Museum MACAN Hadirkan Pertunjukkan Perdana Wayang Kertas

Persembahan perdana dari Jumaadi dan The Shadow Factory

27 November 2023

Museum MACAN Hadirkan Pertunjukkan Perdana Wayang Kertas
Dok. Sirkus di Tanah Pengasingan: Oyong-oyong Ayang-ayang

Museum MACAN telah selesai menghadirkan penampilan perdana dari Sirkus di Tanah Pengasingan: Oyong-oyong Ayang-ayang, sebuah pertunjukan wayang terbaru oleh Jumaadi dan The Shadow Factory, dengan jadwal pertunjukan terbatas pada 18-26 November 2023 lalu, bersamaan dengan pembukaan pameran terbaru, Voice Against Reason.

Adapun pertunjukan wayang yang inovatif ini menampilkan ratusan wayang kertas dalam berbagai ukuran dan bentuk, di mana setiap wayang kertas mewujudkan sebuah potongan peristiwa dan dimainkan secara terampil oleh dua orang pawang bayang-bayang di atas dua mesin OHP (overhead projector) diiringi dengan musik eksperimental.

Sang perupa, Jumaadi, mengatakan bahwa pengunjung akan menyaksikan kisah akan migrasi dan perpindahan, gagasan-gagasan tentang keindahan dalam ketangguhan, menemukan keberanian, dan kebebasan berekspresi dalam Sirkus di Tanah Pengasingan: Oyong-oyong Ayang-ayang. 

Bersamaan dengan pembukaan Voice Against Reason di Museum MACAN, lantas bagaimana ya keseruan dari Sirkus di Tanah Pengasingan: Oyong-oyong Ayang-ayang? Simak rangkumannya dari Popmama.com ini yuk! 

1. Sinopsis Sirkus di Tanah Pengasingan: Oyong-oyong Ayang-ayang

1. Sinopsis Sirkus Tanah Pengasingan Oyong-oyong Ayang-ayang
Dok. Sirkus di Tanah Pengasingan: Oyong-oyong Ayang-ayang

Sirkus di Tanah Pengasingan: Oyong-oyong Ayang-ayang adalah pertunjukan karya Jumaadi and the Shadow Factory. Pertunjukan ini mengadaptasi kisah 823 pejuang pergerakan kemerdekaan Indonesia yang diasingkan oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda ke Boven Digoel, Papua, pada tahun 1926. 

Di tengah kesulitan yang melanda,para pejuang ini beralih pada musik dan seni untuk mempertahankan semangat hidup. Mereka menggunakan perkakas seadanya, seperti paku, bilah cangkul, kaleng kosong, rantang, dan peralatan makan untuk menciptakan seperangkat gamelan. 

Pada tahun 1942, setelah Jepang mengambil alih Hindia Belanda, para pejuang ini dilarikan ke Australia dan memboyong gamelan ini ke sana. Setelah kemerdekaan, sebagian dari para pejuang kembali ke tanah air. Namun, nasib sebagian besar dari mereka tidak diketahui karena kisahnya tidak banyak diceritakan lagi.

Editors' Pick

2. Sosok di balik kesuksesan Sirkus di Tanah Pengasingan: Oyong-oyong Ayang-ayang

2. Sosok balik kesuksesan Sirkus Tanah Pengasingan Oyong-oyong Ayang-ayang
Dok. Sirkus di Tanah Pengasingan: Oyong-oyong Ayang-ayang

Sang perupa, Jumaadi, lahir di Sidoarjo, Jawa Timur, dan pindah ke Sydney, Australia, pada tahun 1997 untuk belajar di National Art School. 

Ia merupakan seorang perupa multidisipliner yang praktik artistiknya dipengaruhi oleh pengalaman pribadi yang mendalam, serta politik, literatur, dan sejarah estetika Indonesia. Jumaadi berkarya lewat lukisan dan pertunjukan dan karyanya menggambarkan roh dan makhluk khayalan yang menyampaikan cerita yang instrinsik akan sejarah dan identitasnya. 

Melalui simbolisme yang halus dan kepekaan puitis, ia menghadirkan ikonografi khas manusia dan motif organik, serta lanskap mimpi yang mengeksplorasi kondisi universal seperti cinta, konflik, dan rasa memiliki.

Di sisi lain, Jumaadi sendiri merupakan salah satu dari pendiri The Shadow Factory, sebuah kolektif perupa dan musik yang juga melibatkan Ndimas Narko Utomo, Zalfa Robby, Purwita Chirnicalia, dan Satria Bela Insani.

3. Makna dari Sirkus di Tanah Pengasingan: Oyong-oyong Ayang-ayang

3. Makna dari Sirkus Tanah Pengasingan Oyong-oyong Ayang-ayang
Dok. Sirkus di Tanah Pengasingan: Oyong-oyong Ayang-ayang

Melalui perpaduan seni visual, musik, dan puisi, Jumaadi dan the Shadow Factory membayangkan kembali pertunjukan wayang kulit di masa kini–menghadirkan karya inovatif yang jenaka, mengusik, tetapi terasa akrab dengan kita. 

Eksplorasi medium kertas dan musik mengajak kita merasakan keindahan yang syahdu dan melihat bagaimana seni mendorong kita untuk bertahan hidup.

Bagi Jumaadi, Sirkus di Tanah Pengasingan: Oyong-oyong Ayang-ayang adalah sebuah kisah tentang bertahan hidup–bagaimana seni dan keindahan menjadi penting bagi umat manusia. 

"Pengunjung akan menyaksikan kisah akan migrasi dan perpindahan, gagasan-gagasan tentang keindahan dalam ketangguhan, menemukan keberanian, dan kebebasan berekspresi. Namun karya ini juga memunculkan pertanyaan tentang relevansi wayang di era digital ini,"

"Selama 1,5 tahun terakhir mengembangkan proyek ini, kami telah mencoba menata ulang wayang dengan mengeksplorasi medium kertas, cerita, dan musik, dan kami dapat menyajikan pertunjukan langsung dengan ratusan guntingan kertas dalam berbagai bentuk dan ukuran," ujar sang perupa. 

4. Museum MACAN juga adakan Kampanye di Hari Guru Nasional

4. Museum MACAN juga adakan Kampanye Hari Guru Nasional
Dok. Sirkus di Tanah Pengasingan: Oyong-oyong Ayang-ayang

Adapun dalam rangka memperingati Hari Guru Nasional yang jatuh pada tanggal 25 November kemarin, Museum MACAN akan meluncurkan sebuah kampanye pada tanggal 21-26 November 2023. Museum MACAN turut mengundang anak-anak sekolah dan guru-guru dari seluruh Jakarta untuk menghadiri pertunjukan yang disertai dengan diskusi khusus bersama sang perupa.

Hal ini sejalan dengan misi Museum MACAN untuk mendorong pendidikan seni yang inovatif yang melibatkan partisipasi langsung dengan para pendidik.

Berkaitan dengan hal itu, Sirkus di Tanah Pengasingan: Oyong-oyong Ayang-ayang mengandung unsur kekerasan dalam sejarah. Meski cocok untuk segala umur, disarankan adanya bimbingan orang tua untuk anak-anak.

Baca juga:

The Latest