moo Pa pagi itu bertemu dengan asistennya Ekapol Chanthawong, 25 tahun, yang akan membawa anak didiknya yang berjumlah 12 orang ke kawasan pegunungan Doi Nang Non, daerah dikenal dengan banyak gua dan air terjun di perbatasan Thailand-Myanmar.
"Pastikan kau bersepeda di belakang mereka supaya kau bisa mengawasi," tulis dia kepada Ekapol di laman Facebook seperti dikutip harian the Washington Post.
Ekapol selama ini melatih anak-anak yang lebih muda jadi Nopparat mengatakan sebaiknya dia membawa sebagian anak dari tim yang lebih tua untuk membantu menjaga anak-anak tersebut.
Beberapa jam kemudian mereka semua dinyatakan hilang dan berita ini menjadi sorotan dunia.
Tim penyelamat menemukan mereka sembilan hari kemudian di dalam terowongan di sebuah gua dengan celah sempit dan dikelilingi lumpur serta genangan banjir air hujan.
1. Kesulitan seorang asisten pelatih menjaga anak-anak didiknya
Semua orang langsung merasa prihatin sekaligus bertanya-tanya. Apa yang sekiranya dilakukan oleh pelatih mudah itu pada timnya yang masih anak-anak. Pasti ia kesulitan menjaga semua anak didiknya.
Ekapol, ia adalah seorang mantan biksu yang masih berusia 25 tahun. Tentu tidak mudah baginya menjaga anak-anak itu untuk bertahan hidup di tengah situasi yang berat seperti itu.
Sebenarnya di gerbang masuk gua sudah ada papan peringatan supaya orang tidak masuk terlalu dalam di saat musim hujan seperti ini. Ekapol tentu mengetahui itu. Banyak warga Thailand meyakini Ekapol, yang berhenti menjadi biksu tiga tahun lalu kemudian menjadi asisten pelatih tim sepak bola Moo Pa, dipandang sebagai utusan Sang Pencipta yang dikirim untuk melindung anak-anak itu dalam kejadian tragis ini.
Ekapol adalah anak yatim yang kehilangan orangtuanya ketika ia masih berusia 10 tahun.
Dia kemudian belajar menjadi biksu tapi kemudian meninggalkan biara untuk merawat neneknya yang sakit di Mae Sai sebelah utara Thailand. Pada saat itulah Ekapol membagi waktunya dengan bekerja di biara sambil melatih tim sepak bola yang kemudian bernama Moo Pa.
Editors' Pick
2. Bagaimana tim sepak bola ini bertahan hidup selama mereka dinyatakan hilang?
Ekapol adalah satu-satunya orang dewasa dalam kelompok orang hilang tersebut. Menurut keterangan tim penyelamat, dia salah satu yang terlemah di antara anak-anak yang ada.
Pelatih muda yang berjiwa besar ini telah memberikan perbekalan dan air miliknya kepada anak-anak di awal-awal mereka terjebak di dalam gua. Ia juga mengajari anak-anak itu bagaimana cara bersemedi dan menghemat tenaga sebanyak mungkin sampai mereka semua akhirnya ditemukan.
"Kalau dia tidak bersama mereka, apa jadinya anak saya?" kata ibu dari bocah bernama Pornchai Khamluang dalam wawancara dengan stasiun televisi Thailand. "Saat dia keluar nanti, kami akan memulihkan hatinya. Ek yang tersayang, saya tidak menyalahkanmu."
"Dia mencintai mereka melebihi dirinya sendiri," ujar Joy Khampai, teman lama Ekapol yang bekerja di warung kopi di kawasan biara di Mae Sai. "Dia tidak suka mabuk, dia tidak merokok. Dia termasuk orang yang menjaga dirinya baik-baik dan mengajarkan hal yang sama kepada anak-anak itu."
Ekapol menulis di sebuah kertas berwarna kuning yang disobek dari sebuah buku catatan.
