Strain Covid-19 Mematikan Hingga Golongan Darah A Lebih Rentan
Inilah hasil temuan para peneliti selama wabah virus corona menyebar di seluruh dunia
24 Maret 2020
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Virus corona berlangsung sejak akhir Desember 2019. Hingga kini pekerja medis sedang bekerja keras untuk mendalami banyak hal terkait Covid-19 ini.
Hingga Senin (23/3/2020) pukul 12.00 WIB, pasien positif virus corona di Indonesia bertambah sebanyak 65 orang dan jumlahnya jadi 579 kasus tersebar di selurh negara.
Sementara, pasien sembuh Covid-19 bertambah 1 dengan total menjadi 30 orang. Korban meninggal pun bertambah 1 orang dengan total menjadi 49 orang.
Banyak penelitian dilakukan. Berikut Popmama.com telah merangkum hasil penelitian yang dilakukan selama wabah virus corona berlangsung.
Editors' Pick
1. Ada dua strain virus Covid-19, satu di antaranya mungkinkah mematikan?
Dalam analisis terhadap 103 kasus virus corona, para ahli menemukan adanya dua strain virus corona baru yang menyebar di seluruh dunia. alah satunya dinilai mematikan.
World Health Oraganization (WHO) bersikeras menyatakan tidak ada bukti bahwa virus corona telah berubah.
Jadi berapa banya strain virus corona yang menyebar di seluruh dunia?
Para peneliti menegaskan pentingnya untuk mengetahui berapa banyak strain virus corona yang berkembang saat ini.
Sebab, di seluruh dunia banyak kelompok peneliti bekerja keras untuk menemukan vaksin virus. Vaksin apa pun perlu menargetkan fitur yang ditemukan pada kedua strain virus agar lebih efektif.
Melansir New Scientist, Sabtu (7/3/2020), Xiaolu Tang dari Peking University di Bejing dan rekannya mempelajari genom virus corona yang diambil dari 103 kasus, mereka menemukan mutasi umum di dua lokasi pada genom. Tim mengidentifikasi ada dua jenis virus berdasarkan perbedaan dalam genom di dua wilayah ini.
Hasilnya, 72 kasus dianggap sebagai tipe L dan 29 kasus dikelompokkan sebagai tipe S. Selanjutnya, analisis terpisah oleh tim peneliti menunjukkan tipe L berasal dari tipe S yang lebih tua.
Perbedaan stain pertama dan kedua pada virus corona
Strain pertama kemungkinan diperkirakan telah muncul saat virus melompat dari hewan ke manusia dan virus kedua muncul setelah itu.
Kedua kelompok virus ini berkontribusi terhadap wabah global dari Covid-19 saat ini.
Faktanya, tipe L lebih lazim menunjukkan karakter yang lebih agresif dibandingkan tipe S.
"Tampaknya ada dua strain yang berbeda," kata Ravinder Kanda dari Oxford Brookes University di Inggris.
Kanda juga mengatakan, ada kemungkinan tipe L lebih agresif dalam mentransmisikan dirinya.
"Tetapi, kami belum tahu bagaimana perubahan genetik yang mendasari dengan tingkat keparahan penyakit ini," sambung dia.
Virus selalu dapat bermutasi, terutama jenis virus RNA seperti virus corona, SARS-CoV-2.
Ketika seseorang terinfeksi virus corona, virus itu bereplikasi atau memperbanyak diri di saluran pernapasannya. Ian Jones dari University of Reading, Inggris, mengatakan, setiap kali terjadi, maka sekitar setengah lusin mutasi genetik virus penyebab Covid-19 dapat terjadi.
Sementara itu, fakta tentang adanya kemungkinan dua strain virus corona juga diamini Erik Volz di Imperial College London.
"Saya pikir itu fakta bahwa ada dua jenis (virus). Virus, normal mengalami evolusi ketika ditransmisikan ke host (inang) baru," jelas Volz.
Baca juga:
Indra Penciuman Menurun Jadi Tanda Bahwa Kamu Pembawa Virus Corona!
2. Golongan darah A lebih rentan terhadap virus corona, benarkah?
Pada kesempatan lain, juga pernah diberitakan mengenai efek penyebaran virus corona pada seseorang bila dilihat dari golongan darah seseorang.
Dilansir dari South China Morning Post, para peneliti medis mengambil beberapa sampel darah lebih dari 2.000 pasien yang terjangkit virus corona di wilayah Wuhan dan Shenzen kemudian membandingkannya dengan populasi yang terdiri dari orang-orang sehat setempat.
Hasilnya adalah para peneliti Tiongkok ini menemukan pasien dengan golongan darah A memiliki tingkat infeksi yang lebih tinggi dan cenderung mengalami gejala yang lebih parah setelah terjangkit virus Sars-CoV-2 ini.
Para peneliti mendesak pemerintah dan fasilitas medis untuk mempertimbangkan perbedaan golongan darah dalam perencanaan langkah-langkah mitigasi perencanaan atau perawatan pasien Covid-19.
"Orang-orang bergolongan darah A mungkin butuh perlindungan khusus yang lebih kuat untuk mengurangi risiko terjadinya infeksi," demikian tulis para peneliti yang dipimpin oleh Wang Xinghuan dengan Pusat Berbasis Bukti dan Terjemahan di Rumah Sakit Zhongnan, Universitas Wuhan.
Temuan ini tentu dapat membuat perencanaan dan langkah-langkah tim medis dipikirkan secara lebih aman.
Sejauh ini, penelitian yang dilakukan oleh para ilmuan dan dokter dari berbagai kota di Tiongkok, seperti Beijing, Wuhan, Shanghai dan Shenzhen ini belum ditinjau kembali.
Oleh karena itu, mereka juga mengingatkan kemungkinan adanya risiko dalam menggunakan penelitian tersebut sebagai panduan praktik klinis saat ini.