"Saya berjanji akan melakukan yang terbaik untuk menjaga anak-anak," tulis dia. "Saya ingin berterima kasih atas semua dukungan dan saya memohon maaf."
3. Proses penyelamatan yang heroik
Setelah beberapa hari pencarian dilakukan maka dibentuklah sebuah tim operasi penyelamatan hingga kini melibatkan ribuan penyelam, teknisi, personel militer, dan sukarelawan dari berbagai negara di dunia.
Sebelumnya tim telah menyelamatkan 4 orang anak, tersisa 9 orang yang masih terperangkap dalam Gua Thailand.
Saat ini semua mata tertuju pada Thailand, saat kami menyaksikan penyelam berani yang mempertaruhkan hidup mereka untuk membawa tim sepak bola anak laki-laki yang terperangkap.
Menurut tim penyelamat, keadaan di bawah sana sangat sempit dan bergerigi, arusnya kuat dan mendorong penyelam yang harus melakukan tugas kompleks dalam jarak pandang hampir nol di beberapa bagian gua.
Tim penyelamat internasional ini merupakan penyelam yang berasal dari Inggris, Amerika, Australia dan Jepang (antara lain) bergabung dengan penyelam Thailand, selain itu juga masih ada negara lain melengkapi yang menjadi bagian dari tim mereka.
Upaya bersama ini bersifat simbolis, dan ini menunjukkan sebuah kepedulian dunia atas tragedi ini.
Tidak ada batasan mengenai asal negara, keberadaan seksual, latar belakang lainnya, semua tidak dipermasalahkan. Perbedaan tidak menjadi masalah, tapi kepedulian antar sesama menjadi fokus dari penyelamatan ini.
Semua orang fokus pada Saman Gunan, seorang penyelam Thailand yang kehilangan nyawanya beberapa hari lalu saat berjalan keluar dari gua Tham Luang. Kesediaannya untuk mempertaruhkan nyawanya untuk anak-anak yang terperangkap dan pelatih mereka adalah hal nyata yang luar biasa. Dia menunjukkan keberanian dan kesungguhannya kepada kita semua.
Fakta bahwa seluruh dunia sekarang menyaksikan dan berdoa bagi anak-anak lelaki di Thailand ini adalah bagian dari kisah mengharukan penyelamatan ini. Semua orang tahu bahwa masing-masing anak-anak ini dan pelatih mereka, penting bagi keluarganya masing-masing. Mereka semua pasti merasa cemas.
4. Proses evakuasi segera dilanjutkan
Pada konferensi pers pada Senin sore, Narongsak Osattanakorn, kepala pusat komando gabungan yang mengoordinasikan operasi itu, mengatakan anak-anak yang diselamatkan memiliki semangat yang baik.
Pagi ini mereka lapar dan meminta daging babi basil pedas dengan nasi.
“Kami sedang mempertimbangkan untuk membiarkan orangtua melihat anak laki-lakinya. Mungkin mengunjungi dia di luar ruang kaca,”Mr Osottanakorn mengatakan hal itu seperti dilaporkan oleh news.com.au.
Perjalanan berbahaya untuk menyelamatkan sembilan yang tersisa bisa menjadi lebih berbahaya untuk kedua kalinya. Hari ini badai petir terjadi, setelah malam hujan lebat menghantam daerah pegunungan. Ada kekhawatiran bahwa meningkatnya banjir di kompleks gua akan menyulitkan upaya penyelamatan dan mempengaruhi evakuasi.
Para pejabat mengatakan badai yang diperkirakan untuk provinsi Chiang Rai di utara jauh Thailand telah mempertimbangkan keputusan mereka untuk melanjutkan rencana yang rumit dan berbahaya bagi anak-anak lelaki berusia antara 11 dan 16 tahun dan pelatih mereka untuk menyelam keluar dari gua.
Semoga proses penyelamatan bisa berjalan dengan lancar. Semua mendoakan hal yang sama